• Login
  • Register
Selasa, 10 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Dear Ahmad Dhani: Idenya Bukan Sekadar Out of the Box, Tapi Juga Seksis

Ahmad Dhani, anggota Komisi X DPR RI dari fraksi Gerindra, memicu perdebatan setelah pernyataannya dinilai rasis, seksis dan konservatif.

Hoerunnisa Hoerunnisa
08/03/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani

1.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masyarakat Indonesia sedang sibuk-sibuknya sekarang, belum juga kering masalah koruspsi ‘pertamax rasa pertalite’, kini muncul kontroversi baru dari salah satu politikus yang kembali membuat kegaduhan.

Ahmad Dhani, anggota Komisi X DPR RI dari fraksi Gerindra, memicu perdebatan setelah pernyataannya dinilai rasis, seksis dan konservatif dalam rapat kerja bersama Kemenpora dan PSSI. Rapat tersebut membahas pemberian status Warga Negara Indonesia (WNI) kepada tiga pesepak bola keturunan Indonesia. Emil Audero Mulyadi, Dean Ruben James, dan Joey Mathijs Pelupessy.

Dalam pernyataannya, Ahmad Dhani menyatakan dukungannya terhadap naturalisasi pemain, namun ia menyarankan agar ke depannya Indonesia lebih memilih pemain dari Korea atau Afrika karena memiliki warna kulit yang lebih mirip dengan masyarakat Indonesia.

Tidak berhenti di situ, ia juga mengusulkan ide yang sangat out of the box. Menurutnya, naturalisasi juga bisa diterapkan pada pesepak bola yang sudah pensiun. Antara lain, sudah berusia 40 tahun ke atas, dan mungkin duda, agar dapat dijodohkan dengan perempuan Indonesia. Dengan begitu, ia beranggapan bahwa anak mereka kelak bisa menjadi pemain bola hebat di masa depan.

Lebih jauh lagi, ia berpendapat bahwa jika pemain naturalisasi beragama Islam, mereka bisa menikahi hingga empat istri. Dengan cara ini, ia berargumen bahwa Indonesia bisa mendatangkan pemain-pemain berbakat dari Jazirah Arab, Maroko, dan Aljazair. Whatttt? bukan out of the box lagi kalau ini, memang sepertinya enggak mikir hehe.

Baca Juga:

KB dan Politik Negara

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Indonesia Butuh Renaissance untuk Bangkit dari Stagnasi

Apakah Skill Hebat Bapak Pasti Turun ke Anaknya?

Selain sebagai politikus, Ahmad Dhani juga terkenal sebagai musisi ternama dan pendiri band legendaris Dewa 19—salah satu grup musik terbesar di Indonesia sejak dekade 1990-an dan 2000-an, bahkan masih populer hingga kini. Ia juga sukses mengorbitkan banyak penyanyi serta grup musik, sekaligus menjadi pendiri dan pemimpin Republik Cinta Management.

Namun, pertanyaannya: apakah anak-anaknya—Al, El, dan Dul—memiliki nama yang sebesar Dhani atau Maia dalam industri musik? Tidak juga. Artinya, seorang musisi hebat belum tentu melahirkan anak yang sama hebatnya dalam bidang yang sama. Hal yang sama berlaku dalam dunia sepak bola. Pemain berbakat tidak serta-merta menghasilkan anak yang akan menjadi bintang di lapangan hijau. Maka, usulan yang Ahmad Dhani berikan sangat nihil.

Setiap anak terlahir unik. Keputusan mereka mengenai jalan hidup yang ingin ia tempuh, keterampilan yang diminati, dan impian yang dikejar merupakan hasil dari pengalaman hidup yang panjang dan beragam. Faktor seperti pola asuh, lingkungan, budaya sosial, serta pengalaman pribadi membentuk mereka menjadi individu yang berbeda dari orang tuanya. Menganggap bahwa seorang anak pasti akan mengikuti jejak ayahnya secara mutlak adalah pemikiran yang terlalu menyederhanakan realitas.

Alih-alih berfokus pada pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam sepak bola, Dhani justru menawarkan solusi yang tidak ada gunanya. Memang kalau pinter, kritis, empati, punya perspektif gender itu jam terbang, bukan sesuatu yang bisa kita peroleh begitu saja hanya karena menjadi anggota legislatif hehe..

Dear Ahmad Dhani: Perempuan Bukan Sekadar Objek

Sepakat dengan pernyataan Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan di X, yang menyebut bahwa “apa yang dikatakan seseorang mencerminkan apa isi kepalanya.” Pernyataan Ahmad Dhani menunjukkan bahwa ia, seperti kebanyakan orang di Indonesia, masih melihat perempuan sebatas objek seksual. Hanya untuk memenuhi hasrat laki-laki dan sebagai mesin reproduksi yang bertugas mencetak tenaga kerja baru, dalam hal ini pesepak bola.

Padahal perempuan juga manusia, seperti halnya laki-laki, mereka sama-sama juga sebagai makhluk sosial, intekeltual dan spiritual. Maka tidak adil jika aktivitas perempuan hanya kita lihat sebagai makhluk seksual, pemenuh hawa nafsu dan mesin reproduksi.

Terlebih, Dhani juga menyarankan agar pesepak bola Muslim berpoligami, seolah menjadi kaki tangannya orang-orang yang menginterpretasikan teks agama dengan tidak melibatkan pengalaman hidup perempuan. Benar-benar melukai perjuangan perempuan yang selama ini berjuang mewujudkan keluarga monogami.

Poligami Demi Kepentingan Sepak Bola, Memangnya Bisa?

Dalam Surah An-Nisa Ayat 3, Allah SWT berfirman:

“Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menjelaskan bahwa ayat ini bukanlah anjuran untuk berpoligami. Memahaminya harus menyeluruh—melihat konteks sejarah, bahasa, dan alasan di balik turunnya ayat tersebut. Menurutnya, poligami mensyaratkan keadilan dalam semua aspek, baik nafkah, kasih sayang, maupun hak-hak lainnya. Jika keadilan tidak bisa terpenuhi, maka Islam justru menganjurkan monogami.

Lalu, jika poligami disarankan demi melahirkan pesepak bola berbakat, di mana urgensinya?

Pernikahan dalam Islam bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, bukan sekadar alat mencetak atlet masa depan. Monogami justru menjadi sistem yang lebih menjamin keadilan dan ketenangan bagi pasangan suami istri.

Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa kebijakan yang para pemimpin ambil hari ini akan berdampak besar bagi perempuan. Karena itu, kita harus cermat memilih wakil yang memiliki perspektif gender dan keberpihakan yang jelas terhadap perempuan. Keputusan yang dibuat tanpa pemikiran matang, tanpa perspektif gender, dan tanpa empati hanya akan semakin merugikan perempuan. []

Tags: Ahmad Dhanidpr ripemerintahpolitikRasismeseksismewakil rakyat
Hoerunnisa

Hoerunnisa

Perempuan asal garut selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan menulis

Terkait Posts

Karhulta Riau

Karhulta di Riau: Mengancam Keberlangsungan Hidup Manusia dan Keberlanjutan Alam

10 Juni 2025
Dad's Who Do Diapers

Dad’s Who Do Diapers: Ayah Juga Bisa Ganti Popok, Apa yang Membuat Mereka Mau Terlibat?

10 Juni 2025
Bersukacita

Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia

10 Juni 2025
Haji yang

Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

9 Juni 2025
Kitab Hadis

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

9 Juni 2025
Kartu Penyandang Disabilitas

Kartu Penyandang Disabilitas (KPD), Ahlan wa Sahlan! 

9 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji yang

    Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Devotee: Ketika Disabilitas Dijadikan Fetish

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Di Balik Bayang-bayang Plato: Sebuah Hikayat tentang Diotima
  • Karhulta di Riau: Mengancam Keberlangsungan Hidup Manusia dan Keberlanjutan Alam
  • Dad’s Who Do Diapers: Ayah Juga Bisa Ganti Popok, Apa yang Membuat Mereka Mau Terlibat?
  • Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan
  • Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID