Mubadalah.id – Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang di dalamnya terdapat peristiwa yang luar biasa. Di bulan tersebut makhluk termulia, pemimpin para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad saw. lahir ke bumi. Di mana saat kelahiran baginda Nabi Muhammad saw. langit menjadi terang benderang, api sesembahan negeri Persia menjadi padam di mana sebelumnya tidak pernah padam dan gedung-gedung di negeri tersebut runtuh (Maulid Diba’).
Saat bulan Rabiul Awal tiba, mayoritas umat Islam di dunia merayakan bulan kelahiran Nabi dengan berbagai cara. Misalnya di Negara Mesir mereka merayakan maulid dengan cara menghias permen, di India saat bulan Maulid tiba, para perempuan di India akan berbondong-bonding menuju masjid Hazratbal untuk menyaksikan secara langsung sehelai jenggot milik Nabi Muhammad SAW.
Di Indonesia sendiri, pelaksanaan peringatan Maulid dengan pembacaan syair-syair Maulid seperti Maulid Diba, Simtudh Dhurar, Barzanji dll. Sehingga tidak aneh, jika pada bulan Rabiul Awal pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad menggema di langit Indonesia.
Sejarah Perayaan Maulid Nabi
Jika kita telisik, sebenarnya perayaan Maulid sudah ada pada zaman Nabi dan Nabi sendiri yang mempratikkannya. Hal ini terbukti dalam sebuah hadis dalam kitab Shahih Muslim di mana saat ditanya tentang mengapa beliau puasa di hari Senin, lantas beliau menjawab dengan redaksi,
يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ، أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim : 1162)
Selain itu, dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa Nabi Isa.as juga memperingati hari kelahirannya dan berharap keselamatan dan kesejahteraan tercurah padan. Selain itu, terhindar dari segala bencana dan aib serta kekurangan di hari kelahirannya. (Tafsir al- Misbah, Vol 8, h.180)
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
“Dan salam atas diriku pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan hidup (kembali).” (QS. Maryam [19]: 33)
Memperingati hari kelahiran merupakan hal yang penting, karena di dalamnya terdapat harapan, bentuk rasa syukur dan mengingat akan sebuah peristiwa penting. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. yang memperingati peristiwa penting selamatnya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun dengan berpuasa Asyuro dan mengatakan bahwa beliau lebih berhak atas Nabi Musa daripada umat Yahudi (HR. Muslim).
Ragam Perayaan Maulid Nabi
Oleh karena itu dalam momentum bulan Rabiul awal ini atau yang lebih kita kenal dengan bulan Maulid, mayoritas umat muslim merayakan bulan kelahiran Nabi dengan cara masing-masing. Terlebih umat Islam di Indonesia, mereka memperingati bulan Maulid dengan melakukan kegiatan selawatan bersama yang biasanya berlangsung selama 12 hari. Selain untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, selawatan juga sebagai bentuk reflesi dari QS. al-Ahzab [33]: 56 :
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS.al-Ahzab [3]: 56)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah dan para Malaikat berselawat pada Nabi dan memerintahkan orang mukmin untuk berselawat pada Nabi. Dalam tafsirnya, al-Qurthubi menjelaskan bahwa selawat Allah kepada Nabi adalah bentuk kasih sayang dan ridlaNya. Selawat dari malaikat adalah bentuk doa dan permintaan ampunan dari Malaikat untuk Nabi.
Maulid Nabi Refleksi dari Al Qur’an
Sedangkan selawat dari umatnya adalah sebagai bentuk doa kepada Nabi serta pengagungan terhadap perintah Allah. Selain itu selawat adalah sebagai bentuk Allah memuliakan Nabi Muhammad saw. di atas Nabi lainnya. Sehingga orang mukmin wajib hukumnya bersholawat kepada Nabi meskipun hanya sekali seumur hidup.
Bahkan dalam pandangan Imam Zamakhsary hukum selawat adalah wajib saat kita mendengar nama Muhammad saw. disebut. Hal ini berdasarkan hadis:
مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ
Barang siapa yang ketika disebut namaku, ia tidak bersholawat padaku, kemudian ia mati, maka ia akan masuk neraka” (Syarah Ibnu Hibban: 907)
Imam Qurthuby juga menambahkan bahwa hamba yang baik tidak akan pernah lupa akan memperbanyak selawat kepada Nabi. (Al-Qurthuby, Jami’ Lil Ahkam al-Qur’an). Sehingga jelas bahwa kegiatan maulid Nabi yang dilakukan umat Islam di Indonesia maupun di dunia adalah bentuk refleksi dari ajaran QS.al-Ahzab [33]:56 tentang perintah Allah untuk berselawat pada Nabi. Selain itu selawat juga mempunyai keutamaan yang besar, di mana dalam hadisnya Nabi bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barang siapa yang berselawat padaku sekali, Allah akan bersholawat padanya sepuluh kali” (HR.Muslim: 408)
Penjelasan dalam Kitab Manahij Syarh Shahih Muslim, bahwa maksud Allah berselawat sepuluh kali adalah, Allah memberikan rahmatnya dan melipatgandakan pahala orang yang berselawat. Walhasil, merayakan bulan Maulid dengan cara berselawat adalah bentuk kepedulian kepada Nabi dan bentuk melaksanakan perintah Allah dalam kitabnya. Semakin seseorang banyak membaca selawat semakin besar pula rahmat dan pahala yang kita dapat. Wallahu’alam bi shawab. []