Mubadalah.id – Ribuan peserta temu nasional (Tunas) GUSDURian dengan mengenakan pakaian adat dari masing-masing daerah mewarnai kirab budaya.
Sebelum kirab budaya dimulai, ribuan peserta Tunas GUSDURian terlebih dahulu berkumpul di depan Graha Bir-Ali Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu, 15 Oktober 2022.
Seluruh peserta penuh dengan bahagia dan gembira menyanyikan lagu kekhasan daerahnya masing-masing. Di antaranya, ada dari Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura.
Kemudian di luar pulau jawa pun tampak banyak hadir seperti dari Kalimantan, NTB, NTT, Sulawesi, Sumatera, Papua, hingga Malaysia.
Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid mengatakan pada malam ini, kita berada bersama-sama dari seluruh penjuru nusantara membawa kekhasan masing-masing setiap daerah.
Alissa mengajak, mari bersama-sama kita tunjukan kepada Indonesia bahwa jaringan GUSDURian adalah rumah bersama.
“Kita tunjukan bahwa perbedaan bukan menjadi alat perpecahan. Kita patut mensyukuri, sampai saat ini kita tetap menjaga keberagaman kita dalam semangat kebersamaan,” kata Alissa saat memberikan sambutan, sebelum memulai kirab budaya, pada Sabtu, 15 Oktober 2022, malam.
Sementara itu, Alissa juga mengungkapkan bahwa tragadi Kanjuruhan adalah tragedi kemanusian. Tragedi Kanjuruhan juga merupakan korban sistem yang korup yang tidak berpihak pada rakyat.
“Saudara kita korban Kanjuruhan adalah martil perjuangan kita untuk tetap memihak kepada rakyat. Jangan biarkan nyawa hilang atas apapun,” tegasnya.
Alissa mengajak kepada seluruh peserta tunas GUSDURian untuk mendoakan para korban Kanjuruhan.
“Saya ingin mengajak teman semua mengheningkan cipta dan mengirimkan doa kepada mereka yang terluka atas sistem yang korup,” pungkasnya. (Rul)