Mubadalah.id – Dalam perspektif mubadalah, logika fitnah sama sekali tidak berdasar pada alat kelamin tertentu. Termasuk tidak bisa berlaku kepada seluruh perempuan, sebagaimana juga tidak bisa berlaku kepada seluruh laki-laki.
Karena pemberlakuan logika fitnah bertentangan dengan al-Qur’ an dan Hadis. Terutama tentang Hadis partisipasi para perempuan pada masa Nabi Muhammad Saw di masjid. Sekali lagi, teks Hadis ini jauh lebih banyak dan lebih sahih.
Jadi, jika kita beriman bahwa perempuan adalah manusia, subjek utuh kehidupan, hamba Allah Swt, yang tertulis dalam al-Qur’an maupun Hadis. Dan kita mau meneladani kehidupan para perempuan pada masa Rasulullah Saw.
Maka tidak ada alasan sama sekali untuk melarang perempuan beraktivitas di masjid atau di ruang publik.
Bahkan, salah tokoh ulama kontemporer Abu Syuqqah mendaftar puluhan teks Hadis Sahih, terutama dari Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim terkait aktivitas perempuan di dalam masjid.
Dalam berbagai catatan teks Hadis ini, masjid sebagai ruang publik utama pada masa Nabi Saw., adalah tempat yang sering dituju dan didatangi para perempuan, baik untuk ibadah, pengajian, maupun pertemuan umum.
Fathimah bint Qays r.a., adalah sahabat perempuan yang selalu datang lebih awal ke masjid. Jika ada panggilan untuk berkumpul, baik untuk shalat, pembelajaran, pengumuman sosial, maupun untuk tujuan lain (Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrath al-Sa’ah, no. 7574).
Setiap mendengar panggilan “wahai manusia” dari masjid. Maka Umm Salamah r.a. segera bergegas menuju masjid (Shahih Muslim, Kitab al-Fadha’il, no. 6114 dan 6115).
Kisah Aisyah r.a
Dalam kisah Aisyah bint Abi Bakr r.a., para perempuan biasa ikut shalat harian berjemaah (Shahih al-Bukhari, Kitab Mawaqit al-Shalah, no. 578). Kemudian shalat jenazah (Shahih Muslim, Kitab al-Jana’iz, no. 2297) dan itikaf di masjid (Shahih al-Bukhari, Kitab al-I’tikaf, no. 2065).
Asma bint Abi Bakr r.a. juga menceritakan kebiasaan para perempuan mengikuti shalat gerhana (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Wudhu’, no. 184). ‘Amrah bint Abdurrhman r.a. (Shahih Muslim, Kitab al-Jum ‘ah, no. 2049).
Dan Umm Hisyam bint Haritsah r.a. menceritakan kebiasaan mereka hadir dan mendengar khotbah Jumat (Shahih Muslim, Kitab al-Jum’ah, no. 2052).
Untuk memperkuat, mungkin perlu disebutkan teks Hadis yang disebut terakhir:
Dari Umm Hisyam bint Haritsah r.a. berkata: “Aku tidak menguasai Surat Qaf, kecuali langsung dari mulut Rasulullah Saw. Beliau membacanya setiap hari Jumat di atas mimbar ketika sedang berkhotbah”. (Shahih Muslim, Kitab al-Jum’ah, no. 2052). []