• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Berproses Melalui Ngaji KGI

Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) buatku tidak hanya sekedar ngaji tapi juga arena untuk proses pencarian jati diri yang sangat menarik lagi menantang.

Nur Rofiah Nur Rofiah
28/01/2021
in Pernak-pernik, Rekomendasi
1
Ngaji KGI

Ngaji KGI

882
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) buatku tidak hanya sekedar ngaji tapi juga arena untuk proses pencarian jati diri yang sangat menarik lagi menantang. Khususnya sebagai seorang Muslimah yang hidup pada masa kini di sini. Lingkar Ngaji KGI yang baru masuk episode ketiga tadi malam menjadi ruang bersama untuk merefleksikan tema-tema penting dalam kehidupan. Utamanya tema-tema mendasar yang berkaitan dengan kemanusiaan dan keislaman seorang perempuan.

Semua tema Ngaji KGI kita bidik melalui lensa keadilan hakiki perempuan dalam Islam. Ini adalah perspektif yang secara sadar mempertimbangkan aneka pengalaman biologis khas perempuan, terutama menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui.

Pengalaman ini disertai dengan sensasi biologis yang disebut al-Quran dengan sakit (adza), kelelahan (kurhan), bahkan sakit dan kelelahan berlipat-lipat (wahnan ala wahnin). Istilah-istilah yang digunakan al-Quran ini jelas sedang mengajarkan manusia untuk bersikap empatik pada perempuan.

Sayangnya, banyak masyarakat justru menjadikan  pengalaman berdarah-darah ini sebagai alasan untuk meremehkan bahkan menistakan kemanusiaan perempuan. Islam sebaliknya mengajarkan manusia untuk supportif, meringankan, dan respek!

Respek pada pengalaman biologis khas perempuan ini adalah salah satu cita-cita tertinggi sistem kehidupan yang menjadi rahmat bagi semesta termasuk bagi perempuan. Karenanya, sikap empatik, supportif, dan respek pada pengalaman biologis khas perempuan sah sebagai karakter orang yang shaleh/shalehah, muslih/muslihah, dan karakter keluarga/masyarakat/negara/semesta yang Islami/syar’ie.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Perspektif keadilan hakiki juga secara sadar mempertimbangkan kerentanan perempuan secara sosial untuk mengalami stigmatisasi, subordinasi, marjinalisasi, kekerasan, dan beban handa hanya karena menjadi perempuan. Tentu ini adalah bentuk-bentuk kezaliman yang bertentangan dengan perintah Islam untuk bersikap adil pada siapapun.

Bahkan adil, termasuk adil pada perempuan, adalah syarat seseorang menjadi taqwa (i’diluu huwa aqrabu lit-taqwa) sedangkan taqwa atau hubungan baik manusia dengan Tuhan yang melahirkan hubungan baik dengan sesama makhluk-Nya adalah satu-satunya standar nilai manusia di hadapan Allah.

Tiga episode Ngaji KGI telah dibahas dalam 3 Jum’at malam secara berturut-turut: penciptaan laki-laki dan perempuan, selaput dara dan konsep kesucian dalam Islam, serta tabu menstruasi dalam perspektif Islam.

Banyak sekali tema-tema menantang untuk dijadikan tema Ngaji KGI :

Pertama. Terkait erat dengan pengalaman biologis seperti akhlak hubumgan seksual dalam Islam,  wasiat Islam pada manusia tentang kehamilan dan persalinan, pesan Islam untuk memanusiakan ibu dalam proses penyusuan, tuntunan Islam untuk support pada perempuan selama nifas, menopause dan andropause dalam perspektif Islam.

Dua. Terkait dengan pengalaman sosial seperti Tauhid anti patriarki, sejarah kehadiran Islam sebagai sejarah penghapusan kekerasan berbasis gender pada perempuan, praktek-praktek berbahaya pada perempuan dalam pandangan Islam, mewaspadai nilai misoginis dalam pemahaman atas Islam,  dll.

Tiga. Terkait dengan sistem perkawinan dan keluarga seperti qiwamah dan wilayah yang menjadi basis relasi gender dalam perkawinan. Dua konsep kunci yang sangat mempengaruhi banyak sekali topik-topik turunannya. Pada pra perkawinan misalnya ada konsep kafaah, khitbah, jodoh, baligh, saat prosesi nikah seperti akad nikah,  mahar, wali nikah, saksi nikah dll, selama menikah seperti konsep kepemimpinan keluarga, ketaatan (ithoah), nafkah, pengasuhan anak,  pemukulan istri,  poligami, nusyuzz dll, pasca nikah berakhir (kematian/perceraian): thalak, khulu’,  waris,  mut’ah,  dll,  dsb.

Empat. Terkait dengan problem kekinian: pemotongan dan perlukaan genitalia perempuan (P2GP) termasuk khitan perempuan, perkawinan anak, perempuan bekerja,  kepemimpinan perempuan di ruang publik, single parent, LDR, dll.

Lima. Tentu penguatan metodologi studi Islam perspektif keadilan hakiki perempuan juga tak kalah pentingnya untuk dibahas. Kalau yang ini ada mekanisme khusus karena serial. Terdiri dari 3 seri @ 2 materi sehingga total 6 pertemuan. Setiap materi dan seri menjadi syarat untuk mengikuti materi dan seri lainnya.

Kapan nulis bukunya? Nah ini dia yang sdengan difikirkan sambil jalan, eh duduk. Gimana caranya Ngaji KGI bisa sekalian menjadi arena penajaman yang sedang ditulis.

Mengamati respon peserta/jamaah Ngaji KGI, baik yang disampaikan melalui medsos maupun japri, sepertinya Ngaji KGI juga menjadi proses bagi mereka untuk menemukan jati diri sebagai seorang Muslimah yang bermartabat. Tidak direndahkan atas nama apapun termasuk atas nama pemahaman atas Islam. (pemahamannya loh yes!).

Ternyata refleksi peserta Ngaji KGI yang laki-laki juga tak kalah menarik. Khususnya pada perubahan cara pandang atas kehidupan. Ingin rasanya ku-tag mas itu yang sering japri melaporkan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.  Refleksi dari peserta Ngaji KGI, baik perempuan maupun laki-laki, sering menjadi amunisi yang mengobarkan kembali semangat yang karena sesuatu hal suka terjun bebas. []

Tags: Keadilan Hakiki PerempuanKongres Ulama Perempuan IndonesiaLingkar Ngaji KGINgaji KGIulama perempuan
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID