Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan ketika berdakwah kami tidak pernah diperintahkan memulai perang untuk mengajak orang mengikuti agamanya.
Keberhasilannya mengajak orang kafir beriman kepadanya lebih karena sikap hidup, tingkah laku, dan tutur katanya yang menawan hati.
Islam mengajarkan kepada kita bahwa mengajak kebaikan haruslah dilakukan dengan cara yahg baik pula, bahkan lebih baik.
Para Ulama Islam juga menegaskan suatu norma, Adh-Dharar La Yuzalu bi Adh-Dharar (Kerusakan tidak boleh dihilangkan atau diatasi dengan cara merusak).
Al-Qur’an menyatakan,
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Allah Swt lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl ayat 125)
Ada kisah yang menarik bagaimana para sahabat Nabi Saw saat berdakwah memberikan ruang aman bagi orang beragama lain untuk menjalankan ibadah mereka.
Ketika Ali bin Abi Thalib berangkat ke luar kota bersama teman-temannya. Ia melihat orang-orang Yahudi sedang menjalankan sembahyang di sinagog (tempat ibadah) mereka. Kepada para sahabatnya ia mengatakan,
“Nabi Saw pernah memerintahkan kepada kami untuk membiarkan mereka menjalankan apa yang mereka yakini.”
Sebelumnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, saat memberikan pengarahan kepada para prajurit yang akan berangkat untuk perang, mengatakan hal yang senada.
“Kalian tentu akan melewati suatu komunitas yang tengah tekun beribadah di dalam gereja mereka. Maka biarkanlah mereka menjalankannya.”*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Islam dan Toleransi.