• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan Sekolah Tinggi-tinggi Kok di Rumah?

Keputusan dari setiap pilihan perempuan bukan untuk kita hakimi. Perempuan itu sendiri yang lebih tahu mana yang lebih baik untuk ia jalani

Anggia Desty Anggia Desty
06/02/2023
in Personal
0
Perempuan Sekolah Tinggi

Perempuan Sekolah Tinggi

786
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pasti kalimat “Perempuan sekolah tinggi-tinggi kok di rumah?” Seolah tidak asing lagi bagi perempuan Indonesia yang memilih untuk ‘bekerja’ di rumah. Tidak banyak orang yang menerima seorang perempuan lulusan S-2 dan memilih karir hidupnya di rumah. Anggapan bahwa lulusan sarjana terlebih S-2 harus memiliki karir cemerlang di kantor. Dan ketika di rumah kita anggap sebagian orang yang tidak bisa menjalankan pekerjaan produktif. Hanya mampu menjalankan pekerjaan domestik.

Namun, hal itu terbantahkan dan terbukti sejak pandemi kita mengenal istilah work from home (bekerja di rumah) dan bisa bekerja work from anywhere (bekerja di manapun). Thanks to technology yang memudahkan manusia untuk bekerja di mana pun ia berada. Kembali lagi ke stigma bekerja, bagi kebanyakan orang bekerja itu ya di kantor, mengenakan seragam, ngetik di layar computer, dapat gaji bulanan dan punya jam kerja yang jelas.

Di luar itu semua mungkin tidak kita anggap bekerja walaupun punya gaji dan menghasilkan sesuatu juga. Pilihan setiap perempuan untuk berkontribusi di rumah pun tentu dengan pertimbangan-pertimbangan matang, dan pemikiran yang panjang. Anggapan bahwa di rumah hanya bisa 3M seperti menyapu, memasak, mencuci tidak sepenuhnya benar. Dengan berbekal kuota internet, gadget, dan barang yang akan kita buat konten sudah berhasil mematahkan stigma bahwa di rumah bukan hanya 3M.

Perempuan Bisa Menjadi Apa Saja, Di Mana Saja

Online shop atau umkm pun berkembang pesat seiring berjalannya waktu dan sejalan dengan perkembangan teknologi. Baik dari usia muda maupun tua semua bisa produktif menghasilkan konten jika ia niat dan mau melakukannya. Opini bahwa pekerjaan produktif hanya bisa kita lakukan di luar rumah sudah tidak berlaku lagi di era saat ini. Perempuan yang punya pilihan untuk menyalurkan bakat dan produktif adalah sebuah privilise. Karena perempuan itu memilih apa yang mau ia jalankan. Tidak ada yang salah dengan pendidikan tinggi dan di rumah, begitu pula sebaliknya.

Perempuan dan laki-laki yang memiliki kewajiban mengurus rumah tangga seperti mengasuh anak pun membutuhkan skill dan pendidikan yang baik.  Bagaimana cara melakukan hal tersebut dengan efektif, dan efisien. Saat di rumah pun, perempuan bisa melakukan banyak hal seperti berjualan, menulis, berkebun, melukis, maupun melakukan pekerjaan domestik. Lalu mengajari anak-anaknya, main saham, dan masih banyak lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالأمير راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته، وهو مسئول عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده، وهي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده، وهو مسئول عنه، فكلكم راع مسئول عن رعيته

Baca Juga:

#JusticeForArgo: Melawan Privilese Dalam Menegakkan Keadilan Korban

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).

Keputusan dari setiap pilihan perempuan bukan untuk kita hakimi. Karena perempuan itu sendiri yang lebih tahu mana yang lebih baik untuk ia jalani. Perempuan sekolah tinggi sebagai jembatan seseorang berkontribusi untuk melakukan banyak hal. Banyak hal yang bisa kita lakukan di dunia ini, tidak hanya terpaku pada standart society. Setiap perempuan berhak memilih keputusannya dan mempertanggungjawabkannya. []

Tags: emansipasiHak PerempuankeadilanKesetaraanPendidikan PerempuanPerempuan Sekolah Tinggi
Anggia Desty

Anggia Desty

Penulis tinggal di Banjarmasin Kalimantan Selatan

Terkait Posts

Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Kehendak Ilahi

Kehendak Ilahi Terdengar Saat Jiwa Menjadi Hening: Merefleksikan Noble Silence dalam Perspektif Katolik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID