Mubadalah.id – Pada awal dekade pertama abad ke-20 M beberapa gerakan perempuan, khususnya para pekerja pedesaan dan perempuan kelas bawah di kota-kota (seperti Mesir dan Syiria), merasa tertindas sebagai konsekuensi logis atas pergantian model ekonomi dan politik.
Bagi kaum perempuan, dampak politik dan budaya dari pengerukan kekayaan oleh Eropa ditanggapi negatif.
Meskipun demikian, ada hal-hal yang bersifat positif karena institusi dan mekanisme sosial untuk mengontrol dan mencerminkan perempuan dari urusan-urusan publik, secara gradual mulai dibongkar.
Sistem sosial hasil gabungan budaya Mediteranian, Timur Tengah, dan Islam yang menafsirkannya secara negatif untuk kaum perempuan, telah mulai meninggalkannya.
Beberapa perubahan yang berasal dari perubahan ekonomi dan kebijakan-kebijakan negara, baik itu dari pribumi maupun oleh birokrasi kolonial. Bahkan dari pembangunan ideologis dan kultural, mempunyai dampak atas kehidupan laki-laki dan perempuan.
Pada abad ini untuk pertama kali semenjak kemapanan Islam, perlakukan terhadap perempuan dalam hukum Islam seperti poligami dan segregasi, secara terbuka didiskusikan di Timur Tengah.
Untuk pertama kali topik tentang perempuan naik ke permukaan sebagai konsekuensi dari karyakarya intelektual muslim laki-laki di Mesir dan Turki.
Pada awalnya gerakan perempuan muncul bersamaan dengan munculnya isu-isu lain yang menurut para intelektual muslim penting bagi kemajuan masyarakat.
Gerakan Perempuan di Negara Timur Tengah
Jadi, pada dasarnya gerakan perempuan dalam Islam mengawalinya dari gerakan-gerakan perempuan yang terjadi di negara-negara Timur Tengah (Mesir, Turki, dan Syiria) yang notabene penduduknya mayoritas muslim.
Secara langsung munculnya kesadaran tentang status perempuan memang terjadi akibat kolonialisme, atau terpengaruh gerakan feminisme Barat.
Akan tetapi perdebatan dunia Eropa tentang status perempuan yang sudah lama terjadi, juga berpengaruh terhadap gerakan perempuan dalam Islam.
Gerakan perempuan sebagai suatu wacana dalam Islam tampaknya memang berkembang dari Mesir.
Umumnya tokoh-tokoh pembentuk wacana tentang gerakan perempuan dari Islam pernah belajar di benua Eropa.
Gerakan pemikiran modern di Mesir memulainya dari pengiriman sarjana-sarjana pada masa rezim Muhammad Ali untuk belajar di Eropa.*
*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.