Mubadalah.id – Dalam tulisannya di Kupipedia.id, Yulianti Muthmainnah mengungkapkan bahwa sejarah Islam mencatat banyak perempuan yang memiliki otoritas keulamaan dan berperan penting dalam transmisi ilmu keislaman. Hal tersebut ia sampaikan dalam tulisannya di Kupipedia.id.
Yulianti merujuk pada data yang menunjukkan bahwa Aisyah binti Abu Bakar memiliki ratusan murid dan menjadi rujukan utama dalam bidang hadis dan fikih. Selain Aisyah, terdapat pula Ummu Salamah, Hafsah binti Umar, Asma binti Abu Bakar, dan sejumlah perempuan lain yang berperan sebagai pendidik generasi awal Islam.
Ia juga menyinggung peran Ummu Waraqah yang di masa Rasulullah bertindak sebagai imam bagi perempuan dan laki-laki. Menurut Yulianti, fakta ini menunjukkan bahwa kepemimpinan keagamaan perempuan pernah diakui secara praksis.
Dalam bidang fikih, Yulianti mencatat nama-nama ulama perempuan seperti Zainab binti Abi Salamah, Hajimah al-Wassabiyyah, dan Umrah binti Abd al-Rahman. Ketiganya dikenal sebagai ulama besar yang menjadi rujukan generasi setelahnya, termasuk para imam mazhab.
Yulianti menilai bahwa keberadaan ulama perempuan ini kerap terhapus dari narasi besar sejarah Islam. Ia menyebut kondisi tersebut sebagai bentuk marginalisasi pengetahuan perempuan yang terjadi secara sistematis.
Menurutnya, penghapusan peran ulama perempuan tidak terjadi secara alamiah, melainkan seiring dengan perubahan politik dan sosial pasca wafatnya Rasulullah. Ruang-ruang publik dan keagamaan yang sebelumnya inklusif perlahan menjadi eksklusif.
Melalui Kupipedia.id, Yulianti mendorong upaya pengarsipan ulang sejarah keulamaan perempuan agar tidak terus terpinggirkan.
Ia menilai pengakuan terhadap ulama perempuan penting untuk memperkaya khazanah keislaman dan menghadirkan perspektif keadilan dalam praktik beragama. []





































