Mubadalah.id – Muharam menjadi bulan pertama dalam kalender hijriah yang menandakan awal mula tahun baru Islam. Bulan ini menjadi bulan istimewa, karena termasuk salah satu dari empat bulan haram. Selain karena akan berlipatnya pahala segala kebaikan, berbagai peristiwa sepanjang zaman yang penuh keajaiban juga terjadi di bulan ini. Dari berbagai peristiwa tersebut, kita dapat mengambil pelajaran tentang ikhtiar, keyakinan, dan pertolonganNya.
Penentuan Muharam menjadi bulan pertama dalam kalender hijriyah berdasarkan peristiwa hijrahnya Rasulullah Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tanggal 1 Muharam tahun 1 Hijriyah. Yakni bertepatan dengan selesainya ibadah haji di bulan sebelumnya, yaitu Zulhijah. Muharam nyatanya menyimpan banyak kisah sejak zaman rasul pertama hingga rasul terakhir.
Kisah Para Nabi di Bulan Muharam
Pada masa Nabi Adam di bulan Muharam inilah Allah menerima taubat beliau. Kemudian di masa Nabi Nuh, kapal yang membawa beliau dan umatnya berhasil berlabuh dengan selamat dari bencana banjir paling dahsyat di muka bumi.
Peristiwa sembuhnya Nabi Ayyub dari penyakit yang ia derita selama bertahun-tahun. Nabi Yusuf keluar dari penjara Mesir. Nabi Yunus berhasil keluar dari perut ikan paus yang sempat melahapnya juga bertepatan di Bulan Muharam.
Lalu pada tanggal 10 Muharam atau bertepatan dengan Hari Asyura, peristiwa kemenangan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun tercatat dalam sejarah. Semua peristiwa bersejarah tersebut menyiratkan hikmah bahwa pertolonganNya akan datang setelah segala ikhtiar kita upayakan.
Pengejaran Nabi Musa oleh Fir’aun terjadi ketika Nabi Musa dan Umatnya (Bani Israil) ingin pindah ke tempat yang lebih aman dari kejahatan Fir’aun yang semakin menjadi-jadi.
Kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa untuk berjalan pada malam hari bersama pengikutnya tanpa sepengetahuan Fir’aun. Sebagaimana disebutkan dalam surat Ad-Dukhan ayat 23 yang artinya: “Karena itu berjalanlah dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar….”.
Kemudian Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di pagi hari. Sebagaimana kisah dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 60 yang artinya: “Lalu (Fir‘aun dan bala tentaranya) dapat menyusul mereka pada waktu matahari terbit”. Kedua pasukan, yakni Firaun dan Musa, berada pada jarak yang sangat dekat. Mereka berhadapan dengan situasi menegangkan karena hanya terlihat lautan dari tepi tebing, yakni Laut Merah.
Pertolongan Allah itu Nyata
Nabi Musa dan umatnya terdesak, namun beliau tetap berikhtiar semaksimal mungkin sambil terus memohon bantuan kepada Allah. Nabi Musa tak sedikitpun meragukan kekuasaan dan pertolongan Allah, beliau yakin bahwa Allah bersama dia dan kaumnya.
Keyakinan akan pertolonganNya tersebut kemudian berbuah hasil dengan turunnya wahyu dari Allah agar Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke permukaan laut. Seketika, lautan tersibak dan pasukan Nabi Musa sebanyak 600.000 orang bergegas menyeberangi Laut Merah.
Ketika Nabi Musa dan umatnya sudah sampai di tepian seberang, Fir’aun baru tiba di tepi lautan, namun tetap dengan kesombongannya mencoba mengejar melewati laut merah. Nabi Musa yang melihat Fir’aun mengejar di tengah laut. Lalu memukulkan kembali tongkatnya dan lautan pelan-pelan menyatu hingga menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya.
Peristiwa yang menimpa Nabi Musa tersebut memberi kita hikmah bahwa menjadi kewajiban seorang hamba untuk terus berikhtiar semaksimal mungkin dalam segala kebaikan. Karena bersama kebaikan akan selalu ada pertolonngaNya lewat jalan yang tidak disangka-sangka, sebagaimana Nabi Musa yang tidak menyangka bahwa Allah akan membelahkan laut untuk dia dan umatnya.
Kemenangan Nabi Musa
Peristiwa kemenangan Nabi Musa pada 10 Muharam tersebut pula lah yang melatarbelakangi lahirnya sunnah puasa Asyura, sebagaimana dalam hadist:
“Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”.
Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk turut berpuasa (HR. Bukhari). Sebagai rasa syukur, Umat Yahudi melaksanakan puasa di tanggal 10 Muharam dan menyebut tanggal tersebut sebagai Hari Suci Yom Kippur.
Kemudian untuk menyelisihi persamaan dengan kaum Yahudi, Rasulullah menganjurkan agar umat Islam turut berpuasa pula di tanggal 9 Muharam atau puasa tasu’a. sebagaimana dalam hadist: “Pada waktu Rasulullah dan para sahabatnya mengerjakan puasa Asyura, para sahabat menginformasikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bahwa hari Asyura diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Maka Nabi bersabda: “Tahun depan Insya Allah kami akan berpuasa juga pada hari kesembilan”. kata Ibnu Abbas, akan tetapi sebelum mencapai tahun depan Rasulullah Saw wafat”. (H.R. Muslim, No: 1916, Abu Daud, No: 2089). Semoga kita semua mendapat kebaikan di Bulan Muharam ini, dan mendapatkan hidup yang lebih baik di tahun yang baru ini. []