Mubadalah.id – Mubadalah, Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) akan menggelar webinar Ramadhan 2023: Zakat, Peduli Perempuan Korban Kekerasan, pada Senin, 20 Maret 2023, Malam.
Kegiatan yang bertujuan menginformasikan publik tentang peluncuran penggalangan dana zakat untuk perempuan korban kekerasan itu akan menghadirkan narasumber pendamping korban, PW Nasyiatul Aisyiyah Sulawesi Utara, Cut Mutya Bunsal, dan Dewan Pengawas Syariah LAZISMU, Dr. Izza Rahman.
Kemudian, menghadirkan juga narasumber dari Jaringan KUPI, Dr. Nur Rofi’ah, Bil. Uzm, Inisiator Gerakan Hadiah Lebaran untuk Korban KDRT dan KS 2022 Fahd Pahdepie, dan Pendampingan Korban Jombang, Ana Abdillah.
“Kegiatan ini ingin menciptakan kesadaran dan mengedukasi audiens tentang pentingnya zakat bagi perempuan korban kekerasan. Lalu ingin mengeksplorasi bagaimana zakat dapat bermanfaat untuk memberikan dukungan, perhatian, dan bantuan kepada perempuan yang mengalami kekerasan,” seperti dalam rilis.
“Selain itu, ingin memberikan wawasan tentang berbagai cara zakat dapat kita sumbangkan dan proses yang terlibat dalam pendistribusian dana kepada penerima manfaat,” tambahnya.
Zakat
Seperti diketahui, zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang mampu. Zakat merupakan bentuk pengabdian kepada Allah dan juga bentuk kepedulian sosial. Dalam al-Qur’an, zakat merupakan salah satu jalan untuk membersihkan harta dan meningkatkan keberkahan dalam hidup.
Bahkan Islam mengatur delapan kelompok yang berhak untuk menerima zakat, yakni fakir, miskin, amil, mu’allaf, riqab/memerdekakan budak, gharim (orang yang memiliki utang), fi sabilillah, dan ibnu sabil. Topik apakah perempuan korban kekerasan berhak atas dana zakat kerap menjadi diskursus di masyarakat.
Yuli Muthmainnah dalam buku “Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak” menjabarkan bahwa perempuan korban kekerasan dapat masuk ke dalam kategori di antaranya:
Pertama, fakir, karena perempuan korban kekerasan menjadi semakin sulit memenuhi kebutuhan mereka.
Kedua, miskin, karena kekerasan yang menimpa perempuan korban mempersulit dapat menghilangkan kesempatan atau akses untuk hidup sejahtera. Ketiga, riqab, karena kekerasan terhadap perempuan merupakan bentuk perbudakan modern.
Keempat, fi sabilillah, karena perempuan yang hidup dalam kekerasan berusaha memperjuangkan hidupnya untuk keluar dari situasi kemungkaran.
Namun, masih membutuhkan inisiatif-inisiatif yang dapat mengarusutamakan pemahaman bahwa perempuan korban kekerasan berhak atas zakat.
Dalam kesimpulannya, zakat merupakan sumber dana yang penting untuk membantu perempuan korban kekerasan memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Kemudian, mereka akan mendapatkan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan, dan memulai hidup yang baru dengan pekerjaan atau merintis usaha agar kembali berdaya. (Rilis)