• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perluasan Makna Amal Jariyah

Muhammad Ridwan Muhammad Ridwan
03/10/2019
in Personal
0
makna amal jariyah
690
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa minggu lalu ada pamflet jadwal pengajian Buya Syakur yang bertempat di kampung halaman saya. Tepatnya, di Desa Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Kebetulan malam itu saya ada di rumah sehingga ada kesempatan untuk ngaji bersama Buya Syakur. Salah satu Kyai yang keilmuan dan pemikirannya sangat maju sederajat dengan Gus Dur, Nurcholish Majid, dan Quraish Shihab tetapi ia lebih memilih membumi dan menjadi kyai kampung.

Dalam beberapa kesempatan saya tahu kalau beliau sesungguhnya adalah seorang pemikir Islam terbukti istilah-istilah yang disampaikan sebenarnya banyak istilah-istilah khas seorang intelektual namun beliau begitu ahli meraciknya sehingga bisa diserap dengan mudah oleh masyarakat awam pada umumnya.

Pada kesempatan itu, Beliau menyampaikan salah satu hadist Nabi yang sudah sangat masyhur. Karena memang seringkali disampaikan oleh para mubaligh atau kyai-kyai kampung umumnya. Namun ia sangat menyayangkan banyak orang yang memaknainya sangat sempit. Entah memang karena pemaknaan dari mubaligh tersebut atau memang sebenarnya ngajinya itu belum selesai. Sehingga akhirnya pemaknaan itu menjadi sangat tekstual dan sempit.

Dalam suatu haditsnya, Nabi pernah mengatakan,

“اذا مات ابن ادم انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدعوا له”

Baca Juga:

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

“Apabila seorang anak adam (manusia) telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.”

Ketiga hal inilah yang kemudian kita sebut sebagai makna amal jariyah yakni amal yang pahalanya tetap mengalir meskipun orang tersebut sudah meninggal dunia.

Pertama, shodaqoh jariyah yang selama ini hanya dimaknai bahwa shodaqoh jariyah itu adalah ketika seseorang membelanjakan hartanya untuk kepentingan masjid atau musholla (tempat ibadah). Jika tidak untuk keduanya atau salah satunya maka itu bukan termasuk shodaqoh jariyah hanya sebatas sumbangan saja.

Sehingga dari pemahaman tersebut masyarakat berbondong-bondong untuk shodaqoh jariyah ke masjid atau musholla setempat. Sebagaimana yang kita tahu setiap Jumatan di banyak masjid pengurus DKM mengumumkan kas masjid yang begitu besar nominalnya hasil shodaqoh jariyah dari masyarakat setempat. Dengan itu pengurus DKM bahkan masyarakatnya sendiri sangat bangga dengan besarnya nominal kas masjid tersebut.

Padahal, harusnya mereka berfikir dan instrospeksi diri ternyata selama ini harta/uang yang ia shodaqohkan belum sepenuhnya digunakan untuk kemaslahatan masjid. Buktinya, setiap minggu kas masjid itu masih sangat besar nominalnya bahkan selalu bertambah dari sebelumnya.

Dari sini kemudian muncul pertanyaan dalam benak saya “lantas bagaimana batasan seseorang itu dikategorikan sudah melakukan shodaqoh jariyah apakah sebatas dengan seseorang itu memberikan hartanya ke pengurus DKM atau sampai harta itu benar-benar digunakan untuk kemaslahatan masjid?” Namun sayang tidak seperti biasanya, tidak ada sesi pertanyaan pada pengajian Buya kali ini. Akhirnya saya belum tahu jawaban Buya atas pertanyaan tersebut.

Maka, mestinya makna shodaqoh jariyah itu tidak dimaknai sebatas harta yang dibelanjakan untuk kepentingan masjid atau musholla saja. Tetapi lebih dari itu, harusnya shodaqoh jariyah adalah setiap harta yang seseorang belanjakan untuk kemaslahatan umum.

Misalnya, untuk pembangunan jembatan, pasar, atau bahkan WC umum yang tidak bisa kita pungkiri fasilitas publik tersebut sangat dibutuhkan keberadaannya untuk keberlangsungan kehidupan bersama bahkan sangat lebih dirasakan manfaatnya oleh umat atau  masyarakat secara mutlak tidak ada batasan agama, ras, dan suku atau simbol-simbol lainnya.

Bayangkan saja, betapa pentingnya keberadaan jembatan sebagai penghubung antar tempat ke tempat lainnya yang fungsinya untuk memudahkan dan melancarkan kegiatan masyarakat baik dalam hal pendidikan, perdagangan, perekonomian, kebudayaan, dan sebagainya. Begitupun fungsi WC umum, pasar, atau fasilitas-fasilitas publik lainnya.

Kedua, Ilmu yang bermanfaat. Lagi-lagi, makna amal jariyah dalam memahami ilmu yang bermanfaat adalah ilmu – ilmu agama saja. Tidak dengan ilmu-ilmu lain yang sebenarnya juga sama-sama memberi pencerahan dan kemaslahatan bagi kehidupan.

Atas pemaknaan dangkal ini sehingga banyak orang tua yang sangat mendambakan anaknya kelak menjadi seorang Kyai atau Nyai yang ilmunya bermanfaat. Padahal bukankah banyak kontribusi keilmuan lain yang saat ini masyarakat sudah terlanjur kebergantungan pada manfaat dari ilmu tersebut. Bahkan kemanfaatan serta kemaslahatannya masih dan terus kita rasakan setiap waktu dalam berbagai sendi kehidupan.

Seorang dokter misalnya, yang atas ilmunya semua orang seakan-akan bergantung akan pengobatan, kesehatan, bahkan kematian orang tersebut. Walaupun pada hakikatnya kita tahu bahwa semuanya atas ketentuan dan kuasa Allah. Namun tidak dipungkiri kita juga sedikit berharap dan bergantung bahkan akan ilmu yang dianugerahkan kepada para dokter tersebut.

Bahkan, untuk hal yang sederhana pun ketika kita merasakan manfaat dari hal tersebut maka ilmu itu termasuk ilmu yang bermanfaat. Misalkan, seseorang yang pandai memasak. Dalam setiap acara-acara besar kita membutuhkan keahliannya tersebut. Maka keahlian orang tersebut dalam memasak adalah termasuk ilmu yang bermanfaat.

Ketiga, anak sholeh yang mendoakan orang tuanya. Selama ini kita maknai bahwa anak sholeh itu adalah anak biologis kita. Padahal, anak biologis pun kalau ia tidak mendoakan orang tuanya maka anak itu tidak masuk ke dalam apa yang dimaksud hadits tersebut.

Lebih dari itu, misalkan ada beberapa Kyai atau Nyai yang memiliki ribuan santri tetapi tidak dianugerahi anak biologis. Namun mereka justru memiliki para santri yang selalu mendoakan mereka setiap waktunya bahkan hingga mereka meninggal pun para santri itu tetep setia mengirimkan Fatihah kepada para guru gurunya, selalu hadir setiap acara haulnya, bahkan tetap menghormati dan mendoakan keturunannya.

Maka walaupun para Kyai atau Nyai itu tidak dianugerahi anak biologis tetapi sesungguhnya mereka mempunyai para santri yang selalu mendoakanya. Oleh karena itu, sesungguhnya mereka mempunyai satu amal jariyah dari hadits di atas yaitu ولد صالح يدعو له. Lewat para santri itulah wujud dari anak sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya sebagaimana keterangan hadits di atas.

Oleh karena itu, siapapun yang tidak dianugerahi anak biologis tidak seharusnya merasa tidak punya kesempatan atau bahkan pesimis tentang amal jariyah berupa anak sholeh yang diharapkan.

Asalkan seseorang itu dengan penuh kasih sayang dan ikhlas mendidik, membimbing, dan mengajarkan para anak-anak ibu pertiwi penerus bangsa maka sesungguhnya ia telah memiliki anak sholeh yang siap dengan tulus mendoakannya saat seseorang itu telah meninggal dunia.
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.[]

Muhammad Ridwan

Muhammad Ridwan

Santri di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual
  • Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID