Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Muhammad Anas Qasim Ja’far tentang tokoh gerakan perempuan dalam Islam pertama di Mesir adalah Rifa’ah Tahtawi (laki-laki).
Rifa’ah Tahtawi merupakan sosok yang cerdas yang diutus untuk belajar di Prancis. Sepulangnya dari Parancis ia menganggap perlunya Mesir berhubungan dengan negara-negara Barat untuk menyerap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, Rifa’ah Tahtawi mempelopori suatu gerakan pembaruan Mesir dalam berbagai bidang kehidupan keagamaan, budaya, dan sosial.
Di antara pembaruan Tahtawi adalah soal keprihatinan atas kondisi kaum perempuan dan keharusan memberikan hak-hak mereka sebagaimana yang syari’at Islam tetapkan.
Rifa’ah Tahtawi merupakan pemikir Mesir modern yang pertama mencurahkan waktu, tenaganya, dan pemikirannya untuk kaum perempuan.
Pada tahun 1872, ia menulis buku yang berjudul al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin (Petunjuk yang Dapat Percaya untuk Anak Perempuan dan Anak Laki-laki).
Buku ini menjelaskan bahwa reformasi terhadap kondisi kaum perempuan dan memperbaiki nasibnya, merupakan kebutuhan yang sangat fundamental.
Dengan konsep pengajarannya terhadap kaum perempuan, Rifa’ah merupakan tokoh yang pertama kali menggelorakan Tahrirul mar’ah atau gerakan perempuan, khusunya di Mesir dan umumnya di dunia Islam.
Akan tetapi gerakan perempuan yang Rifa’ah Tahtawi kehendaki. Bukan sebagaimana gerakan pembebasan perempuan di Barat yang mengusung gagasan pembebasan, yang bahkan menurutnya sebagai isu radikal.
Gerakan pembebasan perempuan yang Rifa’ah kehendaki masih tetap dalam bingkai-bingkai Islam. Yaitu isu yang diusung dalam melakukan pembelaan dan pembebasan selalu dihubungkan dengan syari’at Islam atau ajaran agama Islam.
Misalnya perempuan tetap tidak boleh meninggalkan jilbab walaupun dia melakukan perjuangan dan pembebasan bagi kaumnya.*
*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.