Judul Buku: Perempuan [Bukan] Makhluk Domestik
Penulis: Faqihuddin Abdul Kodir
Penerbit: Afkaruna.id
Tahun Terbit: Pertama, 2022
Tebal Buku: xx + 178 halaman
Mubadalah.id – Sebagai anak muda yang senang berselancar di media sosial, aku sering sekali melihat para artis dan influencer menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah. Katanya sih kalau dalam bahasa gaulnya itu disebut sebagai wedding dreams mereka.
Bahkan tidak jarang pesta pernikahan itu digelar berhari-hari dan disiarkan langsung di TV atau di media sosial seperti TikTok atau Instagram.
Fenomena semacam ini ternyata membuat banyak orang di lingkunganku ikut fomo, dan merasa perlu mengadakan pesta yang sama dengan para influencer tersebut.
Alhasil banyak pasangan yang terkesan memaksakan diri untuk menyelenggarakan pesta pernikahan di luar kemampuan mereka.
Di sisi lain, sebagai anak perempuan lajang, aku jadi takut nanti ketika waktunya menikah aku dan pasangan dituntut untuk mengadakan pesta pernikahan di luar kemampuan kita. Entah karena tuntutan keluarga atau sosial.
Sebab, selain sayang uangnya, aku juga termasuk orang introvert dan tidak terlalu suka berada di keramaian dalam waktu yang lama, apalagi berhari-hari.
Buku
Karena itu lah, aku sangat senang sekali menemukan buku Perempuan [Bukan] Makhluk Domestik karya Dr. Faqihuddin Abdul Kodir. Di buku ini, beliau banyak menyampaikan soal isu-isu pernikahan, salah satunya soal pesta pernikahan.
Di dalam sub judul “Haruskah ada Pesta Pernikahan?”, Dr. Faqih menyampaikan bahwa makna walimatul ursy’ atau pesta pernikahan secara agama dan budaya adalah sebagai ruang penyampaian doa-doa bagi keluarga untuk kebaikan dan kebahagiaan pengantin baru.
Serta ungkapan syukur atas terselenggaranya akad pernikahan serta terbentuknya keluarga baru. Jadi tidak sekedar menggelar pesta pernikahan mewah atau hura-hura.
Senada dengan itu, Dr. Faqih juga berpendapat bahwa makna pernikahan seharusnya lebih berfokus pada komitmen pribadi antara pasangan. Karena bukan pada bagaimana merayakan hubungan tersebut dihadapan publik.
Pesta pernikahan yang berlebihan bisa jadi lebih mengarah pada ajang pamer status daripada menjadi perayaan yang benar-benar bermakna bagi pasangan tersebut.
Oleh sebab itu, kita harus berpikir ulang apakah pesta pernikahan ini benar-benar diperlukan atau hanya sebuah perayaan sosial yang tidak bermakna.
Hal penting lainnya yang perlu kita ingat sebelum menyelenggarakan pesta pernikahan yang mewah juga adalah apakah keputusan tersebut membebani salah satu pihak keluarga calon pengantin atau tidak.
Sebab jika pesta yang mewah ini justru menjadi beban salah satu pihak calon pengantin. Maka yang awalnya berharap berkah, malah bisa jadi sumber konflik antar keluarga. Dan bisa jadi keduanya mengalami beban psikologis dan ekonomi.
Pesta Pernikahan Tidak Harus Mewah
Seperti yang disampaikan di atas, pesta pernikahan yang mewah seringkali menjadi beban, baik bagi pihak perempuan atau laki-laki.
Karena itu, menurut Dr. Faqih walimah pernikahan bisa diselenggarakan secara intim dan sederhana. Dimana hanya dihadiri oleh keluarga dan teman dekat saja.
Pesta pernikahan seperti ini bisa menjadi pilihan yang lebih mencerminkan inti pernikahan itu sendiri, yaitu kebersamaan dan komitmen. Pilihan ini bisa mengurangi beban sosial calon pengantin.
Karena pada hakikatnya esensi dari pesta pernikahan adalah memberi kabar kebahagiaan pada keluarga dan sahabat atas terselenggaranya pernikahan tersebut.
Di sisi lain, yang paling penting dari walimah adalah semua orang yang hadir dapat memberikan doa-doa terbaiknya untuk kedua mempelai.
Dengan begitu, pesta pernikahan tidak harus mewah dan besar. Apalagi memaksakan diri sampai berhutang ke mana-mana. Cukup rayakan sesuai kemampuan kedua belah pihak. []