Malam ini merupakan malam terakhir bagi kita talkshow Muharram For Peace: Berhijrah ke Kehidupan yang Bermartabat, Damai, Adil dan Maslahat. Kegiatan kece ini merupakan bentuk kolaborasi Media Mubadalah dengan berbagai pihak seperti Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), AMAN Indonesia, NU Chanel, Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) Institute Teknologi Ahmad Dahlan dan Cak Masykur.
Talkshow tersebut merupakan Talkshow online yang disiarkan sebanyak 12 kali, yang terhitung mulai dari 21 Agustus sampai pada tanggal 22 September 2020. Tema talkshow Muharram For Peace malam pamungkas ini mengambil tema yang sangat menarik, terutama bagi anak-anak muda yang masih betah menjomblo seperti aku. Tema talkshow tersebut adalah “Usia anak-anak kok menikah, berkarya lebih keren”.
Selain temanya yang gemes banget, narasumbernya juga keren-keren yaitu Ibu Umdah el-Baroroh (Pengasuh PP Mansajul Ulum) dan Neng Rahma Arifa yang merupakan Founder Manggarkelape/Mahasiswi LSE. Serta didukung oleh host mubadalah yang fenomenal, yaitu mas Dul.
Setelah menyimak materi yang beliau-beliau sampaikan, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa, alasan anak-anak memilih untuk menikah itu adalah kurangnya pengetahuan. Faktor penyebabnya tentu berbeda-beda, bisa jadi anak tersebut dipaksa untuk menikah oleh orang tuanya, dan tidak bisa melakukan negosiasi.
Ada juga yang memang memilih menikah karena ketidaktahuannya harus melakukan apa selain menikah. Atau ada juga yang menikah karena ia merasa sudah tidak punya teman, dan merasa terancam dengan mitos yang menyebutkan bahwa semakin tua, maka semakin sulit untuk mendapatkan jodoh.
Alasan receh seperti itu memang terus berkembang dalam kehidupan yang keras ini man-teman. Ditambah juga dengan banyaknya konten-konten di media sosial yang meromantisasi nikah muda dengan segala keunyuannya. Jadilah anak-anak yang seharusnya berpikir bagaimana caranya mempunyai masa depan cerah, terbentur dan berpikir pendek bahwa tujuan hidup paling utama itu adalah menikah.
Padahal jika mengutip pernyataan Mbak Nur Azka Inayatussahara, menikah itu tidak sesederhana pertanyaan kapan menikah. Ikatan tersebut membutuhkan kesiapan mental, fisik, ekonomi dan yang lainnya. Karena pernikahan adalah proses belajar sepanjang hidup, tidak bisa dilakukan dengan main-main dan coba-coba. Jika menikah itu ibadah, kok ibadah coba-coba sih, harus serius dong.
Oleh sebab itu pengetahuan, pendidikan dan pengalaman menjadi sangat penting. Baik bagi laki-laki dan perempuan. Soal pepatah lama yang menyebutkan bahwa perempuan itu tidak perlu berpendidikan tinggi, karena pada akhirnya ia akan kembali ke dapur, kasur dan sumur, menurutku itu merupakan kata-kata yang bulshit man-teman. Semuanya harus dilakukan dengan ilmu. Itu mengapa Allah mewajibkan umatnya untuk terus belajar, mulai keluar dari rahim ibu sampai pada masuk ke dalam liang kubur. Bahkan kalau perlu sampai ke negeri Cina.
Selain itu, menurut Ibu Umdah dalam talkshow Muharram For Peace tadi, urusan dapur, kasur dan sumur itu membutuhkan pengetahuan. Sebab ketika melakukan tiga hal tersebut, hasilnya akan berbeda antara orang yang mempunyai pengetahuan dengan yang tidak. Misalnya dalam soal kasur, jika suami dan istri paham bahwa urusan penikmatan seks dalam pernikahan adalah hak kedua-duanya, mungkin tidak akan ada kasus perkosaan dalam pernikahan.
Begitu juga dengan urusan sumur, jika suami dan istri belajar perspektif mubadalah, urusan cuci mencuci pakaian, piring dan memandikan anak pasti akan dilakukan secara bersama-sama, atau berbagi peran sesuai dengan kesiapan masing-masing. Tidak berbeda jauh juga dengan urusan dapur dan pengasuhan anak. Cita-cita melahirkan generasi sehat dan cerdas tidak bisa diwujudkan begitu saja, butuh pendampingan orang tua yang sehat dan cerdas pula.
Dengan demikian, wahai teman-teman jombloku yuk tetap semangat belajar, mencari pengalaman dan bangun relasi sebanyak-banyaknya. Terutama bagi anak-anak yang masih di bawah umur. Menikah memang pilihan, tapi menikah di waktu dan usia yang tepat pasti akan lebih indah. Satu hal yang mungkin bisa memotivasi teman-teman, ayah saya sering bilang bahwa “Ilmu akan membuka banyak pintu, termasuk pintu untuk menemukan jodoh yang terbaik.” []