• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Apakah Tujuan Pernikahan Hanya Menghindari Zina?

Dewasa ini, tidak sedikit yang melangsungkan pernikahan hanya untuk “menghalalkan pacaran” hingga tidak terbentuk komitmen yang kuat, karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya belum siap dari segi fisik, psikis, juga ekonomi.

Dalwa Tajul Arfah Dalwa Tajul Arfah
15/12/2020
in Kolom, Personal
0
tujuan pernikahan

tujuan pernikahan

3.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rumah merupakan tempat pertama dalam mencetak generasi bangsa. Sebagaimana orang tua disebut sebagai Madrasatul Ula atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Apa yang anak lihat dari orang tua dan orang-orang  yang berada disekelilingnya, akan menjelma menjadi sifat yang tertanam hingga ia tubuh dewasa.  Oleh karena itu, sebuah keluarga harus dibangun dengan tujuan yang jelas agar tercipta nilai-nilai kebaikan antar sesama manusia hingga memperbaiki hubungan manusia itu dengan Tuhannya. Kita harus mempertimbangkan hakikat dan tujuan pernikahan. Terkadang orang melihat bahwa tujuan pernikahan hanya menghindari zina, apakah begitu?

Untuk membentuk keluarga yang penuh dengan kemaslahatan, harus diawali pernikahan dengan pertimbangan dan persiapan yang matang. Sayangnya, dewasa ini, tidak sedikit yang melangsungkan pernikahan hanya untuk “menghalalkan pacaran” hingga tidak terbentuk komitmen yang kuat, karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya belum siap dari segi fisik, psikis, juga ekonomi.

Hal ini dapat dilihat dari data perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh banyak keluarga di  Indonesia. Di Jawa Barat saja, Pengadilan Agama Bandung mencatat sebanyak  2951  kasus cerai gugat dan 850 kasus cerai talak selama tahun 2020. Perceraian ini lebih dari 50% disebabkan oleh ekonomi juga pertengkaran hebat antar pasangan.

Selain itu,  kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga menjadi penyebab terbanyak dalam perceraian setelah ekonomi, pertengkaran juga perselingkuhan. Kasus KDRT (dalam hal ini kekerasan terhadap Istri) yang dilaporkan langsung ke Komnas Perempuan, tercatat ada 642 kasus pada tahun 2019. Kekerasan ini berupa fisik, verbal (sumpah serapah), juga non verbal, seperti perselingkuhan dan lainnya.

Di tengah melonjaknya angka perceraian dan kekerasan di dalam rumah tangga, yang sayangnya semakin hari banyak yang dengan bangga mendemonstrasikan untuk menikah muda dengan  alasan“menghindari zina”. Menghindari pacaran dan atau pergaulan berresiko remaja, sehingga menikah muda seringkali dipromosikan sebagai solusi untuk menghindari hal-hal tersebut.

Baca Juga:

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

Sesungguhnya tujuan pernikahan bukan hanya melegalkan hubungan seksual. Ada yang tertinggal, juga luput dari perhatian “oknum” yang  mempromosikan  menikah muda. Yakni, tujuan sosial, ekonomi, hingga moral juga spiritual yang kecil kemungkinan bisa terbentuk di usia belia.

Mari kita lihat, bagaimana Islam memaknai pernikahan hingga mendalam dengan menjelaskan tujuan-tujuan dari pernikahan yang begitu kompleks. Q.S. Ar-Rum : 21 menceritakan bahwa Allah telah memberikan pasangan kepada hambanya untuk memperoleh ketentraman satu sama lain (sakinah), juga menumbuhkan rasa kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah) diantara kedua nya sebagai bentuk dari keagungan-Nya. Seseorang yang menikah berharap akan merasa tentram juga nyaman untuk memadu cinta kasih dan pastinya untuk mencapai kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan di dunia.

Untuk mewujudkan ketentraman itu, dibutuhkan beberapa aspek yang harus terpenuhi agar tidak terjadi perselisihan pada pasangan. Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah hadits Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda. “seorang perempuan dinikahi seorang laki-laki biasanya karena empat hal : harta (yang melimpah), status sosial (yang baik), paras yang rupawan, dan (komitmen) agama (yang tinggi). Maka pilihlah yang memiliki (komitmen) agama yang agar tanganmu (tanggung jawab hidupmu) terbebas (dari kesengsaraan hidup).” (H.R. Bukhori, no 5146).

Dalam perspektif mubadalah, yang digagas oleh Kyai Faqihuddin Abdul Qodir, hadits ini dimaknai tidak hanya kriteria laki-laki dalam memilih perempuannya, tapi juga perempuan dalam memilih laki-lakinya. Adapun hal-hal biologis (jamal), ekonomi (maal), sosial (hasab), keluarga (nasab) dan agama yang dimaknai sebagai bentuk moral dan spiritual (diin).

Empat hal pertama lumrah menjadi tujuan pernikahan bagi setiap orang untuk mencapai ketentraman. Tetapi kualitas dan kuantitasnya tidak akan stabil, karena roda kehidupan terus berputar. Oleh karena itu, diperlukan ikatan penguat yang lebih fundamental, yakni komitmen moral-spiritual (din) yang diejawantahkan dalam bentuk akhlak yang mulia dalam memperlakukan satu sama lain.

Selain dari tujuan mencapai sakinah Mawaddah wa rahmah, juga tujuan finansial, sosial, biologis, dan moral-spiritual seperti yang disebutkan oleh Nabi Muhammad saw, tentu saja ada tujuan lain, yakni memperoleh keturunan jika dipercaya oleh Allah swt. untuk membentuk generasi penerus yang berkualitas.

Lebih lanjut lagi, tujuan pernikahan bisa dinyatakan sebagai  tujuan bersama kedua belah pihak, agar bisa bahu membahu membangun rumah tangga yang damai dan bahagia. Saling menghormati, saling menghargai, saling menopang, saling menyempurnakan, tidak mengekang satu sama lain, juga menciptakan pernikahan yang setara, demi mendapatkan Ridha Allah SWT.

Jika hanya untuk menghindari zina, masih banyak solusi lain yang sangat pantas ditawarkan, seperti berpuasa, meningkatkan ibadah, membangun relasi yang sehat dengan pasangan dan lingkungan sekitar, pilih pergaulan yang baik, dan pastinya menjalani hidup dengan lebih produktif. Hal-hal tersebut sangat baik adanya, dan tidak menimbulkan kemadharatan lain yang efeknya jauh lebih buruk. Jadi perlu kita tegaskan bahwa tujuan pernikahan hanya menghindari zina itu tidak tepat []

Tags: KesalinganMubadalahNikah mudaperkawinanpernikahanrumah tangga
Dalwa Tajul Arfah

Dalwa Tajul Arfah

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kabupaten Bandung

Terkait Posts

Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version