Mubadalah.id – Hadis merupakan segala sesuatu baik perkataan, perbuatan, ketetapan dari Nabi Muhammad yang dijadikan sebagai landasan syariat Islam. Hadis atau biasa disebut dengan sunah itu menjadi sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Dalam Islam Aisyah ra merupakan sahabat dan istri Nabi yang banyak meriwayatkan hadis. Berikut Kisah Aisyah ra meriwayatkan 6000 hadis dan miliki 77 murid laki-laki.
Kisah Aisyah ra meriwayatkan 6000 hadis
Tokoh paling utama dalam periwayatan hadis, seperti dikutip dalam buku Qiraah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir adalah Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Nabi Muhammad Saw.
Aisyah ra menurut catatan Kang Faqih, telah mendengar dan meriwayatkan hampir 6000 teks hadis (8,2% dari total jumlah hadits kutub al-tisah) yang tersebar di 293 tema-tema hadis (83,6% dari total tema-tema hadis kutub al-tis’ah).
Kata Kang Faqih, Aisyah ra juga tidak hanya periwayat hadis, tetapi perempuan cerdas itu ahli tafsir dan fiqh.
“Banyak sahabat besar laki-laki yang berkonsultasi kepadanya. Ia sendiri memiliki 77 murid laki-laki dan 8 perempuan,” tulisnya.
Di antara murid perempuan Aisyah ra yang menonjol, lanjut kata Kang Faqih, yang kemudian menjadi ulama besar, ahli hadis, fiqh, dan tafsir adalah Amrah binti Abdurrahman.
Sebagaimana gurunya, Aisyah ra, Amrah juga menjadi rujukan para ulama dalam berbagai disiplin ilmu.
“Bahkan, pendapat dan kesaksiannya dalam hal pidana diakui dang tidak dibantah, sekalipun banyak ulama fiqh menganggap kesaksian perempuan dalam hal ini tidak bisa diterima,” tutupnya.
Pada sisi lain, dikutip dari Bincangsyariah.com, Oleh karena itu, Aisyah dikenal sebagai satu-satunya sahabat perempuan yang paling banyak meriwayatkan hadis. Ia menduduki posisi keempat setelah sahabat Abu Hurairah, Ibnu Umar dan Anas bin Malik.
2210 butir hadis telah berhasil ia dapatkan baik dari Rasulullah Saw. secara langsung atau dari sahabat lainnya seperti Sa’ad bin Abi Waqqash, Umar bin al Khattab, Abu Bakar As Shiddiq dan Fathimah Az Zahra. Dan salah satu muridnya adalah Hasan al Bashri, Al Aswad bin Yazid an Nakha’i, Sa’id bin al Musayyib dan Atha’ bin Abi Rabbah.
Kepakarannya dalam bidang hadis tidak dapat diragukan lagi. Bahkan ia tidak segan-segan mengoreksi hadis yang diriwayatkan oleh sahabat lainnya.
Salah satunya adalah riwayat Ibnu Umar di dalam Shahih al Bukhari berikut ini
ان الميت ليعذب ببكاء الحي
“Innal mayyita layu’adzdzabu bibukail hayyi.” (Sesungguhnya orang mati itu akan diadzab sebab tangisan orang yang masih hidup), hadis tersebut menunjukkan bahwa jika keluarga yang ditinggal mati itu menangisi si mayyit, maka akan memperberat siksaan bagi si mayyit). []