• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perempuan: Subjek dan Objek Perilaku Ekstremisme

Salsabila Arwa Sajidah Salsabila Arwa Sajidah
25/01/2020
in Publik
0
Perempuan: Subjek dan Objek Perilaku Ekstremisme
41
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ekstremisme secara umum merupakan bentuk berkeyakinan yang sangat kuat pada suatu pandangan, ajaran atau konsep tertentu, yang seringkali memunculkan sikap yang melampaui kewajaran. Ekstremisme pada umumnya, berkaitan dengan keyakinan yang bersifat ideologis seperti keyakinan politik, keyakinan keagamaan, serta keyakinan atas sekte atau ajaran tertentu.

Misalnya dengan menempatkan orang lain yang berbeda keyakinan pada posisi yang dianggap atau dipersepsi sebagai keliru bahkan sesat. Istilah ekstremisme kerap disandingkan dengan istilah lain seperti radikalisme dan terorisme.

Bartol & Bartol dalam artikel “Sudah Tepatkah Kita Menggunakan Istilah Radikalisme?” mendefinisikan radikalisasi sebagai proses indoktrinasi terhadap individu sehingga ia menerima ideologi dan misi kelompok radikal tertentu. Orang yang terindokrinasi tersebut, secara bertahap akan memaklumi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan kelompok yang mengindoktrinasinya.

Selain itu, dalam artikel yang sama, Center for the Prevention of Radicalization Leading to Violence menerangkan bahwa dalam proses radikalisasi, seseorang akan mengadopsi sistem kepercayaan yang ekstrem. Sistem tersebut meliputi keinginan untuk menggunakan, mendukung dan memfasilitasi kejahatan yang bertujuan untuk mempromosikan ideologi, proyek politik atau perubahan sosial. Oleh sebab itu, mereka pun menghalalkan kekerasan sebagai sarana meraih tujuan mereka.

Adanya perilaku ekstremisme bukanlah sebuah mitos belaka. Terdapat beberapa kasus seorang mahasiswa yang tiba-tiba hilang. Setelah beberapa tahun, akhirnya mahasiswa tersebut ditemukan dalam keadaan sangat memprihatinkan. Bingung, linglung dan tidak bisa berbicara.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Mahasiswa tersebut mengalami gangguan jiwa berat dan harus melakukan berbagai macam terapi untuk kesembuhannya. Usut punya usut, mahasiswa tersebut telah dicuci otak dan pemikirannya. Kemudian, setelah dirasa mahasiswa tersebut telah rusak dan tidak dapat digunakan, mereka akan dibuang begitu saja.

Keadaannya tersebut sangatlah meresahkan masyarakat. Apalagi kebanyakan korban adalah perempuan. Bukan hanya mahasiswa yang kehilangan masa depannya, tetapi juga keluarga yang berupaya keras untuk “memperbaiki” anak atau saudaranya untuk bisa sehat kembali seperti sediakala. Ada apa dengan perempuan? Mengapa perempuan sangat rentan terhadap berbagai berbagai tindakan ekstremis seperti radikalisme?

Perempuan, secara fisik memiliki struktur tubuh yang lebih lemah daripada laki-laki. Perempuan juga dianggap berperangai lemah, lembut dalam berperilaku dan bertutur kata. Hal tersebut juga dikuatkan dalam doktrin agama terkait posisi perempuan yang harus lebih menghormati laki-laki sebagai pemimpinnya. Oleh sebab itu, perempuan sangat mudah dijadikan objek radikalisme.

Akan tetapi, karena sifat dan karakteristik perempuan itulah membuat mereka kerap mendapat tindakan diskriminatif. Bahkan, beberapa diantaranya merupakan tindakan ekstremis yang menghilangkan hak-hak mereka sebagai perempuan. Karakteristik perempuan seperti itu membuat mereka tidak mampu berbuat banyak untuk melawan perlakuan tidak adil yang mereka terima. Oleh karena itu, perempuan menjadi sasaran empuk para pelaku ekstrimis.

Namun, beberapa sumber menerangkan bahwa perempuan juga berperan besar dalam munculnya berbagai perilaku ekstremis. Perempuan dalam gerakan radikal merupakan sosok yang paling tidak terlihat, namun mereka sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari bagi anggotanya.

Gaya bicara, karakteristik fisik, kepribadian bahkan latar belakang keluarga dan ilmu pengetahuan yang dimiliki menjadi alasan kuatnya peran perempuan dalam munculnya tindakan ekstremisme. Hal ini dapat dilihat dari dukungan perempuan mendorong laki-laki sebagai pelaku pemboman di beberapa daerah di Indonesia.

Maka, dapat disimpulkan bahwa perempuan dapat menjadi subjek maupun objek tindakan ekstremisme di Indonesia. Sebagai objek atau korban, perempuan kerap menjadi korban kekerasan dan diskriminasi oleh kaum laki-laki. Sebagai subjek, perempuan dengan berbagai karakteristiknya mampu mendorong kaum laki-laki melakukan tindakan ekstremisme.[]

Salsabila Arwa Sajidah

Salsabila Arwa Sajidah

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID