Mubadalah.id – Belum usai keramaian jagad dunia maya dengan dugaan kasus pemaksaan jilbab di salah satu sekolah negeri di Yogyakarta. Dalam sepekan ini, media sosial ramai-ramai menyuarakan untuk mereport salah satu akun youtube. Bahkan lebih parah ia memaksakan standar kesalihan perempuan kepada orang-orang yang dia temui dalam videonya untuk memakai hijab hingga menanyakan hal-hal privasi yang berhubungan dengan agama.
Akun Youtube dengan nama Zavilda TV ini, melabeli kontennya sebagai bentuk sosial eksperimen untuk mengajak orang lain hijrah. Yang membuat netizen geram, dalam konten-konten yang mereka buat tak jarang muncul narasi-narasi pemaksaan dalam beragama dan mengintimidasi kesalihan perempuan-perempuan yang mereka jadikan objek dalam videonya.
Kalis Mardiasih dalam postingan Instagramnya menyebutkan bahwa apa yang akun Youtube ini lakukan justru membuat malu agama Islam. Tidak ada tujuan dakwah hanya sebatas ngonten untuk viral dan komersil belaka. Kalis juga menyebutkan dalam salah satu tulisannya di buku Muslimah Yang Diperdebatkan, bahwa jilbab bukanlah simbol kesalihan perempuan.
Sehingga, ketika muncul konten yang mengatasnamakan pemaksaan memakai hijab sebagai bentuk hijrah, menjadi keresahan bersama. Karena hal ini membawa citra yang kurang sesuai dengan ajaran Islam bagi banyak orang. Terlebih disalah satu konten di Zavilda_TV ini menamplikan pemaksaan penggunaan hijab pada perempuan non muslim.
Senada dengan apa yang disebutkan Kalis, dalam pandangan penulis istilah sosial eksperimen yang dipakai pada akun ini sangat tidak tepat. Gerakan sosial yang seharusnya membebaskan dan tanpa paksaan, menjadi berubah konteksnya. Ditambah lagi, host dari konten ini seorang perempuan yang justru mengobjetivikasi sesama perempuan yang tidak menggambarkan gerakan sosial yang memanusiakan-manusia.
Sosial eksperimen yang salah kaprah ini justru tidak menggambarkan ajaran dakwah Islam yang ramah. Karena mereka kemas dalam bentuk pemaksaan untuk berhijab dengan dalih sebagai bentuk hijrah. Selain itu jika kita artikan istilah sosial eksperimen memiliki arti percobaan sosial. Yang dalam konten ini menjadikan perempuan sebagai objek uji cobanya, hal ini benar-benar mengobjektifikasi perempuan.
Hijab Bukan Standar Kesalihan Perempuan
Buya Husein Muhammad dalam bukunya Jilbab dan Aurat telah menyebutkan bahwa persepsi masyarakat yang menjadikan hijab maupun jilbab sebagai ukuran untuk perempuan baik-baik, salihah, dan berakhlakul karimah merupakan sebuah problem yang terjadi, bahkan hingga hari ini.
Namun, dijelaskan pula dalam buku tersebut bahwa realitas sosial yang ada saat ini memperlihatkan justru beberapa perempuan yang tidak memakai jilbab memiliki perilaku yang jauh lebih salih dibandingkan perempuan berjilbab. Dan tidak menolak kenyataan bahwa sebaliknya, di luar sana ada bahwa ada banyak perempuan berjilbab yang berakhlak mulia.
Sehingga keduanya adalah suatu hal yang relatif. Jilbab ataupun hijab tidak dapat kita jadikan indikator kesalihan dari seseorang. Jika melihat dalam konteks akun Zavilda_TV di atas, host perempuan berhijab yang mengintimidasi dan mengobjektifikasi sesama perempuan untuk tujuan komersil semata, justru menimbulkan banyak pertanyaan dari netijen. Karena perbuatannya justru bertentangan dengan gagasan hijrah yang ia bawakan.
Gerak Bersama Melahirkan Konten Media yang Ramah Perempuan
Saya ingat dengan pesan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir pada beberapa forum, beliau menyampaikan dalam gerakan-gerakan sosial di media jangan berfokus pada konten negatif yang orang lain buat. Atau bingung mencari narasi yang kontra produktif. Akan tetapi fokuslah untuk membuat konten sebagai penguatan gagasan dan gerakan yang kita bawa.
Jadi dalam konteks isu akun youtube Zavilda_TV ini selain melakukan gerakan untuk mereport akunnya. Sudah seharusnya kita semua terus memperkuat gerakan-gerakan sosial yang kita punya. Jangan sampai muncul sosial eksperimen salah kaprah lainnya, yang justru memperburuk citra gerakan sosial, lebih-lebih gerakan Islam yang ramah.
Hadirnya media sosial yang menyuarakan kesetaraan dan kemanusian bagi perempuan harus terus kita dorong dan perkuat dengan konten-konten yang ramah terhadap perempuan. Karena sudah menjadi tugas kita yang memilih jalan dakwah menggunakan media, harus bijak dalam menghadirkan konten-konten yang ramah bagi kemanusiaan.
Jika kita lihat ada begitu banyak akun-akun media sosial yang melabeli akunnya sebagai akun syar’i yang sangat islami namun tidak mencerminkan Islam yang rahmatan lil’alamin. Mulai dari akun khitbah islami, pacaran islami, parenting islami, fashion islami bahkan poligami yang dilabeli syariat islam pun ada, dan yang ramai dalam sepekan ini akun yang memaksakan berhijab sebagai bentuk hijrah yang juga tidak lepas dari label bentuk fashion islami.
Dari banyaknya akun-akun syar’i yang ada, kita sebagai bagian dari pengguna media, harus bisa memfilter dan bijak dalam menggunakan media. Lebih jauh kita juga dapat ikut serta berkontribusi melahirkan konten-konten dengan wawasan yang meluruskan dakwah salah kaprah ini.
Ingat! Bukan sebatas mengkritik atau mereport akun-akun yang salah kaprah ini. Namun sebisa mungkin kita turut andil ambil bagian mendakwahkan Islam yang ramah. Minimal melalui media sosial pribadi kita sebagai bentuk gerakan sosial yang massif. Terlebih jika kita turut andil dalam gerakan-gerakan bersama saling berkolaborasi lintas komunitas untuk memperkuat gerakan yang kita miliki untuk menekan viralnya konten-konten dari akun pendakwah yang salah kaprah. []