Mubadalah.id – Ekonomi yang makin sulit, membuat banyak orang baik secara sadar atau tidak; suka mengeluh. Ada banyak orang yang mengeluh karena merasa bahwa ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Ya, tidak bisa dipungkiri, keadaan ekonomi kita saat ini sedang di ambang resesi. Ditambah lagi, harga kebutuhan pokok dan biaya hidup terus melonjak dari hari ke hari, semakin memperparah kondisi ekonomi.
Wajar, bila pada akhirnya banyak orang mengeluh. Karena, mereka tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi dan menyikapi kesulitan ekonomi yang terjadi. Belum lagi, banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan sebagai imbas goyahnya keuangan perusahaan. Jika sudah tidak lagi bekerja, bagaimana mereka bisa menghidupi anak dan istri mereka?
Sebagai manusia, tentu kita pernah mengeluh. Baik kita sadari atau tidak. Mengeluh dalam KBBI adalah menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya). Artinya, ketika kita merasa susah atau menderita, kita akan mengeluh. Seperti saat ini, keadaan ekonomi yang berada di ambang resesi, membuat kita menggeluh. Namun, apakah dengan mengeluh lantas masalah bisa selesai? Tidak, bukan?
Allah Swt menegaskan bahwa manusia suka mengeluh. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah. Apabila mendapat kebaikan (harta), ia amat kikir. (QS. Al-Maarij: 19-21).
Sifat Alamiah Manusia
Mengeluh dan kikir adalah dua sifat alamiah yang manusia miliki. Saat sedang susah atau menderita, kita mudah sekali mengeluh. Sebaliknya, saat mendapat nikmat, kita lupa bersyukur dan cenderung kikir.
Suka mengeluh bisa menjadi penyebab rezeki menjadi seret alias mampet. Jika kita mau renungkan, berapa banyak kesusahan yang Allah berikan kepada hamba-Nya? Jumlahnya pasti sangat sedikit sekali bila kita bandingkan dengan nikmat-Nya yang begitu banyak. Meski begitu, alih-alih bersyukur, kita justru lebih sibuk mengeluh dengan penderitaan .
Coba bayangkan, kita masih diberi kesehatan saja sudah merupakan nikmat yang besar, tetapi kita tidak pernah menyadarinya dan menganggap kesehatan itu sebagai sesuatu yang biasa. Kita baru sadar manakala sakit, bahwa kesehatan itu adalah nikmat yang mahal. Karena, saat sakit, kita harus mengeluarkan biaya yang besar demi bisa sehat kembali.
Seretnya rezeki bukan hanya faktor ekonomi yang mulai goyah, tapi boleh jadi karena kita suka mengeluh. Semakin sering mengeluh, maka semakin tertutup pintu rezeki. Sebab, Allah tidak menyukai hambanya yang gemar mengeluh.
Menjemput Rezeki, Bukan Hanya Menunggu
Allah menyuruh kita untuk menjemput rezeki bukan hanya sekadar berdiam diri dan berkeluh kesah. Dengan kita berusaha untuk menjemput rezeki, Dia akan memberikan petunjuk di mana kita bisa menemukan rezeki.
“Bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah.” (QS. Al-Jumuah:10)
Ingatlah, bahwa Allah yang Maha Pemberi Rezeki. Besar kecilnya rezeki yang dkita apat harus kita syukuri. Jika yang kecil saja tidak mampu kita syukuri, bagaimana kita mampu mensyukuri yang besar?
Jangan sampai, karena terlalu sering mengeluh membuat kita lupa untuk bersyukur dan menjadi sebab tertutupnya pintu rezeki. Sejatinya, rezeki Allah itu luas, tetapi kita sendirilah yang menjadikannya sempit.
Salah satu cara agar rezeki kita lapang adalah jangan banyak mengeluh dan selalu bersyukur serta bersabar dengan segala keadaan. Bukankah Allah selalu bersama orang-orang yang sabar? Jika kita selalu bersyukur, maka Allah akan menambah lagi nikmat-Nya kepada kita, sebaliknya jika kita kufur (mengeluh), azab-Nya sungguh pedih.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku,) sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim:7). []