• Login
  • Register
Selasa, 29 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perempuan di Pesantren

Greg Barton mencatat bahwa pada tahun 1917, KH. Bisri Syansuri, kakek Gus Dur dari Ibu dan Pendiri Jam'iyah Nahdlatul Ulama adalah kiai yang pertama mengenalkan kelas pertama puteri ke dunia pesantren

Redaksi Redaksi
15/11/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Perempuan di Pesantren

Perempuan di Pesantren

402
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan di pesantren tampaknya belum banyak dibicarakan secara lebih khusus. Bahkan Cliffort Geertz ketika mendeskripsikan pesantren, secara eksplisit hanya menyebutkan “siswa pria muda”.

Hal ini memperlihatkan bahwa pada masa awal, pesantren hanya dihuni oleh laki-laki, atau hanya laki-laki saja yang dapat kesempatan belajar di pesantren.

Hanya saja, perkembangan pesantren menunjukkan bahwa telah banyak perempuan yang belajar di pesantren.

Hal ini terbukti, misalnya dengan berdirinya pesantren khusus puteri seperti di Pesantren Hidayatul Mubtadiat Lirboyo Kediri, Pesantren Cukir dan Seblak di Jombang (keduanya di Jawa Timur), dan lain-lain.

Menurut Zamakhsyari, Ponpes perempuan telah berdiri sejak tahun 1910-an. Dari hasil penelitiannya di sejumlah pesantren, ia menyatakan bahwa jumlah santri perempuan sangat besar rata-rata sekitar 60% dari santri laki-laki.

Baca Juga:

A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?

Wacana Keagamaan Masih Menempatkan Perempuan sebagai Sumber Fitnah

Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

Di Cukir Tebuireng Jombang misalnya jumlah santri putri yang tinggal di komplek Seblak dan Cukir, pada tahun 1978 ada 1100 orang. Seperti halnya santri-santri putera, santri perempuan juga berasal dari daerah-daerah yang jauh.

Greg Barton mencatat bahwa pada tahun 1917, KH. Bisri Syansuri, kakek Gus Dur dari Ibu dan Pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama adalah kiai yang pertama mengenalkan kelas pertama puteri ke dunia pesantren.

Beliau sangat aktif dalam pergerakan nasional zaman perjuangan kemerdekaan.

Dalam proses dan sistem pelajaran, pengajaran kitab kuning berlaku secara adil, baik untuk santri laki-laki maupun santri perempuan.

Hampir tidak ada kurikulum yang khusus untuk perempuan. Semua kurikulum mengacu pada kitab-kitab kuning yang isinya berlaku umum, baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.*

*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.

Tags: Kitab Kuninglaki-lakiperempuanpesantrenSantri
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Rumah Tangga

Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

28 Juli 2025
Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami dan Istri

28 Juli 2025
Fitnah yang

Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?

28 Juli 2025
Perempuan Fitnah

Wacana Keagamaan Masih Menempatkan Perempuan sebagai Sumber Fitnah

27 Juli 2025
Fitnah Perempuan

Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah

27 Juli 2025
Upah

Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan

26 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sekolah Rakyat

    Ketika Sekolah Rakyat Menggusur SLB: Potret Pendidikan Inklusi yang Semu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulasan Buku Concubines and Courtesans: Kisah Para Selir yang Mengubah Sejarah Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi
  • Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah
  • Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok
  • Ulasan Buku Concubines and Courtesans: Kisah Para Selir yang Mengubah Sejarah Islam
  • Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID