Mubadalah.id – Jika merujuk tulisan Ishmatuddin Karkar, al-Mar’ah fi al-Ahd al-Nabawiyy (hal. 224-226), Nabi Saw sering dititipi balita perempuan, anak dari beberapa sahabat.
Seperti As’ad bin Zurarah r.a, ia pernah membawa balita perempuannya bernama Zainab dan menitipkannya ke pangkuan Nabi Saw.
Terkadang juga, ia titipkan dua saudarinya yang masih kecil. Nabi Saw, kemudian, mengasuh mereka, mengajak mereka bermain, dan memakaikan kalung kepada mereka.
Balita lain bernama Jamrah bint Abdullah al-Tamimiyah al-Yarbu’iyah r.a. pernah dibawa ayahnya ke hadapan Nabi Saw. Ayahnya memohon kepada Nabi Saw untuk mendoakannya.
Nabi Saw merengkuh sang balita, mendudukkannya ke pangkuan, lalu mendoakan untuk keberkahan dan kebaikannya.
Sahabat lain, Sahal bin Rafi’ r.a., juga pernah bercerita tentang hal serupa. Ia membawa anaknya yang perempuan kepada Nabi Saw. untuk didoakan.
Nabi Saw kemudian meletakkan telapak tangan beliau ke atas kepala anak perempuan tersebut sambil berdoa untuknya.
“Demi Allah, telapak tangan Nabi Saw yang adem itu terasa tidak hanya di kepalaku, tetapi sampai merasuk ke jantungku,” kata si anak perempuan itu.
Semua pernyataan dan teladan Nabi Saw ini untuk mengikis tradisi Jahiliah yang memandang anak laki-laki lebih baik dari anak perempuan.
Di mata Islam, bayi laki-laki dan bayi perempuan adalah sama-sama bermartabat sebagai manusia yang mulia.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Makhluk Domestik.