• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Serial Maid: Sulitnya Menjadi Ibu Single Parent

Dari serial Maid ini kita dapati. Bahwa bukannya didukung, menjadi Ibu single parent malah sering diremehkan

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
02/01/2024
in Film
0
Serial Maid

Serial Maid

871
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Merayakan bulan Ibu di Desember kemarin. Saya ingin mengingatkan pada salah satu serial Netflix yang saya senangi. Ialah Serial Maid, berkisah tentang perjuangan seorang Ibu Muda. Berjuang demi putrinya tercinta. Dan berusaha lepas dari suaminya yang abusive.

Margaret Qualley berperan sebagai Alex dengan sangat baik. Menggambarkan bagaimana gadis muda yang memiliki cita-cita untuk kuliah. Namun harus berhenti bermimpi. Karena ia bertemu dengan pria yang ia kira ialah pasangan hidup yang tepat.

Tak lama menghabiskan hidup bersama. Mereka pun kemudian memiliki seorang putri, bernama Maddy. Sean, pasangannya yang dulu baik hati. Lama-lama berubah menjadi seseorang yang tak ia kenali lagi.

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Sean menjadi pecandu alkohol dan sering bersikap kasar. Apalagi saat ia kehilangan pekerjaan. Ia suka acuh tak acuh terhadap Alex. Alih-alih mencari pekerjaan. Amarahnya ia lampiaskan kepada Alex dengan kekerasan.

Alex yang tidak tahan lagi dengan perlakuan kasar dari Sean. Memutuskan untuk pergi diam-diam membawa Maddy. Ia pun kebingungan mencari  tempat tinggal. Karena tidak ada tempat untuk ia tuju. Alex lantas membawa Maddy ke suaka dinas sosial.

Baca Juga:

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

Dari sini kita dapat melihat. Betapa perekomian berpengaruh pada segala sisi kehidupan. Meski, sulit Alex akhirnya mendapat arahan untuk pergi ke tempat penampungan kekerasan dalam rumah tangga. Dan ia pun diberikan rekomendasi untuk bekerja sebagai pembantu/maid.

Stigma pada Ibu Single Parent

Di rumah penampungan, kita dapati. Bahwa serial ini menunjukkan beragam kekerasan yang dirasakan perempuan. Mulai dari kekerasan fisik hingga psikis. Rayuan manis dari pelaku kekerasan kerap menjadi kelemahan bagi korban.

Alex, sebagai Ibu muda single parent. Kerap mendapatkan ejekan dan cemooh dari lingkungan. Terlebih karena keterbatasan ekonomi. Dari serial Maid ini kita dapati. Bahwa bukannya didukung, menjadi Ibu single parent malah sering diremehkan.

Alex berusaha bekerja keras untuk membangun masa depan yang baik untuk putrinya. Namun masalah demi masalah terus berdatangan. Sean menggugat hak asuh anak terhadap Maddy. Alex pun kebingungan, ia ingin meminta bantuan kepada orang tuanya.

Namun, Ibunya Alex merupakan seseorang yang tidak bisa diharapkan. Bahkan sering merepotkannya. Ayahnya yang sudah memiliki keluarga baru. Ternyata juga memberikan trauma kepada Alex. Perjuangan demi perjuangan Alex lakukan. Demi mendapatkan kembali putrinya.

Apalagi ketika di hadapan meja hukum. Alex membela diri dengan mengatakan, bahwa ia kabur dari Sean karena ia bersikap abusive kepadanya. Namun, pembelaan Alex tidak dapat diterima oleh pengadilan. Karena tiadanya bukti bahwa Sean pernah memukulnya.

Mental Abuse pada Korban

Memang benar, dalam serial Maid ini. Tidak tampak perlakuan kasar Sean secara langsung dengan memukul Alex. Namun jangan pula lupa, bahwa kekerasan itu tidak terbatas pada pemukulan. Adanya kata-kata kasar dan perlakuan yang tidak sehat. Juga berdampak pada mental korban.

Dari perjalanan kehidupan Alex kita temukan, bahwa korban kekerasan sangat rapuh dengan emotional abuse,  termasuk Alex. Trauma yang mendalam sangat sulit hilang. Karena terus melekat dalam ingatan bawah sadar. Hingga merusak mental korban.

Perlakuan lingkungan yang tidak mendukung pun terlihat sangat jelas. Antara perempuan dan laki-laki single parent. Banyak yang tidak melihat perempuan mampu dan capable untuk mengasuh anak seorang diri. Terlebih jika bekerja hanya menjadi seorang pembantu harian yang mendapatkan upah rendah.

Somehow, bagi mereka laki-laki pelaku kekerasan lebih baik dari seorang Ibu single parent pekerja serabutan. Miris, karena dari serial Maid yang berjumlah 10 episode ini. Kita mendapatkan begitu banyak fakta perlakuan pada Ibu single parent dalam kehidupan nyata.

Melihat perjuangan Alex, rasanya saya sangat sedih. Apalagi ternyata, serial ini diangkat dari kisah nyata. Kisah Stephanie Land, dalam memoirnya. Maid: Hard Work, Low Pay, a Mother’s Will to Survive.

Serial Maid membawa isu KDRT yang selalu dianggap sepele. Padahal sangat nyata dan berdampak, terlebih bagi para perempuan. Menjadi Ibu single parent tidaklah mudah. Namun, sebagaimana Alex hendaknya kita terus berjuang. Untuk kehidupan yang lebih layak. Demi mendapatkan sebuah keadilan.

Untuk kamu, Ibu single parent di luar sana. Jangan pernah menyerah! []

Tags: emotional abuseFilm NetflixHari IbuKDRTReview FilmSerial Maidsingle parent
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version