• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tulisan Sebagai Media Perempuan Mendukung Perempuan

Apabila wawasan yang didapatkan dari satu penulis dapat memberdayakan saya, bayangkan jika makin banyak perempuan yang menulis dan menyuarakan pemikiran mereka

Retno Daru Dewi G. S. Putri Retno Daru Dewi G. S. Putri
24/09/2021
in Personal
0
Insecure

Insecure

135
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 19 Agustus yang lalu, saya mendapatkan kesempatan menjadi pemantik di sebuah diskusi. Diskusi daring yang diselenggarakan oleh komunitas Puan Menulis tersebut bertemakan Kompleksitas Masalah Perempuan. Perbincangan kami lakukan berdasarkan buku Menjadi Perempuan Lajang Bukan Masalah oleh Wanda Roxanne Ratu Pricillia.

Di awal pembahasan yang saya lakukan, saya terang-terangan menyampaikan bahwa buku yang disebut Wanda sebagai Kubi (Kuning Biru, sesuai warna sampulnya) tersebut telah menyelamatkan saya. Akhirnya, tidak hanya membahas ide-ide yang disepakati, tapi saya juga sembari curhat bahwa Kubi membuka mata saya.

Empat hari sebelum diskusi, buku Kubi tiba di rumah saya dari Yogyakarta. Awalnya saya berniat untuk menjadikan buku tersebut sebagai penghargaan jika berhasil mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk. Akan tetapi, karena saya diminta menjadi pemantik diskusi, akhirnya saya pun segera membaca anak ideologis dari Wanda tersebut di sela-sela pekerjaan saya.

Selain menjadi hiburan di tengah kesibukan, Kubi tiba di saat yang tepat. Pada saat itu saya berada di persimpangan antara memilih untuk tinggal atau pergi dari sebuah hubungan yang toksik. Sebagai perempuan yang mandiri, ada kalanya hal sesederhana ini terasa sulit karena logika saya berkonflik dengan emosi. Akan tetapi, Kubi berhasil menyelamatkan saya melalui tulisan-tulisannya.

Salah satu tulisan yang membuat saya tersentak adalah Kapan Nikah (2). Pada tulisan tersebut, Wanda merangkum empat hal yang harus dipersiapkan sebelum menikah menurut situs Satu Persen. Keempat hal tersebut adalah mengenal pasangan, tidak menjadikan menikah sebagai solusi permasalahan, tidak karena tekanan sosial, dan belajar mengembangkan diri terlebih dahulu. Saya kemudian tersadar bahwa saya sedang menjajaki proses pengenalan dengan seseorang yang sudah tidak menunjukkan gelagat yang baik. Sehingga tidak salah apabila relasi yang terjadi segera saya tinggalkan demi kebaikan diri sendiri.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Mata saya semakin terbuka ketika membaca tulisan yang berjudul Mengenali dan Mengakui Sifat Toxic dalam Diri. Paparan Wanda mengenai ciri-ciri seseorang yang toksik persis seperti karakter orang spesial yang sempat dekat dengan saya. Berasal dari keluarga yang tidak hadir secara emosional, egois, dan kerap menyalahkan serta menjelekkan orang lain menjadi tiga ciri-ciri yang saya temui dalam proses perkenalan yang kami lalui. Akan tetapi, seolah-olah belum tersadarkan juga, ketiga karakter tersebut belum cukup kuat untuk membangunkan saya dari imajinasi yang semu hingga artikel terakhir yang ditulis Wanda pada Kubi.

Tulisan terakhir Wanda pada bukunya merupakan penjelasan singkat mengenai hubungan yang toksik. Berjudul Toxic Relationsh*t: Mengenali Siklus Kekerasan Hubungan, terdapat tiga fase yang sebelumnya dipaparkan oleh Dr. Lenore Walker di tulisan ini. Dari fase tension builds, explosion, dan honeymoon period, tahapan terakhir lah yang semakin memantapkan saya untuk pergi jauh-jauh dari hubungan yang tidak ada manfaatnya.

Honeymoon period adalah perilaku pasangan yang toksik ketika merajuk dan meminta maaf pada pasangannya. Hal ini dilakukan agar pasangan yang menjadi korbannya lupa bahwa pernah ada konflik yang luar biasa beracunnya di antara mereka. Tidak hanya itu, pelaku juga cenderung menyalahkan pihak atau hal lain akan perilakunya yang emosional. Tulisan ini seolah-olah mengingatkan bahwa si ‘dia’ yang saat itu hadir di hidup saya memang pernah melalui fase honeymoon period dengan saya dan pasangan sebelumnya. Sehingga, logika saya kembali menguat dan berhasil membawa saya keluar dari hubungan yang toksik sebelum terlambat.

Perempuan Mendukung Perempuan Melalui Tulisan

Walaupun sama-sama menjadi anggota komunitas yang sama, saya dan Wanda tidak pernah bertemu secara langsung. Pandemi COVID-19 mengharuskan kami berkomunikasi secara daring selama hampir setahun. Akan tetapi, ide-ide yang dituangkannya di dalam buku Menjadi Perempuan Lajang Bukan Masalah dapat menggerakkan saya keluar dari hubungan yang mudarat. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya tulisan di dalam mendukung sesama perempuan untuk saling menjaga dan menyayangi diri sendiri.

Tidak hanya yang disebutkan sebelumnya, Kubi memiliki 17 tulisan lain oleh Wanda yang sebelumnya telah diterbitkan secara daring di situs Mubadalah.id. Keadilan Gender Dimulai dari Toilet, misalnya, berisikan ide mengenai kebutuhan perempuan akan toilet yang dipaparkan dengan sangat menarik. Tambahan waktu yang dibutuhkan oleh perempuan karena harus masuk dan mengunci bilik toilet, mengganti pembalut, hingga menggantungkan barang-barang bawaan menjadi hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh saya.

Walaupun sebab durasi penggunaan toilet dapat dicari tahu, proses yang lama seringkali diasosiasikan dengan perempuan yang seringkali bersolek maupun bergosip di dalam kamar mandi. Dengan tulisan Wanda tersebut, kini saya bisa membantu dekonstruksi pemikiran bahwa perempuan yang lama di toilet bukan karena pilihan melainkan mereka yang menyediakan fasilitas tersebut memang tidak memahami kebutuhan kami.

Apabila wawasan yang didapatkan dari satu penulis dapat memberdayakan saya, bayangkan jika makin banyak perempuan yang menulis dan menyuarakan pemikiran mereka. Mungkin tidak hanya saya saja yang dapat diselamatkan dari hubungan yang toksik. Perempuan lain bisa saja turut menjadi berdaya dan mampu ikut serta mendekonstruksi pemikiran masyarakat setelah membaca tulisan perempuan lainnya.

Akan tetapi, membaca dan menulis masih menjadi permasalahan di negara kita. Indonesia bukan negara dengan tingkat literasi yang tinggi. Kurangnya pola pikir yang kritis karena kurang membaca diperburuk dengan hadirnya jaringan internet dan media sosial yang menyajikan informasi-informasi instan. Salah satu akibatnya adalah tersebarnya informasi-informasi hoaks yang dapat merugikan orang banyak tak terkecuali perempuan.

Oleh karena itu, kita tidak boleh berhenti menyebarkan informasi-informasi yang dapat membantu khalayak ramai terutama perempuan. Buku-buku seperti Menjadi Perempuan Lajang Bukan Masalah layak direkomendasikan untuk menambah sudut pandang banyak orang tentang kehidupan perempuan. Selain itu, artikel-artikel bermanfaat yang dapat ditemukan secara daring juga dapat disebarkan melalui unggahan akun media sosial agar dapat diakses dan dibaca oleh perempuan-perempuan lainnya.

Bagi yang ingin atau sudah menulis, jangan berhenti. Semakin banyak pemikiran perempuan tersebar di luar sana, semakin banyak pula perempuan yang akan terbantu. Kita mungkin tidak bisa selalu hadir secara langsung. Akan tetapi, melalui tulisan, dukungan antara perempuan dapat terus dilakukan. Seperti saya yang sudah diselamatkan oleh Wanda, siapa tahu banyak perempuan-perempuan lain yang menjadi berdaya akibat gagasan di dalam tulisan-tulisan kita.

Layaknya apa yang dikatakan oleh R.A. Kartini, “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” Maka, mari saling memberdayakan dan menguatkan melalui pikiran, ucapan, tindakan, maupun tulisan. []

 

 

 

Tags: GenderLajangmediamenulisperempuanToxic RelationshiptulisanWomen Supporting Women
Retno Daru Dewi G. S. Putri

Retno Daru Dewi G. S. Putri

Daru adalah staf redaksi Jurnal Perempuan dan seorang pengajar bahasa Inggris di Lembaga Bahasa Internasional, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Anggota Puan Menulis ini memiliki minat seputar topik gender, filsafat, linguistik, dan sastra.

Terkait Posts

Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl
  • Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat
  • KB dalam Hadits
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version