• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Sastra dan Literasi Anak

Wanda Roxanne Wanda Roxanne
27/08/2020
in Buku, Keluarga, Sastra
0
Ilustrasi NBU

Ilustrasi NBU

158
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Salah satu cara mengenalkan hal-hal baru pada anak adalah dengan buku. Sekarang bahkan sudah banyak buku yang dibuat khusus untuk bayi mulai dari soft book, busy book (kain) sampai board book. Rabbit Hole adalah salah satu produsen buku-buku anak yang terkenal karena isinya yang disesuaikan umur anak, cerita yang beragam dan juga design yang menarik.

Saat saya kecil sepertinya buku-buku tak sebanyak sekarang dan juga kesadaran membaca orangtua tak sebaik saat ini. Bagi generasi milenial, masa-masa kecil kita dulu dipenuhi dengan buku-buku dondeng seperti Timun Mas, Kancil, Bobo, Putri Duyung, Putri Salju, Cinderella, hingga cerita Nabi dan Rasul. Juga buku-buku klasik dunia Hans Christian Andersen, Guid Blyton, Grimm, Roald Dahl, Antoine de Saint-Exupery, dst.

Masih ingat tidak, buku favoritmu saat kecil? Saya masih menyimpan dua buku dongeng bergambar yang saya suka saat yaitu buku Putri Tidur dan Petualangan Sinbad. Satu perbedaan besar buku anak zaman 90an dan sekarang adalah tentang pesan moral. Bahkan di kedua buku dongeng favorit saya itu, ada catatan tentang pesan moral.

Apakah buku-buku anak hanya untuk belajar moral? Tentu tidak. Banyak sekali manfaat dongeng bagi anak. Kata Albert Einstein, jika kita ingin anak-anak kita menjadi cerdas maka bacakan dongeng. Jika kita ingin anak-anak kita lebih cerdas, maka bacakan lebih banyak lagi buku dongeng.

Ada lima manfaat dongeng menurut Napean Tutoring yaitu perkembangan literasi dini, pengembangan keahlian menyelesaikan masalah, literasi kultural, dan dongeng mengajarkan dasar dari sebuah cerita. Selain pesan moral, dongeng mengajarkan pengembangan karakteristis anak, mengenalkan pelajaran baru dan budaya yang berbeda, melatih kemampuan komunikasi, menambah kosakata, serta menghidupkan imajinasi, rasa ingin tahu dan kreativitas anak.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Sebuah dongeng bahkan tidak hanya diceritakan secara verbal melalui tulisan dan buku, tapi juga dengan penceritaan secara langsung. Dulu saya suka sekali mendengar cerita dari kakek dan nenek yang selalu seru. Selain itu, dongeng bisa disampaikan melalui pertunjukan seni seperti teater boneka. Saat kuliah saya pernah mengikuti Teater Boneka yang bercerita dengan menggunakan puppet. Lagi-lagi, teater boneka ini pun tidak hanya tentang pesan moral, tapi juga sebagai media hiburan, komunikasi, imajinasi dan bermain.

Saat bedah buku “Mata di Tanah Melus” yang ditulis oleh Okky Madasari, saya sempat bertanya mungkinkah sastra dewasa Indonesia diadopsi atau diceritakan kembali untuk sastra anak seperti Pride and Prejudice karya Jane Austen. Kata Mbak Okky, hal itu masih belum biasa dilakukan di Indonesia. Selain diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia, buku Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery juga diadopsi untuk bayi hingga anak-anak. Diceritakan kembali dengan sederhana sesuai dengan umur anak. Buku Pride and Prejudice karya Jane Austen juga diadopsi untuk anak-anak.

Buku-buku anak yang saya kenal saat kecil adalah cerita-cerita dengan happy ending, ada tokoh antagonis yang kalah dan tokoh protagonist yang bahagia pada akhirnya. Tapi buku-buku Hans Christian Andersen justru merupakan cerita-cerita tragedy, seperti cerita Putri Duyung Kecil yang tidak mendapatkan pangeran dan justru menjadi buih di lautan karena kesedihan.

Dalam buku The Danish Way of Parenting diceritakan bahwa orang Denmark percaya bahwa tragedi dan kejadian menyedihkan adalah hal-hal yang seharusnya dibicarakan juga. Dengan begitu kita juga belajar untuk mengenali spektrum emosi dengan luas, tidak hanya sedih dan bahagia. Dan tidak hanya mengenali seseorang sebagai orang baik dan orang buruk saja.

Sastra anak Indonesia bisa berharap banyak pada penulis-penulis Indonesia seperti Okky Madasari, Clara NG dan Reda Gaudiamo. Buku-buku mereka adalah buku-buku anak yang juga bisa dinikmati oleh orang dewasa. Salah satu penulis buku anak yang juga masih anak-anak adalah Abinaya Ghina Jamela. Saya suka sekali buku puisinya yang berjudul Resep membuat Jagat raya dan buku Mengapa Aku Harus Membaca.

Sebenarnya menarik juga untuk menceritakan kembali sastra Islam pada anak-anak, sehingga tidak hanya bercerita tentang kisah-kisah Nabi dan Rasul seperti ketika saya kecil. Sekarang sudah banyak buku-buku anak yang bertema Islam seperti mengajarkan rukun iman dan sholat.

Beberapa hari yang lalu teman saya bercerita di Instagram bahwa ada yang bilang padanya “dasar gila, masa anak umur tiga bulan udah dibacakan buku?”. Saya cukup heran kenapa harus ada kata “gila” untuk mengenalkan literasi pada anak? Gila di sini bukanlah suatu apresiasi, tapi lebih pada hal yang sia-sia dilakukan seperti berbicara pada tembok.

Padahal, mengenalkan buku, bercerita dan belajar komunikasi pada anak bisa sedini mungkin. Membacakan buku pada bayi dan membaca bersama dapat menstimulus perkembangan kognitifnya, membangun hubungan hangat orangtua dan anak, melatih bicara, merangsang pendengaran dan penglihatannya juga. Mengenalkan anak pada literasi melalui buku berarti mengenalkan kembali pada orangtua untuk memiliki semangat membaca dan menulis yang sama besarnya. Anak-anak akan mencontoh orangtua, bagaimana orangtua mereka memperlakukan buku.

Dalam buku Naya yang berjudul Mengapa Aku Harus Membaca, ada kalimat yang menampar saya. “Anak-anak diminta membaca, tapi orang tua jarang sekali membaca. Mereka sibuk dengan urusan dan pekerjaan mereka. Anak-anak disuruh membaca, tapi tidak boleh banyak bertanya. Anak-anak disuruh membaca, tapi tidak diajarkan bagaimana cara menulis yang baik. Apakah orang-orang dewasa ingin melakukan hal jahat pada anak-anak?”, kata Naya.

Literasi tidak hanya tentang membaca, tapi juga menulis. Membaca dan menulis adalah pasangan yang saling mendukung. Kita tidak bisa hanya menyuruh anak-anak untuk membaca dan menulis tanpa bimbingan dan role model yang baik. Mereka akan mencontoh apa yang mereka lihat, mereka akan memodifikasi perilaku dari apa yang telah orang dewasa lakukan. []

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID