Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw menyampaikan bahwa orang yang menemani saat menerima wahyu pertama al-Qur’an adalah perempuan.
Kisah Nabi Muhammad Saw menerima wahyu al-Qur’an pertama bersama perempuan itu merujuk pada teks hadits yang diriwayat Sahih Muslim.
عن عائشة رضي الله عنها، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لأم سلمة: «لاَ تُؤْذِينِى فِى عَائِشَةَ، فَإِنَّ الْوَحْىَ لَمْ يَأْتِنِى، وَأَنَا فِى ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلاَّ عَائِشَةَ». رواه البخاري في صحيحه، رقم الحديث: 2620، ، كتاب الهبة، باب مَنْ أَهْدَى إِلَى صَاحِبِهِ وَتَحَرَّى بَعْضَ نِسَائِهِ دُونَ بَعْضٍ.
Artinya : Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Saw berkata kepada Umm Salamah ra: “Jangan sakiti saya tentang Aisyah, karena wahyu turun pada saya justru ketika berada dalam selimut Aisyah”. (Sahih Bukhari, no. Hadis: 3821).
Mungkin ucapan Nabi Saw ini, menurut Faqihuddin Abdul Kodir, seperti dikutip di dalam buku 60 Hadis Shahih, pada saat itu disampaikan kepada Umm Salamah ra sebagai ajakan untuk tidak saling mengejek antara istri-istri, setidaknya tidak kepada Aisyah ra. Karena posisi Aisyah ra yang begitu istimewa di mata Nabi Saw.
Wahyu tetap turun sekalipuan Nabi Saw sedang di dalam selimut Aisyah ra. Atau bisa jadi sedang dalam satu selimut dengan Aisyah ra. Atau bisa jadi juga tidur bersama.
Menerima Wahyu Al-Qur’an Bersama Perempuan
Teks hadis Nabi Saw pernah menerima wahyu al-Qur’an bersama perempuan ini sangat relevan untuk mengkritik orang-orang yang masih beranggapan bahwa perempuan akan menjauhkan seseorang dari Tuhan.
Dalam berbagai peradaban, juga pemahaman berbagai agama dunia. Perempuan seringkali sebagian orang anggap sebagai faktor yang menghambat seseorang untuk bisa dekat dengan Tuhan.
Terlebih, pada masa Nabi Saw, beberapa sahabat juga meyakini hal ini dan memilih tidak menikah demi mencapai kedekatan dengan Allah Swt. Keyakinan inilah yang Nabi Saw koreksi.
Dan mereka yang meninggalkan menikah karena keyakinan ini justru memunggungi sunnah Nabi Saw. Anehnya, sampai saat ini keyakinan seperti ini masih banyak bercokol pada pikiran banyak orang.
Parahnya, keyakinan ini mendorong sebagian orang untuk menjauhkan perempuan dari segala tempat ibadah dan pusat-pusat pengetahuan. Bahkan dari pusat-pusat kekuasaan.
Oleh sebab itu, hadis di atas menegaskan bahwa persoalannya bukan ada pada perempuan. Tetapi, bisa jadi, justru ada pada cara pandang laki-laki dan sejauh mana komitmen mereka dalam menjaga diri dari ketertarikan terhadap perempuan.