Mubadalah.id – “Eureka!” barangkali Anda tidak asing lagi dengan seruan ini. Ini sangat terkenal. Dalam bahasa Yunani, ini berarti “Aku menemukannya!”. Meskipun seruan itu sangat terkenal, namun mungkin sedikit yang mengetahui bahwa seruan tersebut berasal dari seorang filsuf dan matematikawan Yunani kuno, Archimedes (287-212 SM).
Tidak banyak yang dapat kita ketahui tentang sejarah hidupnya. Paling jauh yang saya temukan adalah karya Polybius, Plutarch, Valerius Maximus dan Heracleides. Tetapi kita tahu ia merupakan salah satu ilmuwan paling penting di zamannya, bahkan sampai saat ini. Kontribusinya dalam sains sangat berlimpah, salah dua di antaranya adalah merumuskan hukum masa jenis (atau Prinsip Archimedes) dan merancang pompa ulir.
Terlepas dari itu, kisah Archimedes memiliki nilai yang menginspirasi sekaligus menjadi asbab seruan “Eureka!”-nya. Kisah Archimedes ini terabadikan oleh seorang arsitek Romawi kuno bernama Marcus Vitruvius Pollio di dalam bukunya ‘De Architectura’, pada buku ke-8 dan 9.
Menurut Vitruvius, saat itu Raja Heiro II dari Sirakusa ingin dibuatkan mahkota baru berbentuk karangan bunga. Dia ingin mahkotanya terbuat dari emas murni dan memanggil para pengrajin emas untuk minta dibuatkan satu untuknya. Para pengrajin pun menyanggupi permintaan sang raja itu.
Kecurigaan Raja
Ketika mahkota tersebut telah diselesaikan dan dibawakan kepada raja, raja memperhatikan bahwa mahkota tersebut tampak seperti mahkota pada umumnya. Bentuknya persis seperti yang dia inginkan. Tetapi, begitu raja mengangkat mahkota barunya, dia merasa ada yang ganjil dengan berat mahkotanya. Bukankah mahkota emas itu berat? Pikirnya.
Raja Heiro pun mulai menaruh curiga bahwa dia telah tertipu. Mahkota yang seharunya berat terasa enteng di tangannya. Raja berpikir jangan-jangan mahkotanya telah dioplos dengan bahan lain selain emas. Mungkin kandungan emasnya hanya beberapa persen saja.
Sayangnya kecurigaan sang raja tidak berdasar. Tidak ada bukti atas kecurigaannya. Mau tidak mau raja meminta ajudannya untuk memanggilkan Archimedes, yang saat itu terkenal sebagai pemikir ulung di zamannya. Raja meminta Archimedes untuk memeriksa mahkotanya; apakah mahkotanya mengandung 100% emas atau telah tercampur dengan bahan lainnya.
Archimedes pun mencoba memeriksa mahkota raja. Memang betul mahkotanya jauh lebih ringan daripada yang seharusnya, tetapi dia tidak tahu bagaimana dia akan membuktikan keganjilan mahkota tersebut. Archimedes pun meminta waktu kepada sang raja untuk memikirkannya.
Di rumah, Archimedes kesulitan tidur karena gelisah belum juga menemukan jawabannya. Istri Archimedes yang khawatir dengan situasi suaminya pun meminta suaminya untuk mandi dan beristirahat.
Archimedes mengaminkan saran istrinya itu
Dia pun pergi ke bath tub untuk membersihkan diri. Namun saat itu dia menyadari sesuatu: volume air bertambah ketika dia masuk ke dalam bak mandi. Sebaliknya volume air berkurang ketika dia keluar dari bak mandi. Dia beberapa kali masuk dan keluar dari bak mandi untuk memastikan fenomena itu, hingga dia terdiam sejenak dan berteriak “Eureka!”.
Dia berteriak kegirangan sambil berlari-lari di rumahnya
Sejak saat itu Archimedes menyadari tentang prinsip massa dan volume benda. Dia menyadari bahwa volume air yang bertambah saat ia masuk ke dalam bak mandi, setara dengan volume dirinya sendiri. Prinsip ini juga dapat ia jadikan sebagai pembuktian mahkota palsu sang raja.
Untuk membuktikan apakah kandungan mahkota tersebut adalah emas asli atau oplosan, Archimedes tinggal membandingkan massa per satuan volume dari emas murni dengan mahkota raja.
Setelah bersiap, Archimedes pun menghadap sang raja. Archimedes mencoba memasukkan mahkota milik raja ke dalam air. Hasilnya, volume air berubah dan dari perubahan itu Archimedes dapat menentukan massa jenis dari mahkota tersebut. Setelah itu ia mencoba membagi massa jenis pada mahkota dengan volume perubahan air.
Setelah eksperimen ia lakukan, kemudian mencari tahu mengenai massa jenis emas murni. Dan hasilnya ternyata mahkota yang dia masukan ke dalam air tadi memiliki massa jenis yang berbeda dari emas murni. Archimedes pun akhirnya menyimpulkan bahwa mahkota milik raja itu tidak mengandung emas murni, melainkan telah bercampur dengan perak. []