• Login
  • Register
Rabu, 25 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perjuangan Nabi Muhammad Saw Pergi Ke Thaif

Dengan tenang Nabi menjawab: “Oh, Tidak, Jangan lakukan itu, Jibril! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti saja. Semoga Tuhan, memberi mereka petunjuk

Redaksi Redaksi
09/02/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nabi

Nabi

539
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menjelang peristiwa Isra’ Mikraj, Nabi Muhammad Saw menghadapi serangan dari kafir Qurasy, bahkan sampai membuat Nabi merasa keadaan akan semakin kritis dan mengancam. Hatinya menjadi sangat sensitif. Tetapi beliau tetap tak akan menghentikan langkahnya untuk mengajak masyarakatnya kepada agama Tauhid. Ia telah melihat Kebenaran yang beliau cari-cari berbulan dengan mata hatinya.

Maka beliau putuskanlah untuk pergi ke Thaif dengan penuh harap di sana akan ada orang-orang yang akan melindungi dan menerima risalahnya. Tetapi harapan itu sia-sia belaka. Nabi malah dikejar dan dilempari batu oleh anak-anak muda sampai bagian tubuhnya berlumuran darah.

Untuk menghindari pengejaran mereka lebih lanjut, Nabi berlindung di sebuah kebun milik orang Yahudi, Utbah bin Rabi’ah. Mungkin sulit kita terima akal sehat, jika orang kafir, pemilik kebun itu tidak menangkap Muhammad (saw.) untuk kemudian menyerahkannya kepada pemimpin kafir Quraisy di Makkah.

Ia malah menyuruh Addas, pelayannya, seorang budak, untuk memberinya minum dan anggur serta memberinya perlindungan untuk sesaat. Ini tentu karena semata-mata pertolongan Allah belaka.

Kisah Nabi Saw dengan Nasrani

Ketika Nabi menerima anggur itu dan hendak memakannya, beliau membaca: “Bismillah.” Mendengar bacaan itu, Addas mengatakan: “Kata-kata itu bukanlah yang biasa diucapkan orang di negeri ini” Lalu Nabi balik bertanya kepada Addas: “Dari negeri mana kamu? Dan apa agamamu?” Addas menjawab: “Aku seorang Nasrani, dan aku datang dari Niniveh.”

Baca Juga:

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Nabi Saw Janjikan Pahala Bagi Orang Tua yang Mengasuh Anak Perempuan

Nabi segera menyela: “Dari kota tempat seorang yang benar, Yunus putera Matta” Addas bertanya: “Dari mana tuan mengetahui tentang Yunus putera Matta?.” Nabi menjawab: “Ia adalah saudaraku. Ia adalah seorang Nabi, dan aku adalah seorang Nabi.”

Lalu Addas membungkukkan badan kepada Nabi, mencium kepala, tangan dan kaki beliau. Pemilik kebun menyaksikan dari jauh tingkah laku Addas, budak mereka.

Ketika kembali, Addas ditanya: “Hati-hati, Addas! Apa yang mebuatmu mencium kepala, tangan dan kaki orang itu?.”

Ia menjawab: “Tuan, tidak ada di muka bumi ini yang lebih baik daripada orang itu! Ia telah bercerita kepadaku tentang sesuatu yang hanya seorang Nabi yang tahu.”

Kemudian, si juragan itu berkata: “Hati-hati kau Addas, janganlah kau biarkan orang itu membelokkan engkau dari agamamu, sebab agamamu lebih baik daripada agamanya!.”

Sebuah kisah yang populer menyebutkan bahwa Malaikat Jibril melihat kejadian penganiayaan para pemuda tadi. Melihat kekasih Allah itu diperlakukan sedemikian rupa menghinakan, ia menawarkan bantuannya.

“Jika engkau berkenan, O, Muhammad, kekasih Allah, aku akan jungkirbalikkan bumi ini dan menimpakan dua gunung ini ke atas punggung mereka yang terus melukaimu,” kata Jibril.

Nabi Saw Menjawab Pertanyaan Malaikat Jibril

Dengan tenang Nabi menjawab: “Oh, Tidak, Jangan lakukan itu, Jibril! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti saja. Semoga Tuhan, memberi mereka petunjuk dan semoga kelak dari mereka akan lahir orang-orang yang meng-Esa-kan-Mu.” Usai menjawab demikian, sambil tetap duduk di bawah pohon kurma itu, Nabi berdoa dengan seluruh hatinya.

Ia dengan penuh harap Tuhan menolongnya: “Ya Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan akan kelemahan diriku, ketidak mampuanku dan rendahnya diriku di hadapan manusia. O, Tuhan Yan Maha Pengasih, Maha Penyayang. Engkaulah pelindungi orang yang dilemahkan dan Engkaulah Pelindungku.”

“Kepada siapa Engkau akan menyerahkan aku? Kepada orang yang jauh yang berwajah kusam-muramkah? Atau kepada musuh yang akan menguasai aku?. Asal saja Engkau tidak murka kepadaku, aku tak peduli. Sebab betapa luas nikmat yang Engkau limpahkan padaku.”

“Aku berlindung kepada Cahaya Wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena ‘lengan itu dunia dan akhirat menjadi baik daripada kemurkaan-Mu yang akan Engkau timpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegur sampai Engkau berkenan. Tidak ada daya dan kekuatan apa pun kecuali dari Engkau.” []

Tags: Ke ThaifNabi Muhammad SAWPergiperjuangan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Perempuan yang rentan

Saat Fikih Menjadikan Perempuan Kelompok Paling Rentan

25 Juni 2025
Fitnah Perempuan

Mengurai Bias Fitnah Perempuan dalam Wacana Keislaman

25 Juni 2025
Khitan Perempuan

Khitan Perempuan: Upaya Kontrol atas Tubuh Perempuan

25 Juni 2025
Sehat

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

24 Juni 2025
Khitan perempuan

Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

24 Juni 2025
Fitnah Perempuan

Mengkaji Ulang Fitnah Perempuan dalam Pandangan Agama

24 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menemani Laki-laki dari Nol

    Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebutir Nasi sebagai Simbol Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengurai Bias Fitnah Perempuan dalam Wacana Keislaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang
  • Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa
  • Saat Fikih Menjadikan Perempuan Kelompok Paling Rentan
  • Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?
  • Mengurai Bias Fitnah Perempuan dalam Wacana Keislaman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID