• Login
  • Register
Sabtu, 30 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Siapa yang Butuh Hari Valentine?

Masithoh Azzahro Lutfiasari Masithoh Azzahro Lutfiasari
20/02/2020
in Pernak-pernik
0
Ilustrasi: Pixabay

Ilustrasi: Pixabay

31
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mengapa ada orang-orang yang memerlukan satu hari khusus saja untuk merayakan kasih sayang? Terlepas dari sejarahnya, apakah keberadaan Hari Valentine hingga zaman sekarang ini masih relevan? Bukankah berkasih-sayang adalah suatu kegiatan umum yang bisa dilakukan di mana pun, kapan pun, dan dengan cara apa pun? Jika benar-benar direnungkan, sebetulnya siapapun tidak memerlukan satu hari khusus untuk “merayakan” kasih sayang. Seperti kata pujangga bahwa cinta tidak memerlukan alasan, dia pun tidak memerlukan hari.

Hingar-bingar perayaan Hari Valentine sudah menjadi pemandangan umum di seluruh penjuru dunia. Pada tanggal 14 Februari nanti, akan banyak pusat perbelanjaan yang menghadirkan diskon khusus Hari Valentine. Barang-barang yang termasuk dalam diskon tersebut beragam, dari mulai cokelat batangan hingga selimut bayi – mumpung ada momen yang bisa dijadikan ajang menumpang cari untung. Bahkan, diskon-diskon ini biasanya sudah mulai bertebaran sejak tanggal 1 Februari. Fenomena ini seolah-olah menetapkan bahwa wujud dari kasih sayang adalah berbelanja, dan menjadikan uang sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah ungkapan cinta.

Selain pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan juga biasanya akan menyelenggarakan acara khusus demi merayakan Hari Valentine. Ada yang mengadakan night party di tanggal 13 Februari hingga larut malam, sehingga para pengunjung dapat menjejaki tanggal 14 Februari bersama-sama tepat pada pukul 00.00. Untuk dapat menikmati acara ini, tentunya mereka juga harus merogoh kocek yang tidak sedikit, lagi-lagi atas nama cinta.

Berbagai organisasi Islam telah secara konsisten menyerukan sikap kontra atas perayaan Hari Valentine. Mayoritas dari suara tersebut menekankan larangan mengikuti perayaan kaum lain dan memperingatkan tentang adanya potensi maksiat dalam perayaan hari yang sesungguhnya berakar dari paganisme ini. Berbagai komunitas Islam dari beragam elemen masyarakat telah bergantian menyelenggarakan demonstrasi untuk menentangnya.

Seperti layaknya pihak yang kontra yang terus-menerus menentang, demikian pula pihak yang pro terus-menerus mengulang perayaan ini, dan kembali mendulang untung dari tahun ke tahun. Mereka tidak peduli dengan adanya tentangan dari banyak pihak, yang penting bisnis tetap lancar dan cuan tetap mengalir deras. Para penikmat Hari Valentine pun tidak peduli dengan adanya demonstrasi yang berusaha mempengaruhi mereka agar mengurungkan niat berkasih-sayang di tanggal 14 Februari. Mereka luput menyadari bahwa sesungguhnya perayaan yang mereka nanti-nantikan tiap tahunnya itu beraroma kesia-siaan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara
  • Film Air Mata di Ujung Sajadah: Dilema Ibu Kandung dan Ibu Asuh, Siapa yang Lebih Berhak?
  • Nabi Muhammad Saw: Sosok Sang Pemimpin Besar
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

Baca Juga:

Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara

Film Air Mata di Ujung Sajadah: Dilema Ibu Kandung dan Ibu Asuh, Siapa yang Lebih Berhak?

Nabi Muhammad Saw: Sosok Sang Pemimpin Besar

Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Merujuk hadits yang sudah sangat umum diketahui tersebut, sebagai umat Islam, tentunya kita harus cermat memilih dan memilah mana kegiatan atau acara yang bermanfaat dan yang tidak. Perayaan Hari Valentine jelas mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, yang tidak jelas juntrungannya ke mana. Bisa jadi karena diskon yang bertebaran di mana-mana, kita lantas tergoda membeli barang-barang yang sebetulnya tidak kita butuhkan, atau malah membelikan orang lain sesuatu yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Belum lagi waktu yang terbuang untuk menyiapkan perayaannya dan pada saat menikmati perayaannya, yang seharusnya dapat kita gunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Selain resiko menyerupai kaum lain dan peluang maksiat yang ada, resiko kesia-siaan ini juga penting untuk kita tekankan. Uang dan waktu adalah hal yang paling sering menggelincirkan manusia. Sudah sepatutnya kita sebagai orang yang berilmu berhati-hati yang memberdayakannya.

Pembahasan ini tentu tidak serta-merta menyiratkan bahwa umat Islam anti bersenang-senang. Hanya saja, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam bersenang-senang, salah satunya adalah menghindarkan diri dari kesia-siaan. Semoga semakin banyak umat Muslim yang menyadari kesia-siaan dari perayaan Hari Valentine, agar sumber daya yang dimiliki bisa dialihkan untuk kegiatan yang lebih sarat manfaat.[]

Masithoh Azzahro Lutfiasari

Masithoh Azzahro Lutfiasari

Terkait Posts

Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw: Sosok Sang Pemimpin Besar

29 September 2023
Jiwa yang Bersedih

Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

29 September 2023
Dakwah

Berdakwahlah dengan Tanpa Kekerasan

27 September 2023
Pluralisme

Pluralisme: Kata Kunci Mengatasi Konflik

27 September 2023
Kerja

Hak Tenaga Kerja dalam Al-Qur’an

27 September 2023
Kelahiran Nabi

Maulid Nabi Muhammad Saw: Kelahiran Sang Pembaharu

27 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    Dalil Tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hadits Kecaman Alat Pembajak Tanah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Pengesahan RUU PPRT: Payung Hukum untuk Lindungi Para Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Air Mata di Ujung Sajadah: Dilema Ibu Kandung dan Ibu Asuh, Siapa yang Lebih Berhak?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara
  • Film Air Mata di Ujung Sajadah: Dilema Ibu Kandung dan Ibu Asuh, Siapa yang Lebih Berhak?
  • Nabi Muhammad Saw: Sosok Sang Pemimpin Besar
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis
  • Buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama: Nabi Saw Menghormati Jenazah Non-Muslim

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist