• Login
  • Register
Senin, 9 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Pesan Parenting Drama Korea: Anak Bukanlah Media Penerus Mimpi Orang Tua yang Terputus

Kehidupan yang menuntut lebih banyak hal kepada laki-laki ini, berujung nanti pada saat mereka membangun rumah tangga. Saat berkeluarga, laki-laki yang belum memiliki pekerjaan mapan akan dianggap gagal oleh masyarakat, karena tidak bisa menafkahi keluarganya

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
30/05/2022
in Film
0
Pesan Parenting Drama Korea

Pesan Parenting Drama Korea

564
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir pekan ini, Salingers memiliki agenda apa nih? Untuk yang bingung mencari kegiatan, menonton bisa jadi salah satu pilihan kegiatan di rumah saja. Salah satu yang bisa jadi pilihan Salingers, adalah Seri Televisi Korea Selatan yang berjudul The Sound of Magic, yang memuat pesan parenting drama korea. Kisah ini diangkat dari cerita webtoon berjudul Annarasumanara.

Serial ini sangat saya rekomendasikan untuk Salingers tonton, karena selain hanya memiliki jumlah episode yang sedikit, yakni enam episode serial ini memiliki pesan parenting drama korea yang sangat penting untuk diketahui terlebih untuk generasi muda yang akan memasuki masa dewasa.

Terdapat tiga tokoh utama yang menjadi sorotan, yakni Yoon Ah Yi, Na il Deung, dan Ryu Min Hyuk atau Lee Eul. Jika dilihat dari judul dan sinopsinya, mungkin dibenak kita hanya muncul kisah remaja dan dunia sulap saja. Namun, jika kita simak dengan seksama, ada pesan parenting drama korea yang disisipkan.

Pesan Parenting Drama Korea: Anak Laki-Laki dengan Tekanan dan Tuntutan Kehidupan Tinggi  

Pesan parenting drama korea dimulai dengan menceritakan alur kehidupan Na il Deung memiliki kesamaan dengan masa lalu Lee Eul (Pesulap). Mereka berdua adalah siswa yang pintar di kelasnya, dan berasal dari keluarga mapan tentunya. Na il Deung adalah anak seorang Jaksa, dimana ayah dan ibunya benar-benar mengawasi dengan ketat proses belajar dan kesehariannya. Sedangkan, Lee Eul pada masa mudanya dikenal sebagai juara kelas, yang sudah tidak diragukan lagi karena keluarganya berisi para akademisi, bahkan ayahnya adalah seorang professor.

Pada salah satu episode yang memuat pesan parenting drama korea, Lee Eul menyampaikan pada Na il Deung yang intinya “Apakah kamu menikmati jalan yang sangat dingin kamu lewati saat ini. Bukankah akan lebih nyaman untuk menikmati hidup dengan versimu sendiri”. Dan diakhir episode barulah diketahui, ternyata Lee Eul memiliki masa lalu yang tidak jauh berbeda dengan kondisi Na il Deung saat ini.

Baca Juga:

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Bahkan dalam serial ini dikisahkan, ayah Na il Deung tidak segan menyebutkan bahwa untuk dihargai orang lain harus memiliki jabatan yang tinggi. Hal tersebut yang ditanamkan pada Na il Deung, yang membuatnya justru semakin menolak, karena apa yang orang tuanya inginkan justru tidak membuatnya bahagia menikmati hidup yang penuh tekanan. Ini pesan parenting drama korea yan relevan dengan kehidupan kita.

Jika dilihat, kondisi keluarga Lee Eul yang akademisi menuntut dirinya juga mengikuti jejak saudara dan juga ayahnya yang seorang professor. Akan tetapi di akhir masa sekolah dia semakin menyukai bermain-main dengan sulap dan berhalusinasi, hingga akhirnya dia terjatuh dari atas gedung dan dianggap gila oleh keluarganya sendiri. Dan sejak saat itu dia diasingkan oleh keluarganya. Keputusan yang sama kemudian dipilih oleh Na il Deung pada akhir cerita, yang memutuskan berhenti dari sekolah dan memilih jalan hidupnya sendiri. Ada Pesan parenting drama korea yang penting di sini.

Anak laki-laki dalam sistem patriarki seperti memiliki beban kehidupan yang sebenarnya jauh lebih berat dari perempuan. Masyarakat dibangun untuk memberikan standar hidup tidak hanya bagi perempuan, tapi juga laki-laki. Ya, minimal memiliki jejak karir yang sama atau tidak jauh berbeda dengan ayah mereka, seperti pada kisah di atas. Bahkan tak jarang, ketika anak mereka dianggap ‘tidak normal’ akan dikucilkan dari keluarga.

Kehidupan yang menuntut lebih banyak hal kepada laki-laki ini, berujung nanti pada saat mereka membangun rumah tangga. Saat berkeluarga, laki-laki yang belum memiliki pekerjaan mapan akan dianggap gagal oleh masyarakat, karena tidak bisa menafkahi keluarganya. Bahkan meski sudah memiliki pekerjaan untuk menafkahi sekalipun, laki-laki yang tidak mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan standar masyarakat kadang kala masih dianggap gagal.

Di akhir episode, ada pesan parenting drama korea dari Yoon Ah Yi, tokoh utama perempuan dalam serial ini, yang saya kutip:

“Jika tidak memenuhi standar yang ada kau akan dianggap gagal, Pada awalnya aku juga berpikir begitu, bahwa kau melarikan diri karena tidak bisa beradaptasi dengan kenyataan. Namun, sepertinya aku mulai mengerti sekarang memangnya sejak kapan mimpi juga harus mempunyai sebuah standar? Kualifikasi apa yang diperlukan untuk jadi orang dewasa yang dihormati? Aku hanya perlu jadi diri sendiri mengapa kita tidak boleh menyimpang dari standar yang dimiliki oleh orang lain.”

Sebenarnya, jika kita mau melihat secara realita di masyarakat. Feminisme ataupun gerakan kesetaraan gender bukanlah gerakan perempuan untuk memerangi laki-laki. Karena pada dasarnya yang menjadi musuh terbesar adalah sistem patriarki yang sudah mengakar.

Untuk itu juga perlu gerak bersama mendobrak bias yang menganggap laki-laki sebagai makhluk sempurna yang tidak memiliki celah kekurangan, hal ini bertujuan agar perempuan tidak lagi dianggap sebagai makhluk nomer dua yang memiliki kekurangan. Sehingga, anak laki-laki dan perempuan bebas untuk mengekspresikan diri mereka dalam mengejar impian yang mereka harapkan tanpa ada tekanan dari sekitar, terlebih tekanan untuk meneruskan impian orang tua yang mungkin berbeda dengan apa yang mereka inginkan. []

Tags: anakDrama KoreaFilmkeluargaorang tuaparentingThe Sound of Magic
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID