Mubadalah.id – Penulis kitab Sittin Adliyah, Faqihuddin Abdul Kodir mengatakan bahwa memuliakan dan menghormati laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari menghormati kemanusiaan.
Kang Faqih, sapaan akrabnya menegaskan, sudah banyak ayat dan hadis yang memerintahkan bahwa laki-laki dan perempuan adalah manusia yang harus dihormati.
Karena keduanya, menurut Faqih, diciptakan oleh Allah SWT sebagai ciptaan yang terhormat.
“Tentu saja sudah banyak ayat yang menegaskan bahwa manusia harus dihormati, dan manusia pasti kalau tidak laki-laki adalah perempuan. Maka tentu saja menghormati perempuan, menghormati laki-laki adalah bagian dari menghormati kemanusiaan,” kata Kang Faqih, saat Ngaji Kesalingan, melalui Fanspage Facebook Mubadalah.id, pada Senin, 4 April 2022.
“Menghormati perempuan adalah menghormati manusia yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dalam berbagai ayat di al-Qur’an dan juga tentu saja oleh Nabi Muhammad Saw,” lanjutnya.
Kang Faqih juga menyampaikan dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa suatu saat Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, itu sedang disisir rambutnya oleh pembantunya.
Lalu Ummu Salamah mendengar Rasulullah Saw memanggil orang-orang untuk kumpul ke masjid, ya ayyuhannas, ya ayyuhannas, ya ayyuhannas atau dalam bahasa Indonesia, wahai orang-orang, wahai manusia silahkan kumpul di masjid, akan ada pengumuman, dan pembelajaran.
Kemudian, lanjut kata Kang Faqih, Ummu Salamah mengatakan kepada pembantu atau asisten yang menyisirnya, sudah dulu, sudah dulu saya akan pergi ke masjid memenuhi panggilan Rasulullah Saw.
Lalu sang pembantu mengatakan kepada Ummu Salamah, innama da’a arrijal, Nabi itu hanya memanggil laki-laki.
Lalu apa jawaban Ummu Salamah. Ummu Salamah justru menjawab inni minannas, saya kata Ummu Salamah, bagian dari manusia, atau saya adalah manusia, sementara Nabi memanggil manusia, memanggil orang-orang. Saya kan orang-orang dan saya termasuk di antara yang dipanggil oleh Rasulullah Saw.
“Kesadaran ini tidak mungkin muncul, hadir dalam diri Ummu Salamah, dia perempuan kalau tidak ada revolusi pandangan bahwa perempuan adalah manusia,” ucap Kang Faqih.
Selain itu, Kang Faqih sangat menyayangkan karena dalam realitas sekarang masih dihadapkan oleh pandangan-pandangan keagaman dan kebijakan pemerintah yang masih merendahkan perempuan.
“Tetapi kadang-kadang kita menemukan beberapa pihak, orang, individu mungkin juga pandangan-pandangan tafsir keagamaan atau kebijakan pemerintah atau norma yang ada dimasyarakat, justru yang terjadi sebaliknya, itu mendeskreditkan perempuan, atau merendahkan kemanusiaan perempuan,” tukasnya. []