• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tak Ada Manusia yang Sempurna, Siap untuk Lebih Baik, Kapanpun!

Hilya Aulia Husein Hilya Aulia Husein
28/11/2019
in Personal
0
Tak ada manusia yang sempurna

Tak ada manusia yang sempurna

27
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Tak ada manusia yang sempurna”? itu sepenggal lirik lagu milik D’Masiv yang memiliki makna yang sangat dalam. Setiap manusia pastilah memiliki kekurangan dan kelebihan dalam dirinya. Orang yang sukses sekalipun pasti memiliki kekurangan. Orang-orang yang sukses cenderung fokus dengan kelebihan yang dimiliki, memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan menganggap bahwa kekurangan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Mereka selalu belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka buat di masa lalu dan mereka mau memperbaiki kualitas dirinya.

Lalu kapankah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri? Apakah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri? Dr. KH. Husein Muhammad menyampaikan sebuah ungkapan dari seorang tokoh sufi besar, Syamsi Tabrizi mengatakan:

ليس من المتأخر مطلقًا أن تسأل نفسك، هل أنا مستعد لتغيير الحياة التي أحياها؟ هل أنا مستعد لتغيير نفسي من الداخل؟ وحتى ولو كان قد تبقى من حياتك يوم واحد يشبه اليوم الذي سبقه، ففي كل لحظة ومع كل نفس جديد، يجب على المرء أن يتجدد ويتجدد ثانية. ولا توجد إلا وسيلة واحدة حتى يولد المرء في حياة جديدة وهي أن يموت قبل الموت.

“Sama sekali, tak ada kata terlambat untuk bertanya pada diri, “Apakah aku siap untuk mengubah hidup yang aku jalani saat ini? Apakah aku siap untuk mengubah diriku?” bahkan meski hidupmu hanya tinggal satu hari. Pada setiap detik dan setiap embusan nafas, seseorang hendaknya memperbarui dan memperbarui lagi. Hanya ada satu cara untuk lahir ke sebuah kehidupan baru: mati sebelum kematian”.

Oleh karena itu, selagi masih ada waktu untuk memperbaiki diri maka bersegeralah dalam melakukannya. Dan pesan terakhir dari syams tabrizi “Hanya ada satu cara untuk lahir ke sebuah kehidupan baru: mati sebelum kematian” berarti seharusnya mematikan perilaku buruk kita selama masih hidup sebelum kita mati meninggalkan dunia ini, juga memperhatikan dan menggantinya dengan perilaku yang baik.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Allah telah berfirman dalam Q.S Al-Hasyr,18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Memulai dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah, dalam hal ibadah. Karena dengan dengan mendekat kepadaNya ketenangan dan ketentraman hati akan didapatkan seberat dan sebesar apapupun persoalannya, dan beri sugesti positif dengan mengatakan pada diri sendiri “hei, masalah besar aku tidak khawatir menghadapimu, karena aku memiliki Allah yang Maha Besar yang selalu mendampingiku.”

Segera memperbaiki jadwal keseharian kita; gunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, positif dan berusaha konsisten/istiqomah dalam melaksanakan jadwal tersebut. Berusahalah untuk tidak menunda apapun yang telah terjadwalkan sebelumnya. Karena dengan menunda pekerjaan akan berakhir sia-sia. Dalam sya’ir Arab menyebutkan;

وَ لاَ تَرْجِ عَمَلَ اليَوْمِ إِلَى الغَدِ          لَعَلَّ غَدًا يَأْتِي وَ أَنْتَ فَقِيْدُ

Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini hingga besok

Seandainya besok itu tiba, mungkin saja engkau akan kehilangan

Memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia; termasuk orangtua, saudara, guru dan teman. Menghormati, menghargai, menyambung silaturrahim, meminta maaf kepada orang yang telah kita sakiti, berkata-kata yang baik dan tidak menyakiti siapapun dengan ucapan ataupun sikap yang kita tunjukkan kepada mereka. Dan menerima kritik dan saran yang membangun untuk diri kita dari orang lain dengan lapang dada. Orang yang enggan menerima saran dari orang lain pertanda dia memiliki sifat sombong dalam hatinya. Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An Nahl, 23:

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.”

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung bisa selalu memperbaiki diri setiap saat.[]

Hilya Aulia Husein

Hilya Aulia Husein

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Rahasia Rasa

    Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja itu Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Malu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID