Mubadalah.id – Siapa dari kalian yang suka membaca meme? Meme seperti apa yang kalian baca? Saya suka baca meme. Namun tidak muluk meme-meme lucu. Beberapa meme menarik dan mind blowing. Saya juga sering belajar banyak hal dari meme; kutipan, gagasan, dan konsep filosofis, pun banyak saya dapatkan dari meme.
Tapi sebelum itu, sebenarnya meme itu apa? Kapan meme ini muncul? Nah, kali ini kita akan berkenalan dengan satu tokoh kontroversial yang saya kira sudah cukup dikenal: Richard Dawkins. Ia menjadi manusia abadi dengan meme.
Beliau dikenal sebagai katalisator gerakan ateisme abad 21 bersama dengan Sam Harris, Krauss, dan tokoh ateis lainnya. Ceramah, kuliah, dan tulisan-tulisannya banyak mengandung gagasan-gagasan ateisme garis keras yang anti agama.
Namun, kita kesampingkan dulu ateisme beliau. Kita fokus saja pada pemikiran beliau tentang meme.
Meme Sebagai Virus
Saya mengoleksi 3 dari sekian banyak buku-buku beliau, di antaranya: ‘God Delusion’, ‘The Blind Watchmaker’, dan terakhir ‘The Selfish Gene’.
Saya tidak akan membahas ketiga buku tersebut di sini karena itu akan memakan banyak waktu, jadi saya hanya membahas satu buku saja yang berhubungan dengan judul kita hari ini: ‘The Selfish Gene’.
Buku ini sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Penerbit KPG dengan judul yang sama. Buku ini penting bagi kita kalau ingin memahami pemikiran seorang Dawkins tentang evolusi Darwinian.
Dawkins untuk pertamakalinya membahas meme di buku ini. Jadi pada dasarnya yang menciptakan konsep meme adalah beliau sendiri. Namun jangan salah paham, kata meme bukan lah kata baru. “Meme” hanya lah plesetan dari kata dalam bahasa Yunani “mimeme” yang berarti “imitasi”, “tiruan”, “replika”, dan/atau “ingatan”.
Dawkins memakai kata meme ini untuk mendefinisikan kelahiran suatu budaya. Atau dalam kata lain: meme adalah unit pengirim pesan atau (imitasi) budaya yang menyebar dari satu manusia ke manusia lain.
Karena Dawkins adalah seorang ilmuwan biologi, dia menggambarkan meme ini sama seperti virus atau gen yang menyebar dari satu manusia ke manusia lain, hingga menjadi manusia abadi. Dia menulis:
“Sama seperti gen yang membiakkan diri dalam lumbung gen dengan meloncat dari tubuh ke tubuh melalui sperma atau telur, meme pun meloncat dari otak ke otak melalui suatu proses yang dalam arti luas bisa disebut imitasi.”
Singkatnya, jika gen mewakili data atau informasi biologis manusia, maka meme mewakili ide atau budayanya. Keduanya, baik gen maupun meme, sama-sama berevolusi. Namun bedanya, budaya ‘berevolusi’ lebih cepat ketimbang gen manusia. Sebab, sifat meme itu sama seperti virus: dia menjangkiti pikiran orang dengan cepat (viral). Meme ini bisa berupa lagu, gaya busana (fashion), arsitektur, agama, sampai konsep ketuhanan.
Fenomena Viral Citayam Fashion Week
Masih ingat kan fenomena viral Citayam Fashion Week beberapa waktu lalu? Dari sudut pandang Dawkins, fenomena ini adalah meme. Kita bisa melihat bagaimana fenomena ini memengaruhi dan menjangkiti banyak kawula muda sampai-sampai di beberapa daerah pun juga ikut terinspirasi untuk membuat acara serupa seperti di Bandung, Surabaya, Malang, sampai Jogja layaknya sebuah virus.
Menurut Dawkins, setidaknya ada 3 hal yang harus dipenuhi agar suatu meme tetap bertahan hidup, yakni umur panjang, tidak mandul atau mampu mereproduksi, dan kemampuan replikasi (dalam hal ini kemampuan menggandakan diri). Misalnya, ideologi.
Merujuk pada defenisi Dawkins tentang meme, ideologi (apapun itu) pada dasarnya adalah meme. Dia berevolusi, ditularkan, dan diwarisi dari generasi ke generasi. Seperti virus, selain cepat bereproduksi dan mereplikasi dirinya dari satu organisme ke organisme lain, ideologi juga sangat sulit untuk dihilangkan.
Dawkins menulis: “Jika Anda menanam meme yang subur di dalam pikiran saya, Anda secara harfiah menaruh parasit ke dalam otak saya, mengubah otak saya menjadi wahana pembiakan meme sama seperti virus yang menjadi parasit bagi mekanisme genetik sel inang.”
Jadi wajar jika suatu konsep, fenomena, atau ideologi mudah menular atau viral. Melalui sifat meme yang seperti virus, dia membuat kita yakin bahwa dia adalah bagian dari tubuh kita; sama halnya, suatu gagasan atau ide bisa membuat kita yakin bahwa ia adalah bagian dari identitas kita sehingga wajar jika kita sering membela suatu konsep yang kita percayai mati-matian.
Meme itu Abadi
Hal-hal seperti agama, konsep ketuhanan, ideologi, sistem sosial, gender, negara, kelas sosial, suku, musik, pakaian, seni, dan lain-lain, menurut pandangan Dawkins, adalah beberapa contoh meme. Dan karena mereka meme, menurut Dawkins, olehnya mereka menjadi manusia abadi.
Sebuah ide tidak pernah hilang, tidak peduli sejauh apapun waktu berjalan. Seperti gen dan sel hidup lainnya, meme berevolusi – berubah karena kemampuannya dalam hal reproduksi dan penggandaan diri. Jadi ide tidak pernah mati, sekali pun orangnya mati.
Menurut Dawkins, ada dua hal yang ditinggalkan manusia setelah mati: gen dan meme. Namun meme cenderung lebih abadi daripada gen. Mengapa?
Karena gen manusia akan hilang dalam tiga generasi keturunannya. Misalnya, si Z adalah keturunan langsung dari kakek buyutnya bernama A, tetapi karena rentangnya sudah sangat jauh bisa jadi gen dari A sudah tidak ada lagi di tubuh si Z. Artinya, gen manusia terdahulu akan rusak seiring berlangsungnya keturunan.
“Tapi,” tulis Dawkins, jangan khawatir, “jika Anda bersumbangsih kepada budaya dunia, jika Anda punya gagasan yang bagus, menulis lagu, menciptakan alat, menulis puisi, maka karya itu bisa terus hidup dan utuh.” Artinya, melalui meme, kita bisa terus ada atau menjadi manusia abadi.
Jika kita ingin hidup menjadi manusia abadi, maka lakukan sesuatu atau berkarya lah. Kita memang bukan dewa atau Tuhan yang abadi, namun setidaknya abadi dalam pikiran orang-orang adalah langkah yang lebih baik dan paling realistis yang bisa kita lakukan.
Gen kita mungkin akan musnah seiring berjalannya waktu, namun dengan memberikan sumbangsih tertentu kepada dunia entah itu menciptakan sesuatu seperti lagu, tulisan, atau alat, misalnya, maka kita akan menjadi manusia abadi di benak banyak orang. Itulah makna meme yang sebenarnya. []