• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Ini Ceritaku Belajar Toleransi dari Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama

Aku juga percaya bahwa setiap orang berhak memeluk keyakinannya masing-masing dengan rasa aman dan damai. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh merendahkan dan melukai orang yang beda agama

Afifatun Afifatun
24/11/2023
in Personal
0
Penggerak Moderasi

Penggerak Moderasi

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Aku adalah seorang Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Semester tiga. Aku bersyukur terpilih mengikuti kegiatan Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama lintas iman di salah satu Kecamatan Sumber 4 bulan yang lalu.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh Fahmina Institute dalam rangka menanamkan nilai-nilai keberagaman dan toleransi pada anak muda di Cirebon.

Melalui pelatihan penggerak moderasi ini, aku belajar banyak tentang bagaimana pentingnya saling mengenal, menghargai, menghormati setiap keyakinan atau aliran orang lain yang berbeda, dan tidak boleh menjustifikasi bahwa ‘Agama kitalah yang paling benar’.

Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai komunitas di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Selama kegiatan, aku sebenarnya tidak banyak berkomunikasi dengan teman-teman peserta, karena waktu itu masih merasa canggung dan ada sedikit rasa takut.

Aku rasa, hal ini sangat wajar. Karena sejak kecil aku selalu diajarkan bahwa orang yang berbeda agama itu kafir. Jadi aku tidak boleh bergaul dengannya. Berangkat dari doktrin ini, aku selalu berpikir bahwa agama yang paling benar hanya Islam, dan yang lain adalah salah. Sehingga ketika mendengar agama selain Islam, janganlah mau berteman, bertemu saja tidak mau. Karena takut tertular dan menjadi kafir.

Baca Juga:

Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Namun, setelah mengikuti pelatihan penggerak moderasi beragama komunitas lintas iman, cara pandang seperti itu sedikit demi sedikit berubah. Terutama ketika aku diundang kembali menjadi peserta kegiatan konsolidasi tokoh agama dan lingkar Fahmina, tepatnya di Hotel Prima Cirebon.

Keberagaman itu Anugerah

Dalam kegiatan konsolidasi tersebut, ada lebih banyak peserta anak muda yang dilibatkan. Latar belakang keyakinannya pun beragam, yaitu ada dari Islam, Kristen, Katolik dan Ahmadiyah.

Aku ingat betul, sebelum kegiatan di mulai, kami diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza. Selama melantunkan lagu ini, aku merinding sekaligus terharu. Ternyata Indonesia itu seindah itu, bahasa, suku, tradisi, agama semuanya beragam, dan ini merupakan kekayaan Indonesia yang harus dijaga, supaya tetap berjaya.

Di sisi lain, ini juga merupakan pengalaman pertama saya menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza bersama teman-teman dan tokoh-tokoh lintas iman di Cirebon. Dalam sesi itu, aku melihat betapa indahnya perdamaian. Ternyata benar, keberagaman itu anugerah Tuhan yang harus kita rayakan bersama.

Setelah acara pembukaan, saya dan teman-teman terbagi menjadi tiga kelas. Tujuannya untuk saling berbagi cerita baik atau perubahan kita setelah mengikuti pelatihan penggerak moderasi beragama komunitas lintas iman.

Aku waktu itu kebagian ruangan satu, di sana aku bergabung dengan teman-teman dari Kecamatan Sumber, Kedawung, Lemah Abang dan Ciledug. Sebagian dari mereka juga ada yang dari Kristen dan Ahmadiyah.

Dalam sesi ini, kami bergantian untuk berbagi cerita perubahan apa yang kita dapatkan setelah pelatihan moderasi beragama. Aku sendiri bercerita bahwa, pelatihan tersebut membuka pikiran saya bahwa orang yang beda agama itu tidak sejahat dan semenakutkan yang aku kira.

Aku juga percaya bahwa setiap orang berhak memeluk keyakinannya masing-masing dengan rasa aman dan damai. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh merendahkan dan melukai orang yang beda agama. Karena dengan cara ini lah, lingkungan kita bisa tetap damai.

Di sisi lain, aku juga jadi merasa lebih terbuka. Prasangka buruk terhadap orang yang beda agama, kini sudah mulai runtuh. Aku tidak lagi memandang mereka sebagai orang kafir dan salah.

Ada Banyak Jalan Menuju Tuhan

Dalam kegiatan konsolidasi tokoh agama dan lingkar Fahmina, aku juga mendengar kata-kata indah dari Buya Husein Muhammad. Waktu itu beliau mengutip pernyataan seorang sufi asal Persia bernama Abu Said bin Abu Khair. Katanya “Ada banyak jalan menuju Tuhan”.

Kata-kata ini menurut saya sangat indah, bagaimana tidak, selama ini kita selalu berpikir bahwa jalan menuju Tuhan itu hanya satu, yaitu Islam. Sehingga ketika ada orang yang menyebut kata Tuhan tidak menggunakan ayat-ayat Islam, kita akan menganggapnya salah.

Di sisi lain, Abu Said bin Abu Khair juga menyampaikan bahwa “Tersedia jalan terpendek, terbaik, dan tercepat menuju Tuhan. Caranya cukup dengan memberikan kenyamanan kepada orang lain”.

Buya Husein menduga bahwa tips yang disebutkan oleh Abu Said itu terinspirasi dari Hadis Nabi Muhammad saat ditanya oleh para sahabat tentang siapakah Muslim terbaik. Ketika ditanya itu, Nabi menjawab, “Al-muslimu man salimal muslimuna min lisanihi wa yadihi” (Muslim yang baik adalah yang kehadirannya membuat orang yang ada di sekitarnya merasa nyaman tidak terganggu oleh lisan dan tangannya).”

Itu lah pengalamanku menyelami makna toleransi. Sebetulnya ini adalah gerbang pertama aku untuk mengenal dan berteman dengan orang yang beda agama. Tapi, dengan pengalaman pertama ini membuat aku semakin bersemangat dan termotivasi untuk lebih banyak belajar berempati dan menghargai perbedaan. []

Tags: belajarBeragamaceritalintas imanModerasipelatihanPenggeraktoleransi
Afifatun

Afifatun

Terkait Posts

S-Line

S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual

29 Juli 2025
Pengalaman Perempuan

A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

28 Juli 2025
Tren S-Line

Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?

27 Juli 2025
Fomo Trend S-Line

Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

26 Juli 2025
Menikmati Proses

Pentingnya Menikmati Proses, Karena yang Instan Sering Mengecewakan

26 Juli 2025
Menemukan Arah Hidup

Rewire Otakmu dengan Secarik Kertas: Cara Sederhana untuk Menemukan Arah Hidup yang Hilang

25 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Bukan Kewajiban, Melainkan Hak yang Harus Dihormati
  • Keheningan Batin Menjadi Kunci Dalam Meditasi
  • Perempuan Berhak Memilih Pasangan dan Mengakhiri Perkawinan
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID