Judul Buku : Belajar dari Kisah Kearifan Sahabat : Ikhtiar Pengembangan Pendidikan Islam.
Penulis : Muhammad Chirzin dkk
Jumlah Halaman : 236 Hlm
Tahun Terbit : Maret 2007
Penerbit : Pilar Media
Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus mengajarkan kita bahwa perbedaan keyakinan bukanlah hal yang perlu kita permasalahkan. Justru, di balik perbedaan, kita bisa saling belajar, menghargai, dan bekerja sama.
Mubadalah.id – Di antara deretan buku yang ada di perpustakaan ISIF, entah mengapa aku langsung tertarik untuk membaca buku Belajar dari Kisah Kearifan Sahabat : Ikhtiar Pengembangan Pendidikan Islam. Buku yang ditulis oleh Prof. DR. Muhammad Chirzin, DR. Hamim Ilyas, DR. Zuly Qodir, dan Bagus Mustakim berisi tentang beragam kisah para sahabat Nabi.
Salah satu kisah yang membuat aku kagum dalam buku Belajar dari Kisah Kearifan Sahabat ini adalah cerita tentang Khalifah Manshur bin Harun al-Rasyid, seorang pemimpin Dinasti Abbasiyah yang dikenal bijak, berwibawa, dan sangat menjunjung tinggi toleransi.
Dalam salah satu bab diceritakan bahwa Khalifah Manshur berteman dekat dengan dokter pribadinya, Georgeus Buktisyu, seorang pendeta Nasrani Nestorian.
Meski berbeda keyakinan, Khalifah tidak mempermasalahkan latar belakang agama Georgeus. Justru sebaliknya, ia menghargai keahlian sang dokter dan mempercayakan kesehatan tubuhnya seutuhnya pada Georgeus.
Kepercayaan ini bukan hanya bentuk profesionalitas saja, tapi untuk menunjukkan bahwa Khalifah Manshur sangat terbuka dan menghargai profesi orang yang berbeda keyakinan dengannya.
Bahkan ketika Georgeus jatuh sakit, Khalifah Manshur juga rutin menjenguknya dan menawarinya untuk dirawat di istana supaya mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Lebih lanjut, Khalifah Manshur juga datang melayat dan memberikan penghormatan terakhir dengan meminta pengawalnya untuk membawa jenazah Georgeus ke makam keluarga sesuai permintaan terakhirnya.
Dan yang lebih unik lagi dari relasi mereka adalah tentang tidak ada paksaan untuk masuk Islam. Ya, sebagai pemimpin umat Islam, Khalifah Manshur pernah mengajak Georgeus untuk masuk Islam.
Namun Georgeus menolak ajakan tersebut, karena ia merasa sangat yakin dengan agama pilihannya. Khalifah Manshur pun menghargai Keputusan Georgeus dan tidak memaksa ia untuk tetap masuk Islam.
Teladan Khalifah Mansyur
Kisah di atas membuatku terharu dan semakin yakin bahwa Islam itu adalah agama yang ramah dan penuh kasih sayang.
Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus mengingatkan kita bahwa perbedaan keyakinan bukanlah alasan untuk memutus hubungan kemanusiaan. Justru dari keberagaman itulah kita belajar tentang pentingnya sikap saling menghargai dan menghormati.
Di sisi lain, kisah Khalifah Manshur dan Georgeus mengajarkan kita bahwa perbedaan keyakinan bukanlah hal yang perlu kita permasalahkan. Justru, di balik perbedaan, kita bisa saling belajar, menghargai, dan bekerja sama.
Khalifah Manshur memberikan teladan nyata tentang menghargai keyakinan orang lain. Sebagai seorang muslim, siapapun tidak boleh memaksa orang lain untuk masuk Islam. Sebab, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Baqarah ayat 256: “لاَ إكْرَاهَ فِي الدِّينِ” (tidak ada paksaan dalam beragama).
Dalam pandangan KH. Husein Muhammad ayat tersebut tengah menegaskan bahwa Islam sebetulnya memerintahkan umatnya untuk menghargai pilihan keyakinan orang lain. Sebab, pemaksaan tidak akan mewariskan keimanan melainkan kepura-puraan.
Pandangan KH. Husein Muhammad
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibnu Katsir, yang juga dikutip oleh KH. Husein Muhammad dalam tulisan berjudul “Keyakinan dan Pikiran Tak Bisa Dipaksa” yang mengatakan bahwa:
“Jangan kalian paksa siapapun untuk masuk agama Islam, karena kebenaran Islam sudah sangat jelas, nampak, kelihatan, dan sangat terang bukti-buktinya, sehingga tidak butuh memaksa siapapun untuk memasukinya. Namun orang yang mendapat petunjuk dari Allah untuk masuk Islam, Allah lapangkan dadanya, Allah beri cahaya ilmunya, maka dia akan masuk Islam atas dasar telah mendapatkan penjelasan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/682).
Oleh sebab itu, jelaslah bahwa Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk memaksakan keyakinannya pada orang lain. Justru, sebagai agama yang rahmatan lil ’alamin, Islam lewat para nabi dan khalifah-khalifahnya menugaskan untuk selalu menghargai, menyayangi, menghormati dan menolong umat manusia di muka bumi ini. termasuk orang yang berbeda agama dengan kita.
Mungkin teladan itu lah yang juga bisa kita tiru dari relasi Khalifah Manshur dan Georgeus. Semoga kita bisa melanjutkan teladan tersebut. []