Mubaadalahnews.com., – “Remang – remang sinar lampu wayahe sore / Lilin tugel ganti surupe srengenge / Nunggu kakang wis lawas langka kabare / Rasa pegel, duh kakang sun ngentenane /…”
Cuplikan lirik lagu tarling “Remang-Remang” ciptaan Papa Rama yang dipopulerkan oleh Diana Sastra itu menyelimuti malam Jum’at, 16 Januari 2020 di Aula Kampus Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.
Lebih dari ratusan orang ikut hanyut dalam lagu yang dinyanyikan oleh Diana Sastra pada peringatan sepuluh tahun wafatnya KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.
Sebagian orang ikut bernyanyi, berjoget dan bergembira saat musik tarling (gitar suling) mulai di dendangkan dan lagu remang-remang mulai dinyanyikan.
Tidak ada sekat, baik Islam, Kristen, Katholik, Buddha dan Hindu duduk saling berdampingan dan menikmati lantunan lirik lagu itu. Kopi, Teh, buah-buahan dan beberapa kue ikut menghiasi acara yang dikemas dengan sederhana itu.
Sebelum menyanyikan lagu remang-remang, Sang Penyanyi, Diana Sastra mengatakan bahwa lagu remang-remang menjadi bagian favorit dari Gus Dur. Gus Dur sering memutar lagu ini dalam setiap perjalanannya.
“Ada orang yang bercerita kepada saya, kalau DVD musik tarling remang-remang ini tidak terlepas dari di mobilnya Gus Dur,” kata Diana, sapaan akrabnya.
Menurut Diana, lagu yang menceritakan kehidupan masyarakat wilayah pantura dan sekitarnya itu menjadi salah satu lagu kesukaan Gus Dur, bahkan begitu cintanya Gus Dur dengan lagu ini, Gus Dur pernah meminta Diana menyanyikannya langsung di hadapan Gus Dur.
“Berkat lagu remang-remang akhirnya saya bisa berjumpa dengan beliau (Gus Dur) ditahun 2008. Beliau berkata lagu-lagu tarling di daerahmu itu hampir semuanya menceritakan kehidupan bermasyarakat wilayah pantura dan sekitarnya,” ucapnya.
Dari syair lagunya yang menggelitik namun sederhana, membuat lagu ini memang disukai oleh banyak orang, termasuk oleh presiden ke empat Republik Indonesia itu.
Berkat Lagu Dapat Jodoh
Artis Pantura itu menceritakan, di tahun 2010 ketika ramai televisi-televisi memberitakan tentang begitu besarnya apa yang sudah diberikan Gus Dur untuk Indonesia, nama Diana Sastra pun ikut sering diberitakan di media-media sosial. Dari media sosial tersebutlah dirinya bisa berkenalan dan sekaligus menikah dengan jodohnya.
“Di tanggal 18 September 2010 saya berkenalan lewat media sosial dengan Mas Fajar Andianto, Karena kebetulan Mas Fajar sendiri kenal dekat dengan Mba Alissa dan keluarga besar Gus Dur di Yogyakarta. Maka dari situlah akhirnya kita menikah. Dengan lagu remang-remang saya bisa bertemu dengan Gus Dur, dengan lagu remang-remang juga saya bisa ketemu jodoh saya,” ungkapnya.
Jaga Kesenian dan Kebudayaan Lokal
Ia mengingatkan, bahwa dengan lagu-lagu tarling ini memberikan banyak sekali kebahagiaan dan keberuntungan, maka sudah seharusnya dijaga dan terus dilestarikan budaya-budaya dan kesenian lokal ini.
“Masya Allah, bagi saya tarling begitu dahsyat membawa saya sampai detik ini. Saya hanya bisa bertitip pesan melalui silahturahmi ini bahwa Kota Cirebon, kita jadikan sebagai kota yang semakin maju dari segi agama, pariwisata, kesenian dan budayanya,” tuturnya.
Ia juga berpesan agar kesenian tarling ini bisa terus lestari maka dari segala pihak baik pemerintah seniman dan seniwati masyarakat Cirebon untuk saling bekerjasama.
“Seperti Gus Dur bilang gitu aja kok repot. Jadi, aja repot ya, yen ngerongokna lagu tarling,” tandasnya.
Untuk diketahui Haul Gus Dur ke-10 yang bertajuk Kebudayaan Melestarikan Kemanusiaan ini menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya Ketua Yayasan Fahmina, KH. Husein Muhammad, Sekretaris Lakpesdam PBNU, KH. Marzuki Wahid, Rois Syuriah PCNU Kab. Cirebon, KH. Wawan Arwani Amin, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, Rektor ISIF, Ny. Hj. Afwah Mumtazah, Pimpinan Pondok Kebon Jambu al-Islamy Babakan, Ny. Hj Masriyah Amva, Pendeta GKI Cirebon, Yohanes Muryadi, dan para tokoh lainnya.
Dimeriahkan juga oleh Paduan Suara Anak Muda Gereja-Gereja Cirebon, OIKOMENE Voice Of Cirebon, Stand Up Comedy, Musik Tarling, Pembacaan Monolog, Puisi, dan kesenian lainya. (RUL)