Mubadalah.id – Para perempuan pada masa Nabi Saw sangat aktif dalam berbagai kegiatan publik. Termasuk Haji Wada’, atau haji perpisahan, satu-satunya ibadah haji yang dijalankan Nabi Saw. Saat itu, yang mengikutinya sekitar 10.000 orang sahabat. Pada saat haji wada’ itu, tentu saja banyak perempuan yang ikut haji bersama Rasulullah Saw, dan mendengarkan khutbah haji perpisahan Nabi Saw.
Namun, tidak sekedar ikut ibadah haji. Beberapa perempuan justru mendekat kepada Nabi Saw dan dengan jelas bisa mendengar khutbah, mengingat, dan kemudian meriwayatkannya kepada yang lain. Salah satu yang bercerita tentang khutbah haji perpisahan Nabi ini adalah Umm al-Hushain ra. Dia berangkat beribadah bersama putranya yang masih kecil, bernama al-Hushain. Dialah perempuan yang mendengar khutbah perpisahan Nabi Saw.
Pada saat di Mina, dalam kisah Umm al-Hushain ra, ketika Nabi Saw pulang dari melempar Jumrah, Nabi Saw berada di atas unta. Di samping Nabi Saw, ada Bilal ra dan Usamah ra. Yang satu menuntun unta Nabi Saw dan yang lain menutupi kepala Nabi Saw dengan bajunya dari terik panas matahari. Kata Umm al-Hushain ra, saat itu, dia memangku putranya, dan mendengarkan khutbah haji perpisahan Nabi Saw dengan seksama.
“Nabi Saw menyampaikan banyak hal pada saat khutbah haji perpisahan Nabi itu”, kata Umm al-Hushain ra. Di antara yang dia ingat adalah sebagai berikut:
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah Swt, dengarkanlah firman-Nya, dan taatilah perintah-Nya. Dan jika kalian dipimpin seorang hamba sahaya yang berwarna kulit hitam sekalipun, kalian harus mendengar dan mengikutinya selama ia memimpin dengan baik, sesuai dengan Kitab Allah Swt”, kata Nabi Saw dalam khutbah haji perpisahan Nabi yang didengar Umm al-Hushain ra saat itu.
Seorang perempuan bisa mendengar khutbah haji perpisahan Nabi Saw menandakan betapa ruang ibadah dan belajar terbuka bagi perempuan. Padahal, pada saat itu, yang ikut beribadah haji jumlahnya cukup besar. Artinya, pada saat jama’ah publik laki-laki yang begitu banyak bahkan membludak dalam jumlah ribuan, perempuan tetap memiliki ruang untuk bisa dekat dengan Nabi Saw, beribadah dan sekaligus mendengar khutbah beliau.
Khutbah Haji Perpisahan Nabi dan Apresiasi Islam terhadap Perempuan
Demikianlah perempuan yang mendengar khutbah haji perpisahan Nabi Saw. Adalah aneh, jika kemudian, ada narasi atas nama Islam, atau atas nama ajaran Nabi Saw, yang mengucilkan perempuan dari panggung kehidupan. Dari ruang belajar dan ilmu pengetahuan, dari ruang ekspresi kebaikan, dari ibadah, dari kerja-kerja amal shalih dalam segala aspek kehidupan.
Jika kita setuju dengan Islam, bahwa perempuan adalah manusia, dan manusia itu memerlukan semua ruang dan ekspresi ini, maka adalah manusiawi dan islami untuk membuka semua ruang-ruang ini bagi perempuan.
Jika ada kekhawatiran tertentu, misalnya fitnah, pelecehan, atau kekerasan seksual, maka solusinya bukan dengan melarang para perempuan dari aktifitas publik. Namun, bersama-sama membikin ekosistem, melalui budaya, peraturan, dan fasilitas sosial, agar laki-laki dan perempuan terlibat bersama-sama menjaga diri dari semua kekhawatiran itu, agar tidak menjadi pelaku maupun korban. Inilah inspirasi dari kisah perempuan yang mendengar khutbah haji perpisahan Nabi Saw. Wallahu a’lam. []