Mubadalah.id – Perjuangan Rahmah el-Yunusiyah dalam memajukan pendidikan perempuan tidak berhenti ketika ia berhasil mendirikan Madrasah Lil Banat. Justru setelah itu, ia sadar bahwa sebuah madrasah tidak akan berkembang jika pemimpinnya berhenti belajar.
Karena itulah ia memilih keluar dari lingkungannya, belajar ke berbagai daerah, dan mencari pengalaman baru agar madrasahnya dapat tumbuh dan menjawab kebutuhan zaman.
Rahmah el-Yunusiyah berkeliling ke banyak daerah di Jawa. Ia mengamati sistem pendidikan yang lebih maju, menyerap metode yang relevan, dan membawa pulang apa pun yang bisa memperkuat madrasahnya.
Tapi semangat belajarnya tidak berhenti di Nusantara. Ia pergi lebih jauh, menyeberang ke negeri-negeri tetangga seperti Pinang, Terengganu, Johor, Negeri Sembilan, Selangor, Perak, Pahang, Kelantan, hingga Kedah.
Perjalanan ke negeri seberang itu adalah strateginya. Ia belajar bagaimana sekolah perempuan dikelola, bagaimana kurikulumnya dibangun, bagaimana kedisiplinan dan keteraturan dijaga. Semua itu ia padukan dengan semangat pembaruan Islam yang kuat dalam dirinya.
Bertemu Syarifah Latifah
Dalam salah satu kunjungannya, Rahmah el-Yunusiyah tiba di Kesultanan Siak Sri Indrapura, Riau. Di sana ia bertemu Syarifah Latifah, permaisuri Sultan Syarif Kasim II, yang juga memiliki sekolah perempuan yaitu Latifah School.
Pertemuan dua perempuan pendidik ini menjadi bukti bahwa pendidikan perempuan adalah cita-cita banyak perempuan yang ingin bangsanya bergerak maju.
Bahkan, semua pengalaman itulah yang memperkaya cara pandang Rahmah dan menguatkan langkahnya memajukan madrasah.
Hasilnya adalah Madrasah Islamiyah Lil Banat berkembang pesat. Jumlah siswinya melonjak hingga mencapai lima ratus orang—angka yang luar biasa pada masa ketika sekolah perempuan masih dianggap melawan adat.
Madrasah Rahmah el-Yunusiyah tidak hanya terkenal di Padang Panjang, tetapi juga di berbagai wilayah Sumatra. Bahkan, reputasinya menyebar ke seluruh Indonesia.
Rahmah el-Yunusiyah telah menunjukkan satu pelajaran penting yaitu pendidikan perempuan tidak akan maju jika dipagari oleh ketakutan, tetapi ia akan tumbuh jika dipimpin oleh keberanian untuk terus belajar dan membuka diri.
Dalam konteks hari ini, ketika kita masih menyaksikan resistensi terhadap pendidikan perempuan. Maka perjuangan Rahmah el-Yunusiyah membuktikan bahwa kemajuan pendidikan perempuan. Ia tidak menunggu perubahan datang. Ia menciptakan perubahan itu sendiri.
Dan kita, yang hidup puluhan tahun setelahnya, seharusnya tidak layak mundur dari keberanian yang sudah ia tunjukkan. []








































