Mubadalah.id – Imam al-Qurthubi dan ulama-ulama tafsir yang lain, memaknai ‘ketidak-mungkinan’ pada ayat 129 surat an-Nisa sebagai aspek non-material seperti perasaan cinta, kasih sayang, kecenderungan dan perhatian. Karena tidak mungkin, maka tentu saja tidak menjadi kewajiban pelaku poligami untuk berlaku adil pada aspek-aspek non-material tersebut.
Sementara untuk aspek yang material, seperti nafkah, rumah, bergilir waktu dan yang lain, tetap diwajibkan berlaku adil. Keadilan dalam aspek material ini menjadi ukuran kewenangan seseorang bisa berpoligami. Dan ini sangat tidak mungkin bisa laki-laki lakukan.
Pernyataan ini, sebenarnya lebih mengisyaratkan bahwa poligami itu penuh dengan resiko yang tidak mudah setiap orang lakukan. Karena itu, monogami menjadi lebih selamat dan lebih memungkinkan seseorang untuk tidak terjebak pada perilaku tidak adil, baik yang materiil maupun non-materiil.
Sehingga, ayat ini tidak tepat jika kita pahami sebagai penafian terhadap kewajiban bertindak adil pada aspek non-materiil. Ayat ini justru sedang memberikan peringatan dan kewaspadaan, agar seseorang berpikir seribu kali ketika ingin atau sudah berpoligami.
Sementara, aspek non-materiil, seperti perasaan kasih sayang dan cinta, seringkali menjadi dorongan utama terhadap tindakan tidak adil pada aspek materiil. Bahkan, pada praktiknya aspek non-materiil benar-benar mengakibatkan ketidak-adilan pada aspek materiil.
Oleh sebab itu, ayat 129 dari surat an-Nisa turun untuk memperingatkan kemungkinan ketidak-adilan yang diakibatkan aspek non-meteriil. Di mana pada aspek non-materiil ini, seperti dinyatakan al-Qur’an, siapapun tidak akan bisa berlaku adil.
Jadi, ayat itu memperingatakan untuk lebih waspada terhadap aspek non-materiil dalam perilaku poligami, dan tidak sedang memproklamasikan tidak pentingnya berlaku adil pada aspek non-materiil. Ayat tersebut sebagai berikut:
وَلَنْ تَسْتَطِيْعُوْٓا اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النِّسَاۤءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۗوَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Dan kamu tidak akan bisa berlaku adil terhadap istri-istri kamu, sekalipun kamu menginginkannya. Maka janganlah kamu cenderung secara berlebihan (kepada salah satu istri kamu). Hingga (istri yang lain) kamu tinggalkan dan seperti (menjadi) terkatung-katung”. (QS. an-Nisa, 4: 129).