Mubadalah.id – Iseng-iseng aku mengetik kata kunci usia 40 tahun. Lalu tiba pada satu judul buku “Misteri Umur 40 Tahun” yang terpampang jelas di layar laptop. Refleks aku mengernyitkan dahi, berpikir keras, ada apa di balik usia 40 tahun? Karena tepat pada hari ini, usiaku telah genap 40 tahun.
Dalam ulasan buku tersebut, tertuliskan begini;
Ada yang mengatakan bahwa keberhasilan seseorang bisa terlihat dari apa yang terjadi padanya ketika sudah masuk usia 40 tahun. Pada umumnya uban mendatangi rambut seseorang pada masa usia tersebut. Meskipun ada yang datang lebih awal.
Lantas ada apa sebenarnya dengan usia 40 tahun? Benarkah demikian keadaannya? Jika anda orang yang telah mencapai usia 40 tahun atau mendekati usia tersebut atau pun masih kurang darinya, dan anda termasuk yang peduli dengan keberhasilan hidup serta memandang berharganya sebuah waktu dan kesempatan, maka hendaklah anda memiliki dan membaca buku ini!
Lebih jauh, aku tertarik pada makna keberhasilan seseorang yang bisa terlihat ketika sudah masuk usia 40 tahun. Bahkan secara spiritual Rasulullah Saw diangkat Allah Ta’ala menjadi Rasul ketika berusia 40 tahun. Demikian pula para Nabi dan Rasul yang lainnya.
Makna Keberhasilan Duniawi
Dalam salah satu postingan di Tiktok, melintas konten arti kemewahan. Kata lain, keberhasilan duniawi yang diukur dengan kepemilikan harta benda, mobil, pakaian maham, rumah besar dan gaya hidup yang mewah.
Sedangkan kemewahan nyata dalam hidup, menurut postingan TikTok tersebut adalah waktu, kesehatan, suasana pagi yang tenang dan bebas ingin ke manapun. Selain itu bisa tidur nyenyak, pikiran yang tenang dan rumah atau keluarga yang penuh cinta.
Sebagai manusia biasa, yang hidup di tengah-tengah masyarakat dengan sekian tuntutan, aku telah berupaya memenuhi standar kelayakan hidup bermasyarakat. Meskipun tidak harus 100 persen. Minimal, sesuai dengan pandangan Abraham Maslow terkait kebutuhan dasar manusia.
Pandangan ini mengarah pada suatu hierarki yang menarik, mendefinisikan bagaimana manusia mencari kesejahteraan dan makna hidup mereka. Melalui pandangan Maslow, kita diperkenalkan dengan piramida kebutuhan yang mencakup segala hal, mulai dari yang paling mendasar hingga yang paling esensial bagi kehidupan manusia.
Menilik Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow membawa kita ke dalam perjalanan mendalam tentang esensi kehidupan. Ini bukan sekadar tentang memenuhi kebutuhan fisik yang jelas, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun hubungan dengan dunia di sekitar kita.
Pandangan ini memperluas pemahaman kita tentang motivasi, mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar bukanlah sekadar tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang mencari makna dan pemenuhan diri yang lebih tinggi.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow, kita menjadi terdorong untuk menjelajahi lapisan-lapisan kehidupan yang lebih dalam.
Situasi ini membawa kita pada pertanyaan yang mendalam tentang apa yang sebenarnya membuat manusia merasa hidup dan bermakna. Ada apa di balik usia 40 tahun dalam kehidupan manusia?
Dalam pengertian ini, pandangan Maslow menghadirkan sebuah pandangan yang menggerakkan hati dan pikiran, mendorong kita untuk memahami esensi dari eksistensi manusia dalam segala kompleksitasnya.
Hierarki kebutuhan Maslow adalah konsep yang menggambarkan hierarki atau tingkatan kebutuhan manusia yang perlu kita penuhi untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Abraham Maslow dalam makalahnya yang terkenal, “A Theory of Human Motivation”, yang terbit pada tahun 1943 di Psychological Review.
Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dapat kita kelompokkan ke dalam lima tingkatan yang membentuk piramida kebutuhan.
Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkatan paling dasar, terdapat kebutuhan fisiologis seperti makanan, minuman, tempat tinggal, dan tidur. Kebutuhan ini harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum individu dapat memperhatikan kebutuhan yang lebih tinggi.
Contohnya, seseorang yang merasa lapar akan lebih fokus untuk mencari makanan daripada memikirkan kebutuhan sosial atau pengakuan.
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, individu akan mulai memperhatikan kebutuhan akan keamanan, seperti perlindungan fisik, keamanan finansial, dan stabilitas dalam hidup.
Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan memberikan dasar yang stabil bagi individu untuk berkembang dan mengeksplorasi kebutuhan yang lebih tinggi.
Kebutuhan Sosial
Tingkatan berikutnya adalah kebutuhan sosial atau afiliasi, yang mencakup hubungan interpersonal, kebutuhan akan kasih sayang, persahabatan, dan keanggotaan dalam kelompok sosial. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan akan interaksi dan hubungan yang bermakna dengan orang lain.
Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, individu mulai mencari pengakuan, prestise, dan rasa harga diri melalui kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan. Ini mencakup pencapaian pribadi, pengakuan dari orang lain, dan merasa dihargai dalam lingkungan sosialnya.
Tingkatan puncak dalam hierarki kebutuhan Maslow adalah aktualisasi diri, di mana individu mencapai potensi maksimal mereka, mengembangkan bakat dan minat pribadi, dan merasa memenuhi tujuan hidup mereka. Aktualisasi diri melibatkan eksplorasi kreatif, pencapaian yang signifikan, dan kontribusi positif terhadap masyarakat.
Konsep hierarki kebutuhan Maslow memberikan pemahaman yang mendalam tentang motivasi manusia dan bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini saling terkait dan memengaruhi perilaku dan pengembangan individu.
Teori ini telah menjadi dasar penting dalam psikologi dan manajemen, membantu dalam pemahaman motivasi individu dan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sajak Oktober
Selamat datang Empat Puluh, aku tak lagi pantas mengeluh
Sebab usia ini kian merambat penuh, lalu kelak akan luruh
Tinggal mimpi-mimpi terus aku anyam menjadi sebait puisi
Yang akan terus dibaca hingga tua nanti
Pada dia yang aku sebut sahabat, pada kekasih yang aku panggil keluarga
Terimakasih untuk cinta dan janji setia
Hingga akhir menutup mata. []