• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menjadi Kpopers, Sebuah Pilihan Sadar atau Sekadar Pelarian?  

Menjadi Kpopers bukan hal salah asal sewajarnya, dan masih tahu batasan. Kpopers yang baik adalah yang mampu membagi waktu antara hobi dan kewajiban

Belva Rosidea Belva Rosidea
12/09/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Menjadi Kpopers

Menjadi Kpopers

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fenomena demam Korea di Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu. Namun semakin menjadi-jadi beberapa tahun belakangan ini. Hiburan asal Korea Selatan ini berhasil mengambil hati berbagai lapisan Masyarakat Indonesia, seolah-olah popularitasnya melebihi hiburan-hiburan Barat atau Hollywood.

Drama Korea misalnya, berhasil merebut hati berbagai kalangan usia Masyarakat Indonesia mulai dari remaja bahkan sampai ibu rumah tangga. Di samping itu, hiburan asal Korea Selatan yang paling mencolok adalah Industri musik K-Pop (Korean Pop) yang begitu digandrungi para para remaja hingga dewasa muda.

Penggemar  K-Pop akrab kita sebut dengan Kpopers. Berdasarkan survei yang saya ambil dari jumlah viewers konten Korean Pop di Youtube, Indonesia berada pada peringkat 2 dengan meraih 9,9% dari total viewers. Menariknya, tak sedikit masyarakat yang berakhir menjadi Kpopers berawal hanya karena ikut-ikutan atau sekadar pelarian dari suatu permasalahan hidup.

Mereka tidak secara sadar mencari tahu atas kehendaknya sendiri tentang budaya-budaya Korea lalu jatuh cinta dan memutuskan menjadi penggemar. Banyak dari Kpopers yang justru turut menjadi fans hanya karena teman terdekatnya adalah seorang Kpopers.

Kemudian individu tersebut mengajak teman dari temannya dan seterusnya. Hingga mata rantai ini terus berlanjut menciptakan komunitas penggemar yang begitu besar. Beberapa pada akhirnya menjadi Kpopers seiring berbagai tekanan hidup yang ia alami. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?

Baca Juga:

Mengenal Lebih Dekat Kanker Ovarium: Sebagai Salah Satu Sillent Killer pada Wanita

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

Emansipasi Wanita dalam Drama Korea: When Life Gives You Tangerines

Menilik Child Grooming dan Kasus Kim Sae Ron

Awal Mula Menjadi Kpopers

Ada yang bilang awal mula menjadi Kpopers adalah pelarian namun berujung pada kecanduan. Seiring usia, tanggung jawab kehidupan sebagai pribadi dewasa memang tak mudah, terutama untuk para dewasa muda yang mengalami quarter life crisis. Survei yang The Fandom for Idols lakukan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa penggemar K-pop di Indonesia didominasi oleh kelompok usia 15-35 tahun.

Di tengah berbagai masalah yang menghampiri, K-pop memiliki beragam genre seolah-olah hadir menawarkan berbagai kesenangan dengan kemasan yang bisa diterima segala situasi. Entah lewat melodi yang menghibur ataupun melalui lirik lagu yang mewakili berbagai perasaan yang sulit kita ungkapkan.

Bahkan kadangkala cerita hidup para idol/penyanyinya yang penuh perjuangan, kerja keras, dan pengorbanan hingga mereka bisa sampai di titik kesuksesan seperti saat ini mampu menjadi motivasi tersendiri. K-pop memang terdesain sedekat mungkin dengan kehidupan sehari-hari penggemarnya, baik dari lagu maupun artisnya.

Tak aneh lagi, jika saat ini kita temukan berbagai ucapan terimakasih untuk para idol grup di lembar skripsi mahasiswa karena lagu-lagu dan konten mereka lah yang menjadi hiburan saat hari-hari berat menyelesaikan skripsi. K-pop hadir bak pundak hangat yang nyaman kita gunakan untuk bersandar.

Solidaritas Sesama Kpopers

Pengalaman mengidolakan seseorang adalah hal yang wajar bagi setiap orang. Menurut psikologi, menjadi Kpopers bisa memberikan dampak positif selama selama masih sadar batasan.

Dr. Laurel Steinberg, seorang psikoterapis dan juga profesor dalam bidang psikologi di Universitas Columbia, menyatakan bahwa terhubung dengan orang-orang yang berdasarkan minat yang sama akan baik untuk kesehatan mental, karena membantu menciptakan rasa aman seperti persaudaraan atau keluarga.

Seorang Kpopers lebih bisa menjadi diri sendiri ketika berinteraksi di media sosial dengan Kpopers lain dengan idola yang sama. Mereka saling bercerita tentang keseharian, menjadi support system satu sama lain, saling membantu ketika ada yang bermasalah, dan bersama-sama mendukung idola mereka tanpa memandang perbedaan sosial yang ada.

Solidaritas sesama Kpopers di media sosial memang tak kita ragukan lagi. Bahkan tak jarang mereka mengadakan galang dana untuk korban bencana alam atau mengkampanyekan isu-isu lingkungan seperti kegiatan menanam pohon untuk merayakan hari ulang tahun idolanya.

Berbagai brand lokal pun turut mengiklankan produknya dengan menggandeng selebritas Korea untuk memenangkan hati Masyarakat Indonesia. Metode ini bisa dibilang cukup berhasil. Tak sedikit konsumen produk tersebut yang pada akhirnya tertarik untuk membeli karena bintang iklannya, bukan karena memang membutuhkan produknya.

Fenomena-fenomena demikian cukup menjadi bukti bahwa banyak penggemar yang telah menjurus pada kecanduan dan fanatisme berlebihan.

Celebrity Worship Syndrome

Pada dasarnya segala hal yang berlebihan memanglah tidak baik. Demikian pula ketika terlalu mengidolakan seseorang. Dampak-dampak positif di atas dapat berubah menjadi dampak negatif ketika seorang kpopers menjadi penggemar yang terlalu berlebihan. Banyak Kpopers yang bersikap berlebihan menyukai idola mereka.

Fenomena ini dalam psikologi disebut sebagai Celebrity worship syndrome, yakni gangguan obsesif seseorang terhadap orang yang mereka kagumi, biasanya selebritas atau orang-orang terkenal lainnya. Sindrom ini akan melahirkan perilaku yang tidak baik seperti menguntit kehidupan pribadi idola yang mereka sukai, dan mengikuti kemanapun idola mereka pergi.

Kpopers yang terlalu kecanduan bisa saja menjadi sulit membuat batasan antara dunia nyata dan dunia halusinasinya. Beberapa Kpopers yang terlanjur kecanduan akan mengalami disfungsional dalam beraktivitas dan perilaku konsumtif.

Mereka akan menghabiskan waktunya hanya untuk terus update berita tentang idolanya dan melupakan kewajiban sehari-hari. Kemudian tak lagi berpikir panjang untuk menghabiskan seluruh tabungannya hanya untuk membeli album atau barang-barang lain yang kurang penting.

Tak sedikit pula kpopers yang akhirnya berujung kecewa apabila idolanya tidak sesuai dengan harapannya, lalu berbalik membenci. Banyak juga terjadi perang antar komunitas, karena saling mengunggulkan idola masing-masing hingga menjelek-jelekkan idol lainnya.

Menjadi Kpopers bukan hal salah asal sewajarnya, secukupnya, dan masih tahu batasan. Kpopers yang baik adalah yang mampu membagi waktu antara hobi dan kewajiban. Tak lupa pula pada budaya bangsa dan tetap cinta tanah air. []

 

 

Tags: Drama Koreagaya hidupLife StyleMenjadi KpopersQuarter Life CrisisSelebritis Korea
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version