Mubadalah.id – Peringatan hari perempuan internasional tahun ini menjadi sangat istimewa bagi kaum hawa di Uni Emirat Arab (UEA). Apa pasalnya? Sebagai negara yang berupaya untuk terus memberdayakan masyarakatnya, UEA tidak memandang sebelah mata terhadap gender dan kapasitas diri. Termasuk baru-baru ini, dalam peluncuran misi Uni Emirat Arab untuk mendaratkan diri ke Mars, misi yang bertajuk Hope tersebut memberikan kesempatan yang luas bagi astronot perempuan untuk terlibat aktif.
Yang menarik, misi pertama ke Mars ini juga dipimpin oleh perempuan bernama Sarah binti Yousif al-Amiri. Sosok perempuan muda berputra dua itu dipercaya sebagai manajer proyek usai sukses terlibat dalam proyek antariksa lainnya. Setelah lulus dari American University di Sharjah, al Amiri mengawali kariernya sebagai insinyur dirgantara. Tak lama, perempuan kelahiran Iran itu kemudian mendapatkan kesempatan bekerja di Emirates Institution for Advannced Science and Technology.
Dari sana, talentanya terus berkembang dan bahkan ia turut membantu proyek DubaiSat-1 dan DubaiSat-2, dua satelit pertama UEA. Tak selesai sampai disitu, ia masih diikutkan dalam pengembangan lanjutan DubaiSat-3/KhalifaSat serta diamanahi sebagai direktur divisi Advanced Aeronautical Systems.
Pada tahun 2014 lalu, ia berhasil memperoleh gelar magister di bidang teknik komputer dan di saat yang sama, ia bekerja sebagai Kepala Ilmu Antariksa. Melalui jabatannya, penggemar Star Wars tersebut lalu mengembangkan sayap dengan mendirikan unit penelitian dan pengembangan terkait.
Dengan torehan luar biasanya, dari mengembangkan pusat luar angkasa hingga menjadi kepala dewan sains, Agustus 2020 lalu, ia pun dinobatkan sebagai Ketua Badan Antariksa UEA. Kepercayaan yang diberikan negara kepada Sarah tak ia sia-siakan. Kini, UEA sedang menggodok misi luar angkasa prestisius yang menelan biaya sekitar 200 juta dollar AS atau sekiatr 2,9 trilliun rupiah. Harapannya, UEA dapat mempelajari data planet Mars secara lebih mendalam, dari dinamika atmosfer hingga perubahan iklim.
Di sisi lain, penunjukannya sebagai pimpinan membuatnya lebih leluasa merangkul lebih banyak perempuan dalam tim misi ini. Dan yang menggembirakan, keberadaan koleganya sesama perempuan didasarkan pada prestasi dan kontribusi mereka selama pengembangan misi. Jadi, bukan hanya sekadar formalitas semata.
Kiprah Sarah dalam membuka jalan dalam eksplorasi ruang angkasa kemudian mengingatkan kita pada tantangan Al Quran bagi manusia untuk terus mengembangkan penelitian demi mewujudkan kehidupan lebih baik, utamanya pada Surat Ar Rahman ayat 33: “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”
Kemajuan misi Mars dan apa yang dicapai oleh Sarah bagaikan oase di padang sains dunia Islam yang minim inovasi karena lebih sibuk bergolak dengan isu ekstremisme serta konflik sipil. Prestasinya dalam dunia antariksa juga membuktikan bahwa Al Quran tak pernah membeda-bedakan jenis kelamin untuk urusan riset dan pengembangan ilmu. Sangat jelas sekali dalam ayat di atas bahwa yang disebut adalah golongan jin dan manusia, bukan hanya laki-laki saja!
Tentu, ini semakin menampikkan anggapan bahwa dunia sains dan teknologi hanyalah ranah kaum adam. Pencapaian Sarah pun menandai bahwa perempuan jika diberi peluang yang sama dengan kompatriotnya, akan mampu bersaing dan mencatatkan prestasi mentereng. Melalui kontribusinya dalam sains, ia pun menginspirasi lebih banyak perempuan untuk tak lagi ragu bercita-cita tinggi. Bahkan sebagai ibu, ia berharap bahwa apa yang ia lakukan dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak.
Selain itu, misi lain yang ia usung adalah mendakwahkan Islam melalui pengembangan riset teknologi di bidang antariksa. Merujuk surat Ar Rahman, Sarah membuktikan bahwa perempuan pun bisa menjadi inspirasi dunia untuk menginternalisasi pesan Al Quran di dunia. Di samping itu, ia berharap pendidikan ke depannya tidak hanya selalu bertolak ke masa lalu, tapi bagaimana caranya agar terus berorientasi pada inovasi agar membawa umat menjadi pemimpin peradaban dunia.
Jika Uni Emirat Arab sudah mampu mencanangkan misi Mars dan merangkul lebih banyak perempuan untuk berdaya, yang jadi pertanyaan kemudian adalah kapan negeri ini mau mengikuti jejak mereka? Fyi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional milik kita jauh lebih dulu didirikan lho. Apa tidak malu dan masih saja mau mengglorifikasi kejayaan Islam masa lalu? []