• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Jangan Pacaran, Jangan Nikah Dulu!

Saya masih meyakini bahwa dengan tidak berpacaran, perempuan dan laki-laki akan cenderung dapat terjaga dari perilaku-perilaku yang tercela.

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
19/11/2024
in Personal
0
Jangan Pacaran

Jangan Pacaran

941
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menurut sebagian orang, bahkan ahli, pacaran itu dianggap penting, sebagai bagian dari cara untuk saling mengenal kepribadian satu sama lain antara perempuan dan laki-laki, terutama mereka yang sudah punya rencana menikah.

Sebagian yang lain, ada juga yang menganggap bahwa pacaran merupakan perilaku yang dilarang agama, alias haram. Oleh karena itu para pemuda yang hendak menikah, tidak perlu pacaran. Sebab, katanya, pacaran bisa kita lakukan justru setelah menikah.

Dengan dasar bahwa jodoh, pernikahan dan rumah tangga itu misteri, saya lebih condong agar para pemuda memang tidak perlu membuang-buang waktu untuk ikut-ikutan pacaran, apakah untuk keperluan akan segera menikah atau bukan.

Saya masih meyakini bahwa dengan tidak berpacaran, perempuan dan laki-laki akan cenderung dapat terjaga dari perilaku-perilaku yang tercela. Lalu realitasnya seperti apa? Yang namanya realitas memang tidak bisa kita pungkiri, bahwa fenomena pacaran di kalangan kawula muda ini sulit terbendung, lebih-lebih yang mengarah pada pergaulan bebas.

Komitmen Setia

Tidak kita pungkiri bahwa memang ada perempuan dan laki-laki yang berpacaran, lalu kemudian menikah. Ada yang rumah tangganya masih berjalan, ada juga yang sudah berpisah. Tetapi ada juga yang tidak saling kenal sebelumnya, apakah melalui perantara dijodohkan atau tidak, lalu kemudian menikah.

Baca Juga:

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Lalu setelah menikah satu sama lain menjalin komunikasi untuk saling mengenal lebih dalam. Karena bagaimana pun pasangan yang telah resmi menikah harus punya komitmen untuk setia dalam suka maupun duka.

Lalu yang paling penting adalah bahwa usia muda ini mestinya kita jadikan momen emas untuk berprestasi dan produktif berkarya. Menghabiskan masa muda dengan kesibukan yang bermanfaat, bukan malah terjebak pada cinta monyet.

Lagi pula, kalau saja memahami konsekuensi pernikahan, itu justru mengandung konsekuensi yang berat. Pernikahan dan rumah tangga bukan sekadar cinta, kecocokan, banyaknya uang, bagusnya rupa, tingginya jabatan dan lain sebagainya.

Bahaya Nafsu dalam Pacaran

Jangan pacaran, jangan nikah dulu! Lebih-lebih anak-anak muda yang masih sekolah dan kuliah. Fokus saja dulu pada studinya sampai lulus dan berprestasi. Jangan sampai tergoda untuk pacaran, apalagi nikah. Jangan juga kita jadikan teladan/contoh/ukuran, terkait dengan praktik-praktik nikah dini para orang tua zaman dulu.

Ada banyak faktor yang tidak edukatif apabila praktik zaman dulu dengan zaman sekarang kita samaratakan begitu saja. Akan terlalu banyak madarat apabila praktik nikah dini dipaksakan terjadi.

Apalagi biasanya, yang banyak dirugikan akibat pacaran adalah perempuan. Perempuan masa kini harus tangguh dan berwibawa. Jangan mau jadi perempuan yang gampangan. Sudah banyak bukti di zaman sekarang, perempuan banyak yang mengukir kesuksesan di usia muda.

Para perempuan tidak boleh menggantungkan hidupnya pada laki-laki. Sebelum maupun setelah menikah, perempuan harus berwibawa, menjadi perempuan yang “mahal.”

Pacaran itu selain mengandung bahaya nafsu, juga perasaan. Perempuan maupun laki-laki terjebak perasaan atau istilahnya “baper”, ini akan sangat berpotensi menimbulkan bahaya.

Fokus Menatap Masa Depan

Bayangkan, apabila ada dua sejoli, belum menikah lalu sudah mulai baper, marah-marah, saling menuntut, dst, bagaimana jadinya kalau dua sejoli ini menikah. Oleh karena itu, pesan saya kepada kawula muda, tunda dulu pacaran dan nikahmu, fokus dulu agar studi dan karirmu sukses. Pacaran dan nikah itu gampang, kalau kalian sudah sukses.

Jangan sampai kalian akan jadi korban cinta monyet atau cinta palsu berikutnya. Baper yang akan membawamu pada kegagalan. Soal pacaran dan nikah, suatu saat, tidak diminta pun akan ada saatnya yang tepat. Fokus untuk tetap mengeksplorasi diri, selain pada studi, juga berkiprah pada bakti sosialmu pada Desa atau masyarakat.

Sudah saatnya anak-anak muda mulai berkontribusi pada Desanya. Bahaya pacaran dan nikah di saat yang tidak tepat, akan mengubur semua impianmu dan jejak-jejak pengabdian kebaikanmu selama ini. Ada berapa banyak waktu, biaya dan segalanya yang harus kita korbankan untuk menuruti bahaya nafsu, untuk ketemuan rutin, ngobrol online rutin, bahkan modusnya bisa meningkatkan motivasi ibadah dan amal saleh. Wallahu a’lam. []

 

Tags: Bahaya PacaranCinta MonyetJangan PacaranJodohmenikah
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version