Mubadalah.id – “Perempuan hebat ialah perempuan yang berani ikut berjuang bersama dari bawah. Bukan mereka yang hanya mau menunggu di puncak”. Ucap seorang lelaki yang sedang putus asa karena tak kunjung mendapat pasangan dan pekerjaan. Kalimat itu lalu di tanggapi oleh lelaki lainnya yang berada dalam lingkaran tersebut.
“Oiya, memang. Perempuan yang mau dinikahi oleh lelaki mapan itu sudah biasa. Tapi, perempuan yang mau diajak berjuang bersama-sama dari bawah untuk membangun masa depan yang lebih cerah dengan calon suaminya, itu luar biasa dan sulit ditemui. Apalagi zaman sekarang, perempuan banyak maunya.”
Duh, Mas-mas. Bukannya banyak maunya, tapi kamu harus melihat kebutuhan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman juga.
Setelah mendengar beberapa keluhan para lelaki di atas, yang meyakini bahwa standarnya perempuan hebat itu ialah mereka yang mau diajak susah, cukup klilse di pendengaranku. Dan mempertanyakan apa sih yang dipikirkan?
Agama Tidak Menganjurkan Manusia Untuk Menyusahkan Sesamanya.
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda “Ya Allah, barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan Barangsiapa yang diberi tanggungjawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya.”(HR. Muslim)
Hadist tersebut menunjukkan bahwa ketika seorang muslim mempermudah urusan kebaikan muslim lainnya, maka insyaallah ia akan dinaungi keberkahan dan dipermudahkan pula urusannya.
Dalam hadist lainnya juga disebutkan, Nabi Muhammad SAW berpesan kepada umatnya agar memudahkan urusan orang lain untuk dapat tenteram hatinya, tidak was-was, khawatir dan takut. Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda bahwa, “Permudahlah dan jangan mempersulit, dan jadikan suasana yang tentram, jangan menakut-nakuti.”
Hadist tersebut dapat diartikan bahwa sebagai manusia dianjurkan untuk tidak menyusahkan sebagian yang lainnya, memberikan rasa kenyamanan terhadap kehidupan, dan jangan pula menakut-nakuti terhadap sesuatu yang belum terjadi. Mawas diri atau hati-hati dalam bertindak boleh, namun untuk tidak untuk khawatir tanpa adanya usaha.
Baik laki-laki maupun perempuan berhak untuk saling membahagiakan. Bukannya untuk saling menyusahkan. Memang, dalam menjalani kehidupan tidak ada yang ingin hidup susah, semuanya berharap ingin hidup serba berkecukupan, tanpa kendala dan resiko yang berarti. Meskipun dalam prosesnya ada banyak kisah naik-mundur dan jatuh-bangun.
Perempuan Hebat, (Bukan Hanya) Perempuan yang Mau diajak Susah.
Label yang diberikan kepada perempuan hebat hanya untuk mereka yang mau diajak susah, sebenarnya bukan sesuatu yang pantas diucapkan. Bagaimana tidak?
Perempuan yang kau idam-idamkan untuk diajak susah itu merupakan anak dari orang tua. Yang dibesarkan dengan sepenuh hati dan usaha yang tak terbanding nilainya, agar sang anak tidak mengalami kesulitan dalam kehidupan. Kemudian, ada seorang lelaki yang ingin hidup bersamanya dan sudah berniat untuk mengajaknya susah, berdasar label bahwa ia akan jadi perempuan hebat karena mau diajak susah bareng dan berjuang bersama dengan pasangannya dari nol.
Padahal, jauh sebelum perempuan mau diajak susah bareng bersamamu. Perempuan sudah hebat sejak dini. Karena apa? Perempuan telah lahir dengan stigma. Stigma yang sampai saat ini masih diyakini oleh masyarakat dan membelenggunya hanya karena sebagai perempuan.
Namun, perempuan terus berusaha keras untuk melawan stigma tersebut. Perempuan yang sejak lahir sudah dianggap sebagai makhluk domestik. Yang selalu dikaitkan dengan beberapa kata “sumur, kasur, dapur”. Yang hingga kini masih digugat eksistensinya. Perempuan terus membuktikan perannya secara nyata untuk mengambil bagian penting di ranah publik. Baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Oleh karenanya perempuan sudah hebat sejak dini, tanpa harus diajak susah bareng oleh si doi.
Sebenarnya dari hal ini juga bisa diartikan bahwa ketika lelaki mengatakan demikian, itu berarti ia belum siap secara finansial dan mental. Padahal, ketika ia sudah siap maka kekhawatiran itu tidak akan terucap secara mudah.
Dan sangat tidak pantas bila tujuan menjalin hubungan yakni untuk hidup susah bareng. Karena harus realistis saja. Misalnya ketika berpacaran mau jalan-jalan, makan, dan melakukan aktivitas lainnya. Tentu harus berkecukupan secara finansial untuk membiayai. Berlanjut ketika di jenjang pernikahan, dan sah secara hukum dan agama, banyak hal yang perlu diperhitungkan, mulai dari tempat tinggal, biaya anak, biata kehidupan, dan menyoal kebutuhan lainnya. Saling mencintai memang membahagiakan, namun faktanya nggak semua bisa lakukan hanya dengan modal cinta untuk memenuhi segala kebutuhan.
Baiknya, laki-laki maupun perempuan harus memiliki prinsip kesalingan dan tidak berniat untuk mengajaknya susah. Meskipun dalam perjalanan tidak akan ada terlepas dari masalah. Namun, ketika perempuan tidak ingin diajak susah, bukan berarti bukan perempuan hebat. Melainkan perempuan juga butuh survival skill dan contingency plan untuk dirinya sendiri dan keluarganya sebelum menikah.
Perempuan yang sudah terbiasa untuk menyelesaikan masalah bukan berarti mau diajak untuk masuk dalam permasalahan yang dibuat orang lain. Perempuan yang sudah terbiasa susah, bukan berarti layak untuk diajak susah bersama pasangan yang tidak bertanggungjawab bahkan sudah takut dan mengkhawatirkan masa depan tanpa adanya usaha. Perempuan hebat ialah perempuan yang tidak menyusahkan lelakinya. Lelaki hebat ialah lelaki yang tidak ingin membuat sang perempuan hidup susah. []