Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi Pura di Pekanbaru untuk bertemu pemeluk agama Hindu. Di sana Ibu Dewi sudah menyambut kami, perempuan Hindu yang tergabung dalam WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia).
Kami memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kami ke sana. Kami sampaikan bahwa kami ingin berdialog agar kami saling mengenal. Jujur saja, meski sudah lama hidup berdampingan namun saya sendiri belum tahu tentang agama Hindu.
Saya ingin mengenal lebih dalam agar saya tidak terjebak pada asumsi-asumsi yang tidak pernah saya ketahui kebenarannya. Juga asumsi yang tidak pernah saya konfirmasi langsung kepada pemeluk Agama Hindu.
Dialog antar agama itu sangat penting, karena kerap kali kita memandang mereka sebagaimana yang kita dengar. Lalu kita menyalahkan apa yang mereka lakukan hanya karena tidak memahami kebenarannya. Padahal saya percaya bahwa semua manusia menyembah Tuhan yang sama yaitu Tuhan yang Esa.
Kami berkunjung ke sana bersama teman yang beragama Kristen Protestan. Dengan demikian terdapat 3 agama dalam dialog ini. Saya juga belajar banyak dari teman perempuan Hindu tentang bagaimana mereka hidup dalam bermasyarakat.
Setelah berbincang sedikit, beliau menceritakan bahwa sejak kecil sudah terbiasa hidup berdampingan dengan umat Islam. Ya, sebagai umat Hindu yang tinggal di Sumatra, umat Hindu bisa dihitung jari.
Mereka banyak tahu tentang Islam karena terlibat langsung dalam bermasyarakat. Lalu pembicaraan berpindah tentang agama Hindu.
Tuhan Umat Hindu
Mereka menjelaskan bahwa mereka menyembah Tuhan Yang Esa. Mereka menyebutnya Sang Hyang Widi. Tak seperti yang diduga banyak orang selama ini. Saya dan banyak orang lain berpikir bahwa Tuhannya umat Hindu adalah dewa-dewa yang sangat banyak jumlahnya. Mereka menjelaskan bahwa dewa-dewa itu seperti malaikat dalam Islam. Dewa adalah perpanjangan tangan Tuhan.
Ritual Ibadah Agama Hindu
Umat agama Hindu melaksanakan ibadah tiga kali sehari, pelaksanaannya bergantung pada pergantian waktu. Hal ini sama seperti ritual salat dalam Islam yang dilaksanakan berdasarkan pergantian waktu. Bedanya Islam melaksanakan dalam 5 waktu, dan Hindu melaksanakannya dalam 3 waktu. Mereka juga melaksanakan ibadah sunnah ketika malam dan Subuh.
Mencari Persamaan Bukan Perbedaan
Dialog dengan umat lain memberikan pemahaman dan perspektif baru bagi saya. Semula saya terkungkung dalam asumsi dan dugaan yang tidak saya ketahui kebenarannya. Namun kali ini saya mengetahui bahwa asumi saya salah.
Seringkali kita terjebak dalam pemikiran bahwa keyakinan orang lain itu salah. Meski dalam beragama kita harus yakin bahwa agama yang kita pilih adalah agama yang paling benar. Namun dalam kehidupan yang plural dan toleran kita tak boleh menyalahkan pilihan orang lain.
Karena bahkan apa yang kita salahkan selama ini ternyata hanya asumsi kita saja. Jika Nabi Muhammad SAW saja hidup berdampingan dengan non muslim, kenapa kita tidak?
Dialog dengan non muslim, dalam hal ini umat Hindu akan membuat kita memahami apa yang mereka yakini sehingga kita bisa berhenti berasumsi. Dengan berdialog kita akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman baru, sehingga setelah dialog tidak ada lagi penyerangan, dan penghakiman sepihak terhadap kelompok minoritas.
Bukankah Islam sendiri adalah minoritas di Barat sana? Jika kita tidak ingin saudara seiman kita di Barat sana dipinggirkan, kenapa kita sebagai mayoritas di Indonesia justru meminggirkan mereka? Semakin banyak dialog semakin mengurangi asumsi, sehingga penyerangan terhadap kelompok rentan tidak akan terjadi. Semoga. []