Mubadalah.id – Setelah Nabi Muhammad Saw tinggal pergi oleh sang Ibunda tercinta Siti Aminah dan sang Ayah Abdullah, kini Nabi Saw dalam perlindungan dan pengasuhan kakeknya, Abdul Muththalib.
Tetapi ini hanya berlangsung dua tahun dalam pengasuhannya. Karena sang kakek kemudian juga wafat.
Sang paman, kakak ayahnya, Abu Thalib, menggantikannya, menjadi pengasuh yang merawat, menjaga dan melindungi Nabi Muhammad saw.
Tuhan tak membiarkan calon pemimpin dunia itu terus bersedih hati dan kehilangan harapan masa depan.
Dia membimbing tangannya menapaki dan menyusuri jalan cahaya. Tuhan akan selalu bersamanya dalam suka maupun duka.
Melalui pengalaman hidup yang memilukan itu Dia sedang memberinya pelajaran mulia, agung dan berharga bagi masa depan kemanusiaan.
Pelajaran itu kira-kira berbunyi: “Jika kau menyayangi si fakir dan orang yang menderita, kau harus menjadi hatinya”.
Kelak anak yang mulia (Muhammad Saw) itu memang sangat peka dan amat sayang terhadap orang-orang yang miskin, yatim-piatu, terlantar dan menderita lainnya.
Al-Qur’an merekam keadaan itu dalam salah satu ayatnya yang sangat indah:
Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tak meninggalkanmu, dan tak pula membencimu. Dan sesungguhnya hari kemudian itu, lebih baik bagimu daripada hari ini.
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
Dia mendapatimu kebingungan, lalu Dia memberimu jalan. Dia mendapatimu papa, lalu Dia memberikan kecukupan. Maka terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku kasar. Terhadap pengemis janganlah menghardiknya terhadap karunia Tuhanmu kabarkanlah. []
Sumber tulisan : Buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi Muhammad karya KH. Husein Muhammad.