Cara Kerja Astrolabe
Astrolabe adalah alat untuk mengukur ketinggian benda langit, dapat juga kita gunakan untuk pengamatan astronomi, pengukuran waktu dan navigasi. Inovasi Mariam juga menjadi landasan pengelolaan jalur transportasi dan komunikasi.
Astrolabe pertama kali muncul sebagai instrumen ilmiah yang berguna untuk menghitung waktu dan mengamati langit. Ada piringan dari logam atau kayu dengan keliling yang tertandai dalam derajat. Pointer portabel memutar di tengah disk dan kita sebut alidade.
Astrolab memungkinkan para astronom untuk menghitung posisi bintang dan matahari terkait posisinya di cakrawala dan meridian.
Beragam Model Astrolabe
Pertama, Planispheric Astrolabe yang pertama diproduksi oleh orang Arab. Kebanyakan model berukuran kecil dan mudah kita angkut. Biasanya Astrolabe jenis ini terbuat dari logam yang terdiri dari piringan berbentuk lingkaran dengan diameter 10 sampai 20 cm, dengan lingkaran yang kita sebut al-habs terhubungkan dengan cincin yang kita gunakan untuk menggantung Astrolabe.
Kedua, Spherical Astrolabe muncul lebih awal dari astrolabe planet. Astrolabe jenis ini sangat mudah kita gunakan karena terbuat dari dua buah lingkaran logam, satu melambangkan zodiak, sedangkan satu lagi melambangkan azimuth pergantian musim yang melambangkan garis khatulistiwa.
Ketiga, Universal Astrolabe. Astrolabe sebagaimana yang tersebutkan hanya berfungsi untuk lokasi tertentu, karena platenya dibuat sesuai dengan lokasi pengamat. Universal Astrolabe Astrolabe sebagaimana yang disebutkan hanya berfungsi untuk lokasi tertentu, karena platenya terbuat sesuai dengan lokasi pengamat.
Keempat, Linear Astrolabe. Astrolabe jenis ini berbentuk tongkat dengan benang yang mengikatnya dan cocok kita gunakan untuk mengukur besaran sudut.
Fungsi Astrolabe
Kehadiran Astrolabe di dunia Islam sangat bermanfaat dalam beribadah. Fungsi utama Astrolabe adalah menentukan waktu ibadah menurut syariat Islam, karena Astrolabe berdasarkan pada matahari.
Sebagaimana diketahui, masuknya salat fardu lima waktu ke dalam literatur hukum Islam ditandai dengan fenomena alam, seperti terbenamnya Matahari (zawāl) untuk salat Dzuhur dan terbitnya bertambahnya bayangan Matahari untuk salat Ashar.
Fungsi Astrolabe secara umum meliputi pengetahuan tentang zodiak dan skala siklisnya, penentuan posisi Matahari dan bintang, pengetahuan waktu (jam), penentuan waktu shalat, penentuan waktu bayangan kiblat, pengetahuan tentang ketinggian suatu benda. Salah satu fungsi perhitungan Astrolabe adalah menentukan waktu matahari terbenam setempat.
Dengan adanya seorang tokoh muslim wanita di bidang astronomi , membuktikan bahwa antara pria dan wanita memilik derajat yang sama. Tidak ada perbedaan antara keduanya. Sesungguhnya hal tersebut dapat membuat para wanita termotivasi untuk terus berkarya dan mencari ilmu. []