Mubadalah.id – Pengasuhan anak (hadhanah dan tarbiyah) dalam pandangan Islam bukanlah tugas tunggal seorang ibu atau sekadar kewajiban domestik yang dibebankan kepada perempuan. Ia adalah tanggung jawab bersama antara suami dan istri, ayah dan ibu, sebagaimana dalam hadis Rasulullah Saw.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya Perempuan Bukan Makhluk Domestik menjelaskan bahwa Islam menempatkan pengasuhan sebagai bagian penting dari relasi mubadalah. Artinya, ayah dan ibu sama-sama memiliki tanggung jawab untuk memastikan tumbuh kembang anak berjalan dalam kebaikan, kasih sayang, dan keadilan.
Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari, no. 1401).
Hadis ini menggambarkan tentang peran aktif kedua orangtua dalam membentuk karakter dan moral anak. Baik ayah maupun ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Pendidikan yang Berbasis Kasih Sayang
Pengasuhan anak dalam teladan Nabi Muhammad Saw berlandaskan pada rahmah akan melahirkan kebaikan dan kemaslahatan bagi anak.
Prinsip ini menjadi pilar pertama dalam pendidikan keluarga. Rasulullah Saw tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mencontohkan dengan perilaku penuh kasih terhadap anak-anak.
Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw mencium cucunya, Hasan bin Ali. Melihat hal itu, seorang sahabat bernama Aqra’ bin Habis berkata,
“Aku memiliki sepuluh anak, dan tidak satu pun yang pernah aku cium.” Nabi pun menimpali, “Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. al-Bukhari, no. 6063).
Tindakan itu menunjukkan bahwa kasih sayang adalah fondasi pendidikan. Dalam keluarga Muslim akhlak mulia harus laki-laki maupun perempuan jalani bersama. []