• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan dan Sustainable Eco Friendly

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
20/03/2020
in Personal
0
80
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Begitulah kiranya langkah meminimalisir masalah yang dihasilkan oleh sampah pembalut. Haid adalah kodrat untuk perempuan. Namun menggunakan pembalut disposable, pembalut reusable atau menstrual pad, hingga menggunakan menstrual cup adalah pilihan.

Menulis tentang ini, saya jadi teringat tentang masa lalu di hari pertama kali saya haid. Satu hari menjelang lomba Musabaqah Hifdzil Qur’an Juz 30 di tingkat kecamatan yang akan saya ikuti, saya mengetahui bahwa inilah hari pertama saya mengalami menstruasi.

Seperti pada umumnya, saya pun dianjurkan oleh pengasuh asrama saat itu untuk membeli pembalut disposable. Ketika masa menstruasi itu tiba, meskipun sama seperti perempuan lainnya yang mengalami perasaan tidak nyaman, iritasi, gatal-gatal takut “tembus” ketika menggunakan pembalut sekali pakai. Tidak terlintas oleh saya untuk menggantinya dengan sesuatu yang lebih membuat nyaman dan tidak menimbulkan iritasi bahkan hingga saya lulus dan menyandang gelar ahli pratama Kesehatan Lingkungan.

Baru setelah menjajaki dunia first jobber, akhirnya saya memutuskan untuk membeli pembalut reusable untuk keperluan menstruasi yang rutin datang sebulan sekali. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama. Saya merasa lebih tidak nyaman menggunakan pembalut jenis ini karena bagi saya pembalut ini terlalu mengganjal. Akhirnya lagi-lagi saya kembali ke pembalut disposable.

Hingga suatu hari di pertengahan 2019, saya membaca tentang menstrual cup di instagram story dari akun seorang blogger. Menstrual cup adalah pengganti pembalut baik disposable maupun reusable yang berbentuk seperti cawan yang dapat menampung darah menstruasi selama 12 jam. Artinya, jika saya menggunakan menstrual cup selama 12 jam sama dengan saya menghemat tiga pembalut disposable. Saya merasa terpanggil untuk mencoba menstrual cup.

Baca Juga:

Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

Sudah menjadi rahasia umum bahwa harga untuk satu menstrual cup berkisar antara 350 hingga 500 ribu rupiah. Harga yang membuat maju mundur mental setiap perempuan yang ingin mencobanya. Tidak hanya itu, menstrual cup yang identik harus dimasukan ke dalam organ intim masih menjadi momok tentang keperawanan bagi mayoritas perempuan terlebih yang belum menikah.

Meski di tahun itu saya sudah menikah bahkan sudah melahirkan dengan persalinan pervaginam, namun sempat terlintas pula dibenak saya bagaimana cara memasukkannya ke area intim. Masih diluar nalar tentunya karena saya belum mencobanya.

Di luar dugaan, ternyata saya berjodoh sangat cepat dengan menstrual cup. Prosesnya hanya terhitung sembilan bulan sejak saya melihat instagram story sampai akhirnya saya berhasil menggunakannya di awal bulan Februari 2020.

Bermula ketika awal tahun 2020 lalu saya harus bedrest karena mengalami sakit gejala tipes namun tidak bisa bedrest karena saya memiliki satu toddler yang saat itu juga sakit. Akhirnya dalam keadaan sakit dan kelelahan, saya mengalami istihadloh yang mana masa suci siklus menstruasi belum genap 15 hari namun sudah keluar darah dari organ intim. Artinya setiap 5 kali waktu sholat tiba saya harus mengganti pembalut disposable ketika saya hendak beribadah.

Keadaan tersebut berlangsung selama 5 hari masa istihadloh. Tentu sangat mengganggu apalagi darah yang keluar tidak sebanyak seperti ketika menstruasi. Sambil terus observasi tentang menstrual cup, akhirnya saya memutuskan untuk membeli menstrual cup size B yang brandnya cukup dikenal dan banyak digunakan di Indonesia melalui sebuah market place online.

Mengapa saya membeli ukuran B? Karena dalam review video tersebut disebutkan bahwa apabila pengguna menstrual cup belum pernah melahirkan, pengguna disarankan untuk menggunakan menstrual cup size A. Sedangkan untuk pengguna yang pernah melahirkan disarankan untuk menggunakan menstrual cup size B.

Sesampainya menstrual cup tiba tentu saya tidak sabar untuk mulai mencobanya meski saya tidak begitu yakin dipercobaan pertama akan berhasil. Berdasarkan review pengguna menstrual cup yang sebelumnya saya pelajari di sosial media, saya sudah mengetahui bahwa produk yang akan saya gunakan ini 100 persen terbuat dari soft medical grade silicone. 

selain itu, disebutkan juga tidak akan menyakiti tubuh atau pun menimbulkan efek alergi pada tubuh dan sudah tersertifikasi, serta tidak diujikan pada hewan atau certified vegan, di mana informasi produk ini juga saya temukan pada kemasan menstrual cup, beserta informasi lainnya seperti tata cara penggunaannya, ukuran menstrual cup yang dianjurkan, tata cara melipat menstrual cup, serta keterangan-keterangan lainnya yang berkaitan dengan menstrual cup.

Setelah menstrual cup disterilkan selama 3-5 menit dengan direbus pada air mendidih, akhirnya saya mulai mencoba memasukkannya ke dalam organ intim. Saya melipat menstrual cup dengan lipatan model C-Fold namun sudah lebih dari 30 menit selalu gagal dan saya hanya bisa memasukan setengah bagian dari menstrual cup ke dalam organ intim. Akhirnya saya menyerah untuk percobaan pertama kali ini.

Sembari bertanya-tanya kepada teman-teman yang sudah menggunakan menstrual cup, akhirnya satu purnama pun berlalu dan siklus menstruasi pun hadir kembali. Entah tekad dari mana, hari pertama menstruasi bulan ini saya dengan rileks mencoba kembali menggunakan menstrual cup yang sudah disterilkan dan melipatnya dengan metode lipatan punchdown.

Viola! Dengan satu kali percobaan, menstrual cup tersebut masuk dengan sangat nyaman ke organ intim dan mulai menampung darah haid. Meski sudah menggunakan menstrual cup, namun saya tetap menggunakan pembalut disposable jika sewaktu-waktu hal yang tidak diinginkan terjadi. Apalagi di hari pertama menstruasi, tentu jumlah mili liter darah yang keluar akan lebih banyak jika dibandingkan hari-hari selanjutnya.

Observasi dimulai. Benar kata pengguna menstrual cup, memang tidak terasa seperti sedang menstruasi dan sama sekali jauh lebih nyaman jika dibandingkan dengan pembalut disposable yang mengganjal, membuat iritasi, gatal dan sering kali menimbulkan bau anyir.

Bahkan ketika ingin buang air kecil maupun besar tidak perlu repot-repot melepas menstrual cup. Wajar jika beberapa kali terasa lebih sering ingin buang air kecil atau ada perasaan was-was menstrual cup akan bocor karena baru satu kali pemakaian.

Namun setelah 4 jam dicek, pembalut disposable masih bersih tanpa noda sedikit pun. 2 jam berikutnya yang berarti sudah 6 jam pemakaian, barulah ada noda pada pembalut yang artinya cawan pada menstrual cup penuh dan perlu dibersihkan untuk dapat digunakan kembali.

Saat dikeluarkan, ternyata cawan tidak benar-benar penuh atau hanya terisi 2/3 bagian cawan. Kemudian setelah dibersihkan dan digunakan kembali, tiga jam kemudian saya mengecek menstrual cup dan cawannya hanya terisi 1/3 bagian.

Artinya, agar tidak terjadi kebocoran pada menstrual cup, pengguna disarankan untuk membuang darah menstruasi setiap 3-4 jam sekali untuk siklus menstruasi di hari pertama hingga ke tiga. Untuk hari-hari berikutnya, pengguna bisa menyesuaikan dengan jumlah volume darah haid sesuai dengan kebiasaannya.

Bagi saya, membeli menstrual cup seharga 300 ribu rupiah untuk 10 tahun tidak membuat saya menyesal terlebih jika dibandingkan dengan harga pembalut disposable yang sebelumnya selalu saya beli setiap kali saya menstruasi selama 12 bulan dikalikan dengan sekian belas tahun sejak saya mengalami menstruasi pertama kali. Menstrual cup very sustainable eco friendly, isn’t it? []

Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID