Mubadalah.id – Belum lama ini, viral di media sosial tentang seorang ibu yang mengalami Syndrome Baby Blues di sebuah KRL di wiliyah Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Dalam video yang beredar, terlihat seorang ibu hendak ingin membuang bayinya ke rel kereta api. Namun karena ada petugas yang melihat dan menggagalkan aksi tersebut, akhirnya ibu dan bayinya berhasil mereka selamatkan.
Melihat video pendek tersebut, saya sebagai seorang perempuan merasa ngeri. Ternyata depresi setelah melahirkan itu nyata. Dan korban betul-betul butuh pertolongan dan teman.
Namun masalahnya masih banyak orang yang tidak sadar tentang ini dan menganggap bahwa pasca melahirkan semua ibu pasti bahagia karena punya buah hati. Sehingga ketika menemukan kasus seperti di atas, masyarakat akan berbondong-bondong menyalahkan dan menyudutkan perempuan.
Entah itu dianggap sebagai ibu yang tidak sempurna, atau ibu yang jahat. Padahal dalam beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang ibu memang rentang mengalami depresi pasca melahirkan, yang biasa kita sebut dengan baby blues.
Oleh karena itu semua orang, baik perempuan ataupun laki-laki penting banget tuh tau apa definisi baby blues, apa ciri-cirinya dan bagaimana cara menanganinya.
Baby Blues Cikal Bakal Depresi Pasca Melahirkan
Melansir dari website Mitra Keluarga, menjelaskan bahwa baby blues adalah perasaan sedih yang dialami banyak perempuan di masa-masa awal setelah melahirkan.
Kondisi ini cenderung muncul pada hari ke dua atau ke tiga pasca persalinan. Umumnya, baby blues akan berlangsung selama beberapa hari dan paling lama hingga 2 minggu.
Umi Mutmainah dalam tulisannya di website Mubadalah.id menyebutkan bahwa baby blues syndrome dan depresi pasca melahirkan termasuk gangguan psikologis yang bisa ibu alami setelah melahirkan.
Baby blues sebenarnya bisa hilang dengan sendirinya tanpa perawatan khusus atau pengobatan. Namun, jika gejala ini tidak hilang setelah beberapa minggu, gangguan psikologis tersebut bisa tambah memburuk. Bahkan sang ibu bisa sampai mengalami postpartum depression (depresi pasca melahirkan).
Postpartum depression lebih membahayakan daripada baby blues, tetapi keduanya saling berkaitan. Sehingga dua gangguan psikologis ini tidak boleh kita abaikan.
Penyebab Baby Blues
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan ibu yang baru melahirkan mengalami baby blues syndrome.
Pertama, perubahan hormon. Tubuh perempuan yang baru melahirkan, baik secara normal maupun caesar, akan mengalami banyak penyesuaian. Sehingga banyak ibu yang mengalami stres, mudah cemas, sulit mengontrol emosi pasca melahirkan.
Kedua, stres ketika merawat bayi baru lahir. Stres dalam menyesuaikan diri menjadi ibu dan merawat bayi baru lahir juga menjelaskan mengapa perempuan mungkin merasa lebih sedih atau cemas selama masa ini.
Memiliki bayi adalah perubahan hidup yang signifikan dan dapat menyebabkan berbagai emosi seperti khawatir, takut, dan ragu dalam kemampuannya untuk memenuhi tuntutan peran baru ini.
Hal ini sangatlah wajar sehingga sebaiknya perempuan pasca melahirkan perlu diingatkan bahwa perasaan ini normal dan mendapatkan dukungan selama masa transisi.
Ketiga, kurang tidur. Kurang tidur selama periode postpartum juga diyakini terkait dengan mengapa beberapa perempuan mengalami baby blues.
Studi telah menemukan bahwa perempuan pasca melahirkan yang kurang tidur lebih cenderung merasa tertekan. Kurang tidur selama trimester ketiga kehamilan juga terkait dengan kemungkinan lebih tinggi mengembangkan baby blues setelah lahir.
Oleh karena itu, istirahat yang cukup selama kehamilan dan setelah melahirkan penting untuk membantu mencegah dan mengatasi baby blues.
Selain hal-hal di atas, ada juga beberapa penyebab seorang ibu mengalami baby blues dan postpartum depression. Di antaranya ialah kehamilan yang tidak diinginkan, rendah diri, tidak memiliki pasangan. Merasa kecewa atau tidak puas dengan pasangan, takut melahirkan, melahirkan persalinan beresiko atau komplikasi pasca persalinan, kurangnya dukungan sosial.
Selain hal-hal di atas, perempuan yang mengalami kecemasan dan stres saat melahirkan bayi pertama juga bisa mengakibatkan ia mengalami baby blues.
Oleh karena itu, dukungan dan bantuan orang sekitar, teruatama suami dan keluarga menjadi sangat penting bagi perempuan yang baru melahirkan. Sehingga ia tidak merasa kewalahan mengelola emosi serta merawat bayinya seorang diri. []